“Ugh … pelan-pelan ….” Dhara mengerang saat pria di atas terus mencumbu leher dan bibirnya dengan ganas. Pria itu terus bergerak di atasnya menimbulkan kesenangan luar biasa di tubuhnya.Pikiran Dhara tidak jernih dan kosong. Yang dia pikirkan adalah kesenangan yang dibawa oleh pria di atasnya.Saat pangkal pahanya serasa dibelah dua membuat Dhara menangis dan mengeluh.“Sssttt … jangan menangis ….” desis suara serak dan berat di atasnya diikuti cumbuan di bibirnya sementara dia bergerak naik turun menggantikan rasa sakitnya dengan kesenangan luar biasa.Dhara kembali mendesah. Matanya yang kabur dan buram berusaha melihat wajah pria di atasnya.Sepasang mata gelap menatapnya dari kegelapan dengan tatapan lapar seperti serigala. Dhara tersentak bangun mendengar suara dering ponselnya di samping telinga.Dia mengulurkan tangannya untuk mematikan dering ponselnya dan melirik jam. Matanya langsung melebar melihat jam menunjukkan pukul setengah sembilan.Dhara bangun dengan panik dan lan
“Dhara, ucapkan terima kasih pada Pak Baskara, dia CEO dari Djaka Group, perusahaan utama yang berbasis di Jakarta,” bisik Pak Sarman melihat Dhara linglung dan tidak menanggapi ucapan Baskara.Dhara tersadar dan buru-buru mengucapkan terima kasih sambil menunduk.“Selamat siang Pak Gading, dan Pak Baskara.” Pak Sarman segera menyapa kedua pria dengan hormat setelah menegur Dhara.Dhara dan Fahron mengikuti Pak Sarman memberi hormat.“Kerja bagus semuanya. Aku terkesan dengan proyek Taman air dan presentasi Nona Dhara,” puji Gading, Direktur Hotel Alam Garden.“Proposal ini diusulkan oleh Dhara, Pak,” tanggap Pak Sarman.“Ternyata begitu. Idemu sangat brilian Nona Dhara, tidak heran presentasimu sangat luar biasa,” puji Gading menatap Dhara dan mengedipkan mata.“Terima kasih Pak, saya tidak luar biasa seperti yang Bapak katakan. Semua ini karena Pak Sarma yang memberi saya kesempatan,” kata Dhara rendah hati.“Hahaha, jangan merendahkan diri. Nggak hanya cantik, kamu juga berbakat.
“Pak Baskara ... apa yang Anda lakukan? Tolong lepaskan saya,” bisiknya mencoba mendorong dada Baskara yang sedang memeluknya.Pria itu terdengar menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya melepaskan pelukannya dan menjauh sedikit. Baskara menyalakan lampu. Cahaya lampu menerangi kamar luas itu.Begitu Baskara menjauh Dhara menarik napas lega dan mencengkeram pakaian depannya dengan waspada. Kulitnya masih merinding karena pria itu tiba-tiba memeluk dan mencumbu lehernya.Dhara menatap wajah Baskara dan menyadari ada yang janggal dari pria itu. Wajahnya memerah dan terengah-engah.“Pak Baskara … apa Anda baik-baik saja? Anda mabuk?”Baskara memalingkan wajahnya. “Ya, aku agak mabuk. Kenapa kamu di sini?”“S-saya di sini untuk menemui Pak Gading. Apa bapak … bersama Pak Gading?” Mata Baskara menyipit dalam kegelapan kamar. “Kamu mau bertemu Gading? Tengah malam begini di kamar hotel? Apa yang akan kalian lakukan?”Suara Baskara terdengar menuduh.Dhara mengerut kening. “Apa maksud Ba
“Pa .. Pak Gading mencari saya? Mengapa?” Dhara cemas.Rekannya menatapnya dengan tatapan aneh.“Kenapa nggak datang saja ke kantor Pak Gading. Jangan buat Pak Gading menunggu.”Dhara mengangguk enggan dan berbalik pergi menuju ke kantor Pak Gading.Rekannya tiba-tiba menahan lengan Dhara.“Omong-omong Dhara, apa itu benar?”Dhara menatapnya dengan senyum yang dipaksakan. “Tentang apa?”“Ada rumor yang bilang kamu tidur dengan Pak Gading. Itu nggak benar, kan?”“Itu nggak benar. Siapa yang nyebarin aku tidur dengan Pak Gading? Apa ada yang lihat aku tidur dengan Pak Gading?” desis Dhara menggertakkan gigi.Rekannya tertawa kaku. “Itu hanya rumor, jangan marah. Tapi yah, ada yang bilang kamu keluar dari kamar president suite tengah malam dengan penampilan berantakan. Lalu Fahron ... dia bilang semalam kamu ke kamar Pak Gading untuk mengantar dokumen. Jadi yahh ada rumor yang tersebar kalau kamu dan Pak Gading ….” rekannya tidak melanjutkan kalimatnya dan menatap Dhara dengan tatapan in
Dia yang seharusnya memimpin Djaka Group karena dia lebih tua. Tapi ayahnya tidak berguna karena tidak memiliki suara di dewan direksi dan hanya tahu berfoya-foya hingga kepemimpinan perusahaan utama jatuh di tangan Baskara setelah orang tuanya meninggal kecelakaan.“Kenapa datang ke kantorku?” Gading bertanya sambil tersenyum menahan rasa kesal di hatinya.Baskara berdeham dan memasukkan tangannya di saku berpura-pura acuh tak acuh. “Aku datang untuk melihat kinerjamu.”Baskara tidak bisa mengatakan bahwa dia datang karena mendengar Dhara dipanggil oleh Gading dan rumor yang beredar di antara para karyawan.“Apa kinerjaku jelek?” Gading menggertak gigi.Baskara duduk di sofa yang disediakan di ruang kantor Gading. Gading menyusul dan duduk di sofa lain.“Hotel Alam Garden nggak mengalami peningkatan pesat sejak setelah tiga tahun kamu mengambil ahli. Bahkan cenderung menurun dibandingkan tahun-tahun sebelum kamu mengambil ahli. Jika kamu nggak mengelola dengan baik, Hotel Alam Garden
Dhara mengambil tiga hari cuti dari tempat kerjanya. Pada hari ketiga, Dhara masuk kerja dan untunglah dia mendengar dari gosip karyawan lain bahwa CEO Djaka Group sudah meninggalkan hotel dan kembali ke Jakarta.Sebelum mulai kerja Dhara dipanggil ke kantor Pak Sarman.“Maaf Dhara, kamu nggak bisa bekerja hari ini. Kamu sudah diberhentikan,” ujar Pak Sarman menatap Dhara sambil menghela napas.Dhara terkejut dan cemas. “Kenapa Pak? Apa saya membuat kesalahan?”Proposalnya baru saja diterima dan akan menerima bonus, mengapa dia tiba-tiba dipecat?“Ini perintah Pak Gading karena masalah rumor kemarin membuat gaduh di antara para karyawan hotel dan merusak nama baik hotel. Ada yang bilang kamu menggunakan koneksi dengan Pak Gading untuk naik jabatan. Banyak para karyawan yang protes.”“Tapi itu kan nggak benar, Pak! Saya nggak dekat dengan Pak Gading dan kejadian malam itu nggak benar dan kesalahpahaman yang dibuat Fahron ....” Dhara panik dan hampir menangis.“Aku tahu dan aku menger
“Kamu benar ... kenapa juga aku harus hindari dia,” gumam Dhara merenung. Berarti selama empat tahun ini sia-sia dia selalu menangis dan mengingat rasa sakit yang diberi Baskara setelah dicampakkan demi menikahi wanita lain.Temannya menghela napas di ujung telepon. “Kamu harus move on Dhara. Jangan gamon terus. Cowok di dunia nggak cuma si Baskara doang.”Dhara berkata sedih. “Kamu nggak pernah ngerasain mencintai seseorang begitu dalam dan menjalin hubungan selama tiga tahun, tiba-tiba dicampakkan dan dia menikah dengan orang lain.”Dhara rasanya ingin kembali menangis mengingat masa-masa pahit saat itu. Empat tahun belum cukup untuk mengobati hatinya.“Oke, oke, aku nggak mau bertengkar dengan orang yang gamon banget.”Rara sudah sering menjadi tempat curhat Dhara. Awalnya bener-benar merasa ikut sakit sampai dia ingin memukul kepala si Baskara. Tapi kelamaan juga bisa membuat orang muak.“Kalau pun kamu masih sakit hati, kamu bisa balas si Baskara. Rayu dia dan buat dia cerai dari
Dhara menahan napas gugup melihat sosok Baskara yang berdiri di depannya dengan begitu mengintimidasi.Dia mengangkat kepala mencoba terlihat berani.“Saya sudah bilang sedang wawancara di sini. Pak Sarman merekomendasikan saya ke perusahaan pusat.”“Benarkah? Bukan karena kamu sengaja kerja di sini untuk merayuku?” cemooh Baskara.Dhara marah mendengar ucapan Baskara. Dia ingin mendamprat pria itu tapi kemudian ingat bahwa Baskara bos besar perusahaan ini sementara dia sedang mencari pekerjaan di perusahaannya.Dia mencoba tersenyum sopan.“Tolong jangan merendahkan saya. Saya akan melupakan kejadian bapak pernah melecehkan saya karena Bapak CEO di perusahaan ini.”Baskara tersenyum datar mendengar ucapan Dhara. Dia tiba-tiba menekan Dhara ke dinding lift dan menunduk berbisik di telingannya. ““Baiklah, lagipula aku sudah menikah dan punya istri. Jangan mencoba merayuku,” bisiknya dengan suara rendah menatap Dhara intens.Gadis itu menatapnya dengan mata berkaca-kaca dan menggigit