Indira terlihat salah tingkah mendengar pertanyaan dari Berliana Law, dia bingung harus menjawab seperti apa pertanyaan dari Berliana Law itu. Ingin sekali rasanya dia mencari alasan yang tepat, tapi apa. Tidak mungkin bukan, jika dia berkata dengan jujur kalau dia merasa sangat sedih karena teramat ingin dipeluk oleh Berliana Law. Dia juga teramat ingin merasakan sentuhan dari Berliana Law di perut buncitnya. Entah kenapa saat tangan Berliana Law menyentuhnya dan juga mengelus lembut perut buncitnya, hatinya terasa menghangat. Entah karena baby twins yang menginginkan kehadiran omanya atau karena dirinya yang telah lama tidak mendapatkan kasih sayang seorang ibu. Atau mungkin karena memang dia berstatus sebagai istri rahasia, istri yang tidak boleh diketahui keberadaannya di dalam keluarga Law.Indira jadi berpikir, mungkin saja dia sedang rindu dengan ibunya. Mungkin dia rindu dengan kasih sayang seorang ibu. Mungkin juga itu hanya bawaan baby twins, atau mungkin karena pengaruh
Berliana Law menatap Edbert dengan intens, dia sangat tahu jika putranya sedang berbohong. Bahkan dia bisa melihat raut gundah di wajah Edbert. Edbert seperti sedang dilema, dia seperti sedang dihadapkan dalam masalah yang sangat rumit. Dia seperti sedang dihadapkan dalam sebuah pilihan yang begitu sulit untuk dia pilih. "Katakan pada, Mom. Mom, mengandung kamu selama sembilan bulan. Mom, selalu mengurus kamu dari semenjak kamu lahir. Mom, bisa merasakan kegundahan hati kamu, Nak." Berliana Law mengusap lembut punggung Edbert. Edbert terlihat menarik napas panjang, lalu dia mengeluarkannya secara perlahan. Edbert melerai pelukannya, kemudian dia menatap wajah mom'nya dengan intens. "Maafkan aku, Mom. Untuk saat ini, aku belum bisa cerita. Lain kali, aku akan jujur sama, Mom." Edbert mengusap lembut tangan Berliana Law. Berliana Lawa merasa sedih mendengar apa yang dikatakan oleh putranya, tetapi dia tidak bisa memaksakan Edbert untuk bicara sekarang juga. "Baiklah, jangan sampai
Merry langsung berlari ke dalam kamar mandi, tidak lupa dia juga membawa alat penunjang kehamilannya. Dia harus segera memakainya, kalau tidak, bisa bahaya. Karena Berliana Law akan tahu jika Merry hanya berpura-pura hamil saja. Saat sudah memastikan Merry sudah masuk ke dalam kamar mandi, barulah Edbert membukakan pintu kamarnya. Nampaklah Berliana Law dengan bungkusan di tangannya, Edbert sempat mengernyit heran saat melihat bungkusan yang di bawa oleh mom'nya tersebut. "Mana Merry, Sayang?" tanya Berliana Law. Edbert nampak menolehkan wajahnya ke arah kamar mandi, tetapi belum ada tanda-tanda Merry hendak keluar dari kamar mandi. "Dia sedang di kamar mandi, Mom," jawab Edbert. "Oh, boleh Mom masuk?" tanya Berliana Law. "Silakan," jawab Edbert. Edbert langsung menuntun Berliana Law untuk duduk di atas sofa, untuk mengalihkan pembicaraan. Edbert memeluk mom'nya dan memintanya untuk mengelusi kepalanya. "Kamu kenapa sih, dari semenjak Mom dateng kamu ini kok manja banget?" tany
"Ra, aku keluar dulu. Jaga kandungan kamu baik-baik," kata Lee dengan penuh perhatian. "Iya, Kak. Sekali lagi terima kasih," kata Indira."Hem!" jawab Lee dengan hati yang begitu sedih.Saat lee hendak keluar dari dalam kamar Indira, dia berpapasan dengan Berliana Law yang sedang memegang satu cangkir teh jahe di tangannya. "Saya pamit pulang dulu, Nyonya. Saya titip Indira," pamit Lee dengan begitu sopan. Hal itu membuat Berliana Law bertanya-tanya, apalagi saat melihat tatapan mata Lee yang menyiratkan cinta yang tulus untuk Indira. Berliana Law sampai menyangka jika Lee adalah suami dari Indira."Ah... Iya, saya pasti akan menjaga Indira. Terima kasih sudah membantu Indira dan memberikan pertolongan pertama padanya." Berliana Law lalu memperhatikan raut muka Lee. Lee terlihat salah tingkah, dia bahkan terlihat menggaruk tengkuk lehernya yang terasa tidak gatal. Mendapatkan tatapan seperti itu dari Berliana Law membuat dia merasa bingung dalam bersikap"Maaf, Nyonya. Kenapa anda
"Indira, kenapa kamu diam saja? Apakah tebakan saya benar kalau Tuan Lee adalah suami kamu?" tanya Berliana Law. Berliana Law bertanya seolah meminta jawaban dengan nada menuntut, dia begitu ingin tahu jawabannya. Indira menjadi gelagapan dibuatnya "Sebenarnya, Kakak Lee ad--" Ucapan Indira langsung terhenti, karena Edbert kini telah masuk ke dalam kamar Indira. Berliana Law dan Indira langsung memalingkan wajahnya untuk menatap Edbert. "Mom, banyak tamu yang ingin bertemu dengan Mom." Edbert menghampiri Berliana Law dan juga Indira. Berliana Law terlihat bingung, perasaan banyak orang di sana. Kenapa dia masih harus dilibatkan juga, pikirnya. "Bukankah sudah ada dad kamu, kepala Mom pusing kalau melihat orang banyak," keluh Berliana Law. Edbert langsung terkekeh mendengar penuturan mom'nya, Berliana Law memang tidak tahan berlama-lama dalam kerumunan. "Sorry , Mom. Ini perintah langsung dari daddy," kata Edbert. Memang itu adalah titah paduka raja yang tidak bisa dibantah, Leo
Satu minggu telah berlalu, Liliana Leichan dan juga Archan Leichan memutuskan untuk kembali ke Paris karena mereka tidak ingin mengganggu kegiatan Edbert dan juga Merry. Begitupun dengan Berliana Law dan juga Leon Law, mereka memutuskan untuk pulang ke tanah air karena merasa kasihan kepada Anthony. Anthony sudah beberapa kali menelpon Leon Law, dia mengatakan bahwa banyak investor asing yang ingin bertemu secara langsung dengan Leon Law. Banyak juga klien yang ingin bertemu secara langsung dengan Leon Law.Mereka tidak ingin diwakilkan sama sekali oleh Anthony, untuk urusan pekerjaan yang sangat resmi seperti investasi dan yang lainnya.Ada rasa senang dan juga rasa sedih di hati Edbert, karena dia harus merelakan kepergian kedua orang tuanya untuk kembali pulang ke negara asal mereka. Akan tetapi, itu adalah hal yang terbaik untuk Edbert, Indira dan juga Merry. Karena dengan seperti itu, rumah tangga mereka akan berjalan dengan lebih baik lagi. Karena selama satu minggu ini Edber
Hari-hari berlalu dengan sangat cepat, usia kandungan Indira kini sudah memasuki tiga puluh enam minggu. Hal itu membuat perut Indira terlihat sangat besar, karena dua janin yang berkembang di rahimnya. Berat badan Indira yang tadinya hanya empat puluh delapan kilo langsung melonjak naik sampai tujuh puluh kilo, perubahan yang sangat luar biasa. Terkadang dia merasa insecure saat melihat pantulan wajah dan tubuhnya di depan cermin. Akan tetapi, dia selalu berpikir kembali jika dia tidak usah khawatir akan berat badannya yang naik drastis, toh setelah melahirkan dia akan pergi meninggalkan Edbert dan Merry. Jadi, dia tidak perlu merasa takut karena Edbert tidak akan menyukainya lagi. Karena mereka tidak akan bertemu lagi setelah Indira melahirkan nanti. Indira merasa jika waktunya bersama dengan Edbert dan dengan baby twins tidak akan lama lagi, makanya Indira selalu berusaha untuk menikmati kebersamaannya dengan Edbert. Indira bahkan sering berfoto sambil mengelus perutnya dengan
Hari-hari yang Merry lalui dirasa begitu banyak kesedihan. Setiap hari dia selalu berusaha untuk menyembunyikan keadaan kesehatannya dari suaminya dan juga dari keluarganya. Dia sering memeriksakan kondisi kesehatannya, tetapi dia tidak pernah memberitahukannya kepada siapa pun. Dokter berkata jika kondisinya semakin memburuk, wajah Merry pun kian memucat. Namun, Merry yang pandai merias wajahnya selalu bisa menutupi wajah pucatnya dengan riasan make up. Walaupun memang untuk masalah berat badan tidak bisa ditutupi, karena tubuh Merry kini semakin kurus.Maka dari itu dalam setiap harinya Merry selalu memakai baju yang longgar, tidak ada lagi Merry yang selalu memakai baju seksi seperti biasanya.Beruntung Indira, Edbert ataupun para pelayan di sana tidak pernah mencurigainya. Jika dia sedang mengalami kesakitan di siang hari, dia selalu bersembunyi agar tidak ada orang yang mengetahui.Dia selalu berdiam saja di dalam kamar tanpa berniat untuk keluar. Bahkan untuk makan pun dia sela