"Benarkah?" tanya Leon Law dengan raut wajah tidak percaya."Yes, Dad!" jawab Edbert berusaha untuk meyakinkan kedua orang tuanya.Leon Law dan Berlian Law sebenarnya merasa tidak mengerti, kenapa kedua cucunya bisa berada di tangan Indira. Memang benar jika Merry berada dalam keadaan yang sangat kritis. Akan tetapi, rasanya tidak masuk akal jika kedua baby yang Merry melahirkan dititipkan kepada Indira. Apalagi sampai Edbert mengizinkan Indira untuk menyusuinya. Mereka benar-benar merasa bingung, tetapi walaupun mereka kebingungan mereka tetap masuk ke dalam ruangan Indira. Tentunya setelah Edbert memberitahukan di mana ruangan Indira tersebut, saat mereka masuk nampaklah Indira yang sedang memeluk kedua bayinya. Sesekali Indira melabuhkan ciuman hangat di pipi gembil kedua putra Edbert tersebut. Berliana Law dan Leon Law merasa iba melihat melihatnya. Karena mereka menyangka, jika Indira merasa kehilangan baby'nya lalu mencurahkan semua rasa cinta dan kasih sayangnya terhadap ked
Edbert terlihat menghampiri istrinya yang terbaring lemah, air matanya tidak henti mengalir karena saat ini rasa sedih bercampur rasa bersalah menjadi satu. Dia benar-benar tidak menyangka jika kondisi kesehatan Merry selama ini begitu buruk, andai saja waktu dapat diputar kembali, Edbert ingin memberikan perhatian yang lebih banyak lagi kepada Merry. Edbert ingin memberikan yang terbaik untuk Merry, dia ingin menjadi suami yang baik untuk Merry. Wanita yang dengan tulus menyayangi dirinya, wanita yang dengan ikhlas membawa wanita lain untuk dia nikahi dan menyempurnakan hidupnya. Wanita yang dengan suka rela memberikan kebahagiaan untuk Edbert melalui perempuan lain. Wanita luar biasa yang sangat Edbert cintai sampai saat ini.Edbert nampak mengecupi setiap inci wajah istrinya lalu dia memeluk Merry dengan erat, terlihat sekali jika dia begitu lemah dan terpuruk saat ini. Air matanya bahkan tidak berhenti mengalir, dia menangis dan terisak di dalam pelukan istri pertamanya. "Janga
Setelah jenazah Merry selesai dimandikan dan telah rapi terbungkus kain kafan, kedua pihak keluarga setuju untuk menguburkan Merry di tanah air. Agar mereka bisa dengan mudah berziarah jika dimakamkan di tanah air.Mereka juga bisa dengan leluasa datang ke pusara terakhir Merry kapan pun mereka mau, tanpa memikirkan berapa lama waktu yang akan dihabiskan untuk datang ke tempat itu.Bahkan Leon Law langsung menyiapkan jetpri untuk kepulangan jenazah Merry, hal itu dia lakukan agar lebih mudah dan lebih cepat membawa jenazah menantunya tersebut.Selama perjalanan pulang Edbert nampak lesu. Dia terus bersandar di pundak Berliana Law, tatapan matanya terlihat kosong. Tidak ada gairah hidup di sana, dia seakan jadi manusia paling bersalah atas kepergian Merry. Dia merasa menjadi suami paling tidak berguna karena lalai dalam menjaga istrinya, dia kecewa kepada dirinya sendiri. Kalau saja dia tidak egois, kalau saja dia bisa bersikap adil, kalau saja dia bisa memperhatikan Merry, kalau saja
Hari sudah menjelang sore, tetapi Edbert masih setia dengan gemingnya. Dia duduk anteng di depan pusara terakhir Merry, dia terus saja memeluk Nissan Merry dan menciuminya. Dia benar-benar merasa kehilangan sosok wanita yang begitu baik, dia merasa kehilangan sosok wanita yang mencintainya dengan sangat tulus. Wanita yang rela membawakan wanita lain untuk kebahagiaan suaminya, wanita yang dengan suka rela mau berbagi cinta dengan wanita lain. Melihat kakaknya yang terus saja mendalami dukanya, Shamanta pada akhirnya menghampirinya dan mengajaknya untuk pulang. "Kak Ed, aku tahu jika kamu sedang bersedih. Akan tetapi, aku mohon, Kak. Janganlah Kakak bersikap seperti ini, aku yakin kak Merry akan sangat sedih jika melihat keadaan Kakak yang seperti ini." Shamanta langsung memeluk Edbert dan mengelus lembut punggung kakak sulungnya itu, Edbert melerai pelukan Shamanta. Kemudian, dia menatap wajah Shamanta dengan lekat. Shamanta bisa melihat jika Edbert begitu kacau, dia merasa sanga
Shamanta terlihat sangat kaget saat mengetahui jika Edbert ternyata mempunyai dua istri, bahkan yang membuat Shamanta tak habis pikir wanita yang menjadi istri kedua kakaknya adalah wanita pilihan Merry sendiri. Wanita yang benar-benar dipilihkan dan dinikahkan oleh Merry sendiri, Shamanta sampai bertanya-tanya di dalam hatinya. Kenapa ada wanita sebaik Merry di dunia ini? Kenapa Tuhan memberikan ujian yang sangat berat kepada wanita yang sangat baik seperti Merry? Jika saja Shamanta yang divonis mandul, rasanya dia tidak akan rela berbagi suami. Apalagi, sampai harus mencarikan seorang wanita untuk dijadikan istri oleh sang suami. Bahkan yang Shamanta sangat kagetkan, ternyata baby twins bukanlah anak Merry. Akan tetapi anak kakak sulungnya dari istri keduanya, Shamanta benar-benar merasa takjub kepada wanita seperti Merry. Karena sebelum dia meninggal, dia benar-benar memilihkan wanita yang baik untuk menjadi istri dari suaminya. Merry bahkan rela pindah ke Singapura dan tinggal
Hari ini adalah hari kelima setelah kepergian Merry, Edbert memutuskan untuk pergi ke Singapura. Dia ingin segera menjemput Indira dan juga kedua putra kembarnya, Edbert sudah memikirkannya secara matang. Dia memutuskan akan membawa serta Indira ke dalam kehidupannya, dia akan berusaha untuk menjelaskan keadaan yang sebenarnya. Dia akan menjelaskan bahwa Indira adalah wanita yang dipilihkan oleh Merry untuknya, tentu saja Edbert akan melakukannya dengan pelan dan sangat hati-hati. Dia tidak boleh gegabah, jika dia terburu-buru maka yang ada Indira akan terusir dari kehidupannya. Bahkan, mungkin dia tidak akan tahu nasib baby twins ke depannya seperti apa.Awalnya Edbert merasa ragu untuk membawa Indira ke dalam kehidupannya, tetapi jika mengingat akan kedua putranya, tentu mereka sangat membutuhkan kehadiran Indira. Mereka membutuhkan kasih sayang seorang ibu, jika dulu dia berencana akan membiarkan Indira pergi, itu karena ada Merry, pikirnya. Namun, sekarang keadaannya berbeda.
"Mas rindu, Sayang." Edbert langsung mengecupi setiap inci wajah istrinya. Dia benar-benar merindukan istri keduanya, karena beberapa hari ini mereka tidak bertemu secara langsung. Indira langsung tersenyum, lalu dia mendorong pelan da-da Edbert. "Kenapa?" tanya Edbert dengan tatapan penuh kecewa. Dia mengira jika Indira sudah tidak mau dia peluk lagi, padahal dia benar-benar merindukan istri keduanya. Bahkan, jika saja bukan baru melahirkan, rasanya Edbert ingin melakukan hal yang lebih."Ada Malven," tunjuk Indira pada putra yang berada di pangkuannya. Indira langsung menutupi bagian dadanya, karena putra sulungnya sudah selesai menyusu. Bahkan dia sudah terlihat tertidur dengan sangat pulas, mungkin karena kekenyangan. Edbert langsung terkekeh, lalu dia mengambil Malven dari pangkuan Indira dan menggendongnya dengan penuh kasih sayang. "Hai, Sayangnya, Daddy." Edbert langsung mengecup pipi gembil Malven. Putra sulungnya itu terlihat menggeliatkan tubuhnya, mungkin dia merasa
Pukul sebelas malam Edbert dan Indira sudah sampai di tanah air, tanpa ragu Edbert langsung membawa Indira bersama dengan baby twins dan juga babysitter mereka ke kediaman pribadi milik Edbert. Biarlah orang akan berkata apa, pikirnya. Biar nanti dia akan menjelaskannya, yang terpenting sekarang adalah Indira dan kedua putranya bisa tinggal bersama dengan dirinya. Dia seakan sudah tidak peduli lagi jika ada orang yang berkata apa pun, saat ini yang dia pikirkan adalah memulai kebahagiaannya kembali. Tentunya, dia juga sedang memikirkan cara untuk berbicara dengan keluarga Leichan. Karena walau bagaimanapun juga, Liliana Leichan dan juga Archan Leichan masih tetap mertuanya. Bagi dirinya, bahkan mereka sudah seperti orang tua sendiri. Karena sifat mereka yang begitu baik terhadap Edbert. "Masuklah, Sayang," ucap Edbert ketika membuka pintu rumahnya. Indira langsung tersenyum, lalu dia pun menuruti apa kata suaminya. Dia masuk ke dalam rumah megah tersebut seraya mengedarkan pandan