Juan memejamkan mata dan mengangguk kecil sebagai bentuk persetujuannya dengan ucapan Brandon. Lantas Chermiko pun tidak lagi membahas tentang itu. Tadi dia hanya terbawa emosi, tidak sabar untuk segera mencari cara menyelesaikan kekacauan ini. Toh ini semua juga terjadi gara-gara dia, karena itulah dia merasa sangat bersalah.“Ini bukan salah kamu,” kata Juan seraya menghela napasnya, seolah dia tahu apa yang ada di isi kepalanya Chermiko. “Chermiko … ambilkan jarumku.”Mendengar perintah dari kakeknya, Chermiko segera menganggukkan kepala dan menjawab, “Oh, oke!”Chermiko berharap dia bisa berguna meski hanya sedikit saja bagi kakeknya. Apa pun yang Juan perintahkan, akan Chermiko lakukan dengan sepenuh hati. Apa pun rela Chermiko lakukan selama kakeknya bisa terus hidup sehat.Melihat Chermio berlari kegirangan keluar kamar seperti anak kecil, barulah Juan menolehkan kepalanya ke arah Brandon. Seketika itu Brandon tahu Juan akan mengatakan sesuatu kepadanya.“Cacingnya ….”“Aku suda
“Tang!”Barang yang Chermiko bawa terlepas dari genggamannya dan terjatuh ke lantai, menimbulkan suara yang cukup nyaring.“.…”Tak disangka Chermiko begitu cepat sudah kembali. Biasanya ketika meminta dia melakukan sesuatu, dia selalu lamban dan bermalas-malasan.“Kakek … jadi aku induknya?!”Chermiko merasa sangat kesulitan untuk menerima fakta itu. Selama ini dia memang curiga kalau dialah sumber penyakitnya, karena dialah rumah kakeknya menjadi seperti sekarang ini. Namun mendengar itu langsung dari Juan tetap saja bukanlah hal yang mudah untuk dia terima. Jangankan itu, mendengar kata “induk” saja sudah sangat aneh bagi Chermiko.“Bukan kamu, tapi maksudnya apa yang ada di dalam badan kamu,” ujar Juan menjelaskan, tetapi itu justru malah membuat semuanya terdengar makin aneh.“Yang di dalam badanku ini ….”Chermiko melihat tubuhnya sendiri, dia tidak menemukan apa-apa di balik pakaiannya. Tanpa pikir panjang dia pun langsung membuka kancing kemeja, memperlihatkan tubuh lemahnya. B
Organisasi misterius itu berasal dari luar negeri, dan yang mereka teliti juga selalu saja mengarah ke virus. Kalaupun di kemudian hari mereka melakukan penelitian terhadap tanaman herbal atau tanaman beracun lainnya, itu baru mereka lakukan setelah tiba di sini. Mungkinkah di dalam organisasi itu juga ada orang dari suku Maset yang terlibat?“Soal itu aku juga kurang tahu,” jawab Juan menggeleng. “Tapi yang kamu bilang tadi nggak salah. Memang ada cara untuk melawannya.”“Aku juga tahu itu,” sahut Chermiko yang baru saja keluar dari kamar mandi. “Aku sempat baca dari buku-buku yang ada di bawah, tapi pertama kita harus tahu dulu cacing apa ini.”Namun hanya dengan sekadar menyebut kata “cacing”saja membuat Chermiko mual, lagi-lagi dia pergi ke kamar mandi untuk muntah.“.…”“Benar apa kata dia,” sahut Juan. Tak sia-sia Chermiko membaca buku itu, setidaknya dia masih belajar sedikit tentang hal baru. Mungkin memang selama ini Juan terlalu meremehkan dia.“Kalau begitu, gimana caranya k
“Seharusnya nggak sampai separah itu?” ucap Juan.“Seharusnya?”“Aku juga nggak begitu banyak tahu tentang cacing parasit. Semua yang aku tahu cuma sebatas dari catatan kuno. Pada kenyataannya aku belum pernah berurusan dengan mereka secara langsung, makanya aku cuma bisa bilang ‘seharusnya’.”Masalah sudah sampai sejauh ini, tak ada salahnya sedikit berhati-hati. Chermiko pun mengangguk, dia dapat memahami kewaspadaan kakeknya.“Kalau begitu … sebenarnya jalur penyebarannya itu dari mana?” tanya Chermiko. Selesai bertanya, dia spontan menatap Brandon karena mereka sebelumnya sempat bersentuhan. Kalau penyebarannya itu melalui sentuhan fisik, maka orang yang telah tertular pasti sangat banyak.“Dugaanku adalah melalui darah.”“Darah?”“Begitu kamu pulang, banyak orang yang bersentuhan dengan darahmu, tapi untuk sekarang ini cuma aku dan pelayan di rumah saja yang sudah tertular. Selama beberapa hari terakhir kamu cuma di rumah ini saja. Kalau benar penyebarannya melalui sentuhan, yang
Juan berusaha untuk mengingat dan perlahan menggeleng, “Sepertinya nggak.”Meski terkadang sulit untuk diatur, Juan selalu melindungi Kenzi dengan baik karena takut dia akan terluka. Kenzi selalu diingatkan untuk tidak melakukan segala hal yang berbahaya, dengan begitu kemungkinan dia terkena bahaya juga otomatis mengecil. Jika diingat-ingat lagi, seharusnya Kenzi tidak pernah menyentuh darah Chermiko.Brandon merasa lega mendengar itu, tetapi masih ada satu hal yang dia tidak mengerti, maka dia pun bertanya, “Tapi … Kenzi juga demam.”“Demam?! Apa ada gejala lain selain itu?” tanya Juan.“Nggak ada, cuma demam saja sejauh ini. Nafsu makannya juga masih bagus. Tadi dia baru saja makan bubur sama jagung sebelum tidur. Tadi aku juga sudah ukur lagi, demamnya sudah turun.”“Ah, baguslah, untung saja ….”“Jadi, kurasa seharusnya Kenzi nggak tertular, ‘kan?” tanya Brandon. Jauh di lubuk hati Brandon sangat berharap demikian, tetapi dia juga masih tidak begitu yakin.“Nggak, pasti nggak tert
Seperti apa pun Brandon meyakinan dirinya sendiri, perasaan khawatir itu sangat sulit untuk dia hindari. Hatinya terasa berat seolah-olah sebentar lagi akan terjatuh. Dia tidak berani membayangkan apabila Yuna benar-benar terinfeksi oleh cacing parasit itu. Yuna sedang hamil dan fisiknya tentu saja tidak akan kuat untuk melawan!Brandon coba untuk menghubungi Yuna beberapa kali tetapi tidak terjawab, biasanya dia tidak akan mengganggu lagi, membiarkan Yuna membalasnya ketika ada waktu kosong nanti. Namun sekarang Brandon tidak sesabar itu dan terus meneleponnya, sampai ….Sampai akhirnya panggilannya itu terjawab. Suara yang tak asing di telinga menggema, dan seketika itu Brandon merasa lemas terkulai bagaikan balon yang kehilangan udaranya.“Halo? Ada apa?” tanya Yuna. Dia baru saja kembali ke kamarnya untuk beristirahat dan mendapati ponselnya terus berdering tiada henti. Dia jadi makin heran saat melihat nomor yang menghubunginya adalah Brandon, karena biasanya dia tidak akan seterg
“Hahaha ….”Mendengar jawaban Yuna yang begitu mantap meski hanya untuk menghibur dirinya sudah cukup untuk membuat Brandon merasa jauh lebih tenang. Lantas dia pun menjawab Yuna dengan kata-kata yang sama, “Aku tahu tubuhku sendiri. Aku masih sehat-sehat saja.”“.…”“Ngomong-ngomong, gimana pekerjaan kamu di sana?”“Lumayan lancar,” jawab Yuna seraya membuka ikat rambut dan merilekskan leher. “ Setelah tugasku di sini selesai, aku bisa pulang. Kalian … juga hati-hati, ya.”Mendengar jawaban Yuna, Brandon tahu bahwa setiap tindakan dan ucapannya masih diawasi dengan sangat ketat. Terkadang memang berbicara itu bukan cara yang aman untuk berkomunikasi di bawah situasi seperti itu, maka itu mereka juga tidak terlalu banyak bicara.“Di sini ada aku, kamu nggak perlu khawatir. Kalau kamu merasa ada nggak enak badan sedikit saja, langsung kasih tahu aku. Tapi kalau kurasa, seharusnya kamu belum tertular.”“Hmm?”“Kalau kamu juga tertular, logikanya semua orang yang ada di sana juga pasti ik
Pada suatu hari di tengah malam, Yuna merasa mulutnya kering dan sakit kepala ketika dia terbangun dari tidurnya. Parfum bernama “First Love” yang sudah sekian lama dia racik akhirnya rampung juga. Setelah memenangkan penghargaan dalam kompetisi yang akan diadakan besok malam, pernikahan dia dengan Logan akan berjalan sesuai rencana. Mereka berdua sudah saling kenal selama lima tahun, terhitung sejak mereka masih kuliah sampai sekarang, dan mereka juga telah berpacaran selama tiga tahun silam. Yuna telah mengorbankan segalanya demi fokus mengembangkan parfum tersebut, hitung-hitung dia juga turut berjasa dalam kemajuan perusahaan Logan. Tampaknya masa depan yang cerah sudah siap menyambut Yuna, jadi malam itu dia memutuskan untuk merayakannya dengan minum-minum. Yuna memijat keningnya dan hendak mengambil segelas air, tapi di saat itu juga dia mendengar sebuah suara aneh yang berasal dari kamar sebelah. Hanya Yuna sendiri yang tinggal di unit apartemen tersebut. Logan memang terkad