“Zaraaa!! Kamu makan dulu!” teriak Monica saat melihat Zara berlari menuju kamar Arkana.Cucu menantunya itu baru pulang kuliah, mereka memang menginap di sini dan bila boleh jujur—Monica sangat senang dengan kehadiran mereka.Tadi pagi ketika sarapan, Zara bertanya banyak hal tentang ilmu kedokteran kepada Edward yang tidak Monica mengerti.Monica bisa melihat raut bahagia di wajah suaminya, Edward begitu antusias mengajarkan banyak hal kepada Zara dan menceritakan tindakan apa yang telah ia lakukan untuk menyelamatkan Arkana.“Zara udah makan, Grandma ... makasiiiih.” Zara membalas sambil berteriak, ia tidak sabar ingin segera bertemu Arkana.Setelah Arkana melewati masa koma dan kritis yang hampir menghilangkan nyawanya, rasa cinta Zara kepada Arkana memang jadi berlipat ganda.Zara menghentikan langkahnya tepat di depan pintu kamar Arkana, memutar knop pintu pelan khawatir mengganggu suaminya yang mungkin saja sedang tidur.Zara tersenyum lebar saat melihat senyum suaminya menyapa
Ponsel Maya berdering berkali-kali, notif pesan dari grup pada aplikasi chat masuk saling bersahutan.Maya hanya memiliki satu grup pada ponsel canggih yang dibelikan menantunya.Sebuah grup yang berisikan para nyonya istri sultan, hanya dirinya yang bukan istri sultan tapi entah kenapa mereka tetap memasukannya ke dalam grup tersebut.Azuri : Ada yang mau ke pelaminan sebentar lagi.Satu kalimat itu tentu saja memicu reaksi anggota grup yang lain.Aura : Siapa? Azalea?Azalea adalah adik dari King.Quenbee : Menyimak dengan keimutan tiada tara.Rahma : Wuih, liburan lagi kita.Rahma menganggap bila benar Zeline yang akan menikah maka pesta itu pasti akan dilaksanakan di luar Negri dan pastinya mereka akan tinggal beberapa hari di sana.Alisha : Asyik, kita ngumpul lagi.Alisha mensyukuri terbentuknya squad ini karena ia merasa merekalah sahabat terbaiknya.Maya : Waaa, selamat ya. Apa yang bisa aku bantu?Dengan polosnya Maya berkata demikian.Azuri : Bukaaaaaan! Bukan Zeline.Maya :
Pemulihan Arkana berjalan cukup baik dan cepat.Setiap malam Edward menghabiskan waktunya membaca jurnal terbaru tentang kasus medis yang di alami Arkana agar dapat mencari tau obat atau teknik dan metode yang bisa mempercepat penyembuhan Arkana.Hasilnya, pagi ini Arkana sudah terlepas dari segala macam selang di tubuhnya.Pria itu sudah tampan dan rapih juga wangi. Zara membersihkan tubuhnya dan mencukur bulu halus di sekitar rahang tegas Arkana.Dan sekarang, meski harus mendapat bantuan Zara tapi Arkana akhirnya bisa sampai di ruang makan.Monica terkesiap melihat sosok cucunya di ruang makan, wanita itu berhamburan memeluk Arkana dan menangis di dadanya.Padahal Monica setiap hari bahkan setiap jam mengunjungi kamar Arkana tapi tetap saja saat melihat cucunya sudah bisa bangun dan berjalan sendiri keluar kamar membuat hatinya bergetar akan rasa syukur yang tidak terhingga.Monica mencurahkan rasa syukurnya itu dengan memeluk Arkana.“Jangan macem-macem lagi kamu kalau pengen nge
Setelah berlama-lama duduk di dalam mobil, menimbang banyak hal akhirnya Raditya turun dari mobil sport kesayangannya.Langkahnya gontai, bahkan kaki Raditya terasa lemas menyebrangi pekarangan rumah Gita.Raditya seringkali mengantar Gita pulang tapi belum pernah menginjakan kakinya di sini.Jantungnya menaikan tempo debaran seiring langkahnya mendekati pintu utama.Tangan Raditya bergetar saat terangkat untuk menekan bel.Dada Raditya sesak seakan banyak batu menghimpit paru-parunya.Raditya berusaha menenangkan diri, tekadnya sudah bulat dan ia harus menjalankan keputusan yang sudah ia ambil melalui pertimbangan matang.Apalagi ia telah mendengar dari Darius bila Angga akan mengajak Bunga untuk bertemu ibunya dan itu berarti mereka akan segera menikah.Raditya harus selangkah di depan, bila Angga baru mengajak Bunga menemui ibunya maka hari ini ia harus sudah bertemu Abi untuk meminang Gita.Raditya yang berjiwa kompetitif tidak ingin kalah meski dalam urusan membangun rumah tangga
“Kamu jangan terlalu memaksakan, Kana! Kamu harus pulih dulu baru pergi ke kantor.” “Kana udah sehat kok Grandpa, banyak yang harus Kana kerjain ... orang-orang juga pasti curiga kalau Kana pergi terlalu lama.” “Oke, tapi kamu enggak boleh kunjungan lapangan sampai seminggu ke depan ... jadwalkan bertemu klien di kantor kamu, pokoknya kamu enggak boleh terlalu capek, Kana! Obat penahan sakit yang Grandpa berikan itu morfin dan kakek enggak bisa terus-terusan kasih sama kamu.” “Iya, Grandpa ... obat penahan sakit yang Grandpa kasih cukup kok.” Edward mengembuskan napas. “Berjanjilah untuk menyayangi tubuh kamu! Jangan memaksakan diri, istirahatlah bila kamu merasa sudah tidak mampu ... tolong anggap serius keadaan kamu itu, Kana!” “Iya, Grandpa ... makasih ya!” Baru kali ini Edward keras pada Arkana, Edward tidak ingin terjadi sesuatu dengan cucunya.Arkana adalah satu-satunya cucu paling badung, semasa kecil—Arkana sering kali terluka, mulai dari kakinya tergerus jari-jari seped
“Malam, Bu!” sapa security kantor Arkana saat Zara baru saja turun dari mobil yang dikemudikan Pak Doddy driver. “Malam, Pak! Udah ngopi?” tanya Zara pada security tersebut.“Belum, Bu!” balas security bingung, kenapa istrinya bertanya tentang itu?“Nanti saya pesen kopi ya buat security di sini.” “Makasih, Bu! Makasih ... jangan repot-repot.” Zara mengibaskan tangan sambil melangkah menuju lift, semua karyawan Arkana tentu sudah mengenali Zara.Wanita cantik dan humble itu selalu ramah pada karyawan pria jauh berbeda perlakuannya kepada karyawan wanita apalagi yang menggunakan pakaian seksi.Tatapan mata Zara selalu mampu membuat mereka bergidig ngeri dan lari terbirit-birit menghindari berpapasan dengannya.Zara melangkah ringan keluar dari lift di lantai di mana ruangan suaminya berada.Lantai itu telah sepi karena memang jam kantor sudah berakhir beberapa jam yang lalu. Menurut informasi yang Zara dapat dari Gita, Arkana masih berkutat dengan pekerjaannya jadi sepulang dari ka
“Hallo sayang-sayangnya Aunty!” seru Zara saat mendapati ketiga keponakannya berada di ruang tamu rumah sang bunda.“Tadi Nak Kama sama Caca ke sini, katanya mau nungguin kamu sama Nak Kana tapi Bunda bilang pergi aja ... Bunda khawatir mereka ketinggalan pesawat,” ujar sang bunda memberitau.“Enggak mungkin lah mereka ketinggalan pesawat, yang ada ada pesawat yang nungguin mereka, Bun ... abang Kama ‘kan punya privat jet sendiri,” balas Zara seraya menggendong Kaluna-si bungsu.“Oh iya, Bunda lupa kalau besanan sama Sultan.” Maya menepuk jidatnya dan diikuti oleh Davanka.Mereka semua lantas tergelak melihat tingkah lucu Davanka.“Bun ... kemarin bunda Aura telepon Zara lama banget.” “Oh ya?” Maya melepaskan Davanka yang kini sibuk memainkan lego berukuran besar sementara dirinya menggendong Kayana yang sedari tadi duduk di bouncer.Kayana dan Kaluna adalah anak kembar Arshavina dengan Kama, sekarang umurnya sudah menginjak sebelas bulan.Kelahiran bayi kembar itu nyaris berbarengan
Para Nanny belum pulang juga padahal Arkana sudah meminta driver untuk menjemput.Arkana tidak enak hati jika harus menghubungi Zara dan memintanya pulang karena akan menunda kegiatan belanjanya bersama Maya.Dan dua bangsul pun belum datang juga, Arka bingung harus bagaimana.Pria itu panik menepuk-nepuk pelan bokong bayi-bayi itu.Davanka merangkak ke pangkuannya minta digendong, wajahnya telah basah dengan air mata tanpa sedikitpun bayi itu berniat menghentikan tangis.Arkana mencari tissue kemudian ia lap wajah Davanka tapi air matanya terus saja mengalir.Beralih pada Kayana dan Kaluna yang menendang-nendangkan kakinya ke udara.“Duh, berenti nangisnya donk sayang ... yuk, kita beli ice cream yuk? Davanka mau apa? Mobil sport? Motor sport? Apa cewek cantik? Uncle cariin deh ... jangan nangis ya sayang ... cup cup cup,” bujuk Arkana.“Kayana ... Kaluna ... cup cup cup ... berenti nangis sayang, mau apa? Sebut aja ... tas mahal? Liburan mewah? Kartu kredit unlimited? Nanti Uncle ka