Pagi harinya, Prince lebih dulu bangun dibandingkan Niana. Pria itu gamang hendak memberitahukan kabar duka itu atau tidak pada istrinya. Bahkan selama ini, Niana tidak pernah mencari tahu tentang keadaan dua orang itu, wanitanya benar-benar menutup semua akses informasi tentang keduanya.Prince yang sebelumnya tengah asyik melamun kembali tersadar ketika Niana mulai bergerak. Tangannya yang kesemutan otomatis membuatnya terperanjat ketika Niana menyenggolnya. Hampir setiap pagi ia seperti ini, dan ia tidak mempermasalahkannya sama sekali. Selagi Niana di dalam pelukannya, semua akan baik-baik saja.“Sayang, bangunlah,” ujar Prince dengan suara serak khas bangun tidur.Tanpa mengulanginya lagi, Niana pun terjaga dan mengucek mata untuk menormalkan penglihatannya. Wajah tampan Prince sontak menjadi pemandangan pertama yang ia lihat. Senyum manis pun tak bisa ia tahan.“Kita tidak terlambat kan?” tanya Niana, ia takut telat bangun dan membuat suaminya telat masuk kantor juga. Ya ... mes
"Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" tanya Prince tak sabar setelah melihat wanita berjas putih itu selesai memeriksa keadaan istrinya."Istri anda baik-baik saja, Tuan. Faktor dari stres dan banyak tekanan terkadang membuat pengidapnya pingsan seperti ini. Anda tidak perlu khawatir karena sebentar lagi beliau akan sadar. Agar hal seperti ini tidak terulang, tolong dinasehati agar bisa lebih baik mengontrol pikiran, dan juga istirahat yang baik agar cepat pulih," jawab Dokter setenang mungkin agar pria di depannya ini berhenti untuk panik.Prince akhirnya bisa sedikit lebih lega, kini ia hanya perlu menunggu Niana sadarkan diri dan membawa wanitanya pulang saat ini juga. "Kamu ingkar, Sayang. Mana katamu jika kamu akan baik-baik saja? Kamu berbohong padaku," lirih Prince seraya mengusap lembut punggung tangan istrinya. Bahkan sedetik pun ia tidak ingin melepaskan tautan tangannya dengan Niana.Tak sampai memakan waktu setengah jam, mata indah Niana kembali terbuka dan kembali menging
“Sayang maaf aku terlalu lama, tadi—Hah? Sudah tertidur rupanya,” ujar Prince sedikit memelankan nada suaranya di akhir ketika melihat sang istri sudah tampak pulas.Prince hanya bisa tersenyum geli tanpa merasa marah sedikit pun, ia yang baru saja selesai memasak mie instan untuk istrinya ini. Tidak apa-apa dan sangat tidak masalah.“Happy sweet dream’s, Sweety,” ujar Prince setelah menarik selimut guna menutupi tubuh Niana agar tidak kedinginan. Tak lupa ia meninggalkan kecupan singkat di dahi serta bibir istrinya.“Baiklah, setelah sekian lama, aku akan memakan mie instan ini. Sayang sekali istriku tidak bisa memakan makanan kesukaannya ini,” gumam Prince yang tengah menikmati mie kuah instan yang masih panas.Yup, meskipun dia tidak terlalu suka pada makanan kemasan apalagi instan seperti ini, berhubung istrinya menyukai, maka ia pun tetap membeli stock beberapa bungkus jaga-jaga Niana sedang ingin. Ya tentunya ia batasi dan tidak bisa dikonsumsi setiap hari. Toh mansion ini sudah
Seperti biasa, pagi hari Niana akan bangun lebih dulu untuk menyiapkan sarapan dirinya sendiri serta sang suami. Seolah tak terjadi apa-apa tadi malam, ia akan tetap bersikap seperti biasanya. Selesai menata menu sarapan nasi goreng beserta toping kesukaan Prince, Niana kembali ke kamarnya untuk memanggil pria itu. Tepat ketika ia membuka pintu kamar, terpampang tubuh atletis suaminya yang masih menggunakan handuk sebatas perut sampai lutut. Rambutnya yang basah dengan tetesan air ikut membasahi bagian atas tubuh suaminya, membuat pria itu terlihat sangat seksi."Mari aku bantu," ujar Niana yang mengambil alih kemeja Prince, membantu pria itu untuk mengenakannya. Prince tersenyum tanpa Niana ketahui, kesibukan wanita itu yang tengah mengurusnya membuat ia berpuas diri menikmati wajah indah sang istri. Cup!Prince tak tahan untuk tidak mengecup bibir istrinya. Bahkan tak hanya sekali, pria itu melakukannya lagi, dan hebatnya kali ini lengkap dengan lumatan candu. Ciuman pagi hari y
"Minggu depan selain kita akan ke Bangkok memangnya ada acara lain, J?" tanya Prince pada Jordan. Kebetulan keduanya baru saja selesai membahas pekerjaan yang baru saja dilakukan. Pengecekan segala ini dan itu serta penandatanganan ini dan itu."Di jadwal yang telah kubuat memang hanya seputar pekerjaan di Bangkok saja. Mungkin di jadwal atau catatan yang kau buat ada hal lain," ujar Jordan membuat Prince teringat dengan catatan ponselnya. Segera ia mencari benda pipih itu, mengaktifkannya kembali setelah beberapa jam diisi daya. Dan saat ia membuka note yang biasa ia isi dengan catatan kecil mengenai sang istri, ia baru menyadari jika minggu depan adalah jadwal di mana ia dan Niana berangkat ke Maldives. Sayangnya hal ini baru direncanakan oleh keduanya, belum sampai terdengar di telinga Jordan sehingga pria itu belum menyiapkan jadwal terbaru."Pantas saja wajah istriku malam tadi sedikit berbeda. Beruntung aku mengetahuinya dengan cepat, tidak terbayan
"Tidak apa-apa, Sayang. Toh honeymoon kita bisa melakukannya kapan saja, aku tidak masalah minggu depan kita gagal pergi yang penting impianmu tercapai. Aku tidak ingin egois, Sayang. Sudah cukup banyak beban yang kamu tanggung tanpa bisa aku bantu, aku tidak ingin menambah bebanmu lagi. Terlalu banyak pikiran nanti kamu cepat tua," ucap Niana membuat Prince tersenyum lega mendengarnya.Prince benar-benar mengatakan kejujurannya, bahwa mega proyek yang ia idamkan sudah terealisasikan, dan ia hanya perlu pergi untuk meninjau dan meresmikan. "Sebagai gantinya, aku ingin kamu ikut ke Bangkok. Sama seperti perjalanan bisnisku yang lain, aku tetap akan membawamu ke manapun aku pergi. Mau ya, Sayang?" pinta Prince dengan wajah memohon. Kurang lebih 1 minggu ia pergi, dan selama itu ia tidak sanggup tidak bertemu dengan istrinya."Tentu saja, aku juga tidak rela jika suamiku pergi sendiri. Aku tidak mau pulang-pulang kamu membawa maduku," jawab Niana membuat Pri
"Katakan siapa kau, Sialan!" sentak Prince penuh amarah. Kepalanya terasa mendidih menghadapi manusia kurang ajar satu ini. Entah ia sudah bertanya berapa kali, namun si cecunguk tak mengindahkan sama sekali.Prince yang sudah habis kesabaran pun melayangkan bogem mentahnya sampai pria itu terjerembab ke lantai. Saking kuatnya bogeman Prince rahangnya terasa geser dan sudut bibirnya terasa perih.Masih belum puas, Prince menarik kerah baju yang pria itu gunakan dan menariknya sampai sang empu baju ikut berdiri, menatap betapa menakutkannya sosok Prince. Rahang tegas pria itu terlihat sangat ketat, belum lagi sorot matanya yang kentara sekali kilatan penuh amarah."Kau berani mengusik istriku, itu artinya kau melangkah lebih dekat dengan kematian, Sialan!" maki Prince tepat di depan wajah bonyok pria itu. Dalam satu kali hentak pria itu kembali terjatuh dengan tubuh terbentur kuat pada lantai. Bahkan sampai terdengar suara gedebum yang cukup kuat. "Terus siksa dia sampai membuka mulu
"Jadi dia masih ditahan oleh Prince sialan?""Betul Tuan. Sepertinya dia melaksanakan janji untuk tidak membuka mulut. Dan sepertinya Prince tidak akan melepaskannya sebelum dia buka suara," jawabnya penuh hormat. Pria bertubuh gempal itu terlihat berpikir keras, tampaknya akses untuk mengambil alih Niana memang sangat sulit. Terlebih lagi adanya Prince, pria dengan kaki tangan yang sangat banyak itu tentunya sulit untuk ditembus. Namun, meskipun demikian ia tidak akan menyerah dan terus memperjuangkan wanita tercintanya."Tidak perlu tergesa untuk melakukannya, kita lakukan secara perlahan namun pasti. Yang terpenting jangan sampai tubuh wanitaku lecet walau sedikit pun. Apapun caranya lakukanlah, aku membayar kau mahal agar rencana ini bisa terlaksana dengan baik," ujarnya menatap tegas pada orang kepercayaannya ini.Pria bertubuh kekar itu mengangguk patuh, akan ia lakukan jika imbalannya memang sangat besar.***Di teras man