Di hotel Royal Luxury, acara tahunan Diamond Link tetap berjalan sesuai dengan rencana. Acara berakhir dengan sukses meskipun telah terjadi hal yang tidak terduga. "Aku benar-benar tidak menyangka Brianna adalah putri dari Richard Hart. Maksudku... aku tahu dia anak orang kaya, tapi aku tidak sangka dia anak pemilik Diamond Link!" Ujar Cindy."Ya, ini berita yang sangat mengejutkan! Pantas saja semua yang dikenakannya, mulai dari pakaian, tas, semuanya barang bermerek. Mobilnya biar terlihat sederhana tapi harganya miliaran!""Tapi mengapa dia malah bekerja di Royal Pierce?""Kalian ini! Bukannya mengkhawatirkan Brianna, malah bergosip saja!""Kami bukannya mau bergosip, tapi ini memang berita yang mengejutkan! Dan kejadian tadi... sungguh diluar dugaan!""Arron, kau yakin Brianna baik-baik saja?" Tanya Lili merasa khawatir pada sahabatnya itu."Hmm... Aku lihat sendiri Brianna sudah dilepaskan Selena. Tapi...""Tapi apa? Jangan membuatku khawatir, Arron!" Saat mereka sedang berbica
"Siapa ini?" "Ini ayah..." Terdengar jawaban di ujung telepon.Brianna tersentak kaget. Tenggorokannya tercekat tidak mengeluarkan sepatah katapun. Pikirannya langsung terbayang wajah Samantha yang terbaring tidak berdaya saat mengatakan 'Jangan benci ayahmu...'Tapi dia tidak bisa!"Maaf, anda salah sambung, aku tidak punya ayah!" Jawabnya dingin sebelum memutus sambungan teleponnya.Steven yang baru keluar dari kamar mandi melihat Brianna sudah bangun dari tidurnya, tapi dia mendeteksi suasana hati istrinya sedang tidak baik."Sayang, kamu sudah bangun?" Tanya Steven lembut sambil berjalan mendekatinya dan kemudian duduk di sampingnya."Hmmm...""Ada apa?" Steven mengambil ponsel yang masih dipegang Brianna dan melihatnya. "Siapa yang menelepon?""Richard Hart." Jawabnya singkat."Apa yang dia katakan?""Tidak ada, aku matikan teleponnya!" Jawab Brianna dengan suara bergetar."Mungkin dia mengkhawatirkanmu...""Kenapa dia tidak mengkhawatirkanku 5 tahun lalu?" Gerutu Brianna pelan.
Brianna memegang buku tentang kehamilan yang tidak dibacanya. Dia termenung melihat taman dari balik jendela kamarnya dirawat. Langit sudah hampir gelap, dan Steven belum datang lagi melihatnya. Kali ini mungkin Steven sangat marah padanya. Brianna meneleponnya beberapa kali, tapi tidak ada jawaban atau balasan dari pria itu.Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka."Stev..." Kata-katanya terhenti di udara saat melihat ternyata bukan Steven yang berdiri di ambang pintu, melainkan Jeanice, ibu mertuanya."Ibu..." "Steven masih belum datang?" Brianna menggelengkan kepalanya sebagai jawaban."Bagaimana keadaanmu, Brie?" Tanya Jeanice seraya berjalan mempersempit jaraknya dengan Brianna, dan berhenti di samping tempat tidur."Aku baik-baik saja, Bu." Jawab Brianna dengan memaksakan senyumnya."Anastasia sudah menceritakannya pada ibu." Kata Jeanice sambil duduk. "Brie, Steven benar-benar mencintaimu, sayang... Dan dia tidak ingin terjadi sesuatu padamu. Belum lagi kondisimu yang sedan
"Kenapa?""Aku ingin menjadi diriku sendiri tanpa embel-embel nama Pierce... Lagipula aku juga akan berhenti bekerja." jawab Brianna."Apa?" Tapi kenapa?" "Apa Tuan Pierce yang melarangmu?" Timpal Arron."Tidak sepenuhnya karena dia. Kejadian semalam membuatku cukup berpikir hingga aku mengambil keputusan ini."Brianna tidak ingin membahayakan janin yang ada di dalam kandungannya. Dia juga sudah terlalu sering ijin tidak masuk bekerja karena kesehatannya. Kali ini, dia masih diberikan kesempatan hingga kandungannya baik-baik saja, Brianna tidak ingin menyia-nyiakannya."Aku pasti akan merindukanmu, Brie..." Ungkap Lili sedih sambil menggenggam tangan Brianna."Kita masih bisa tetap bertemu kok, kalian punya nomor ponselku... Aku juga masih akan berpamitan ke kantor setelah aku pulih." Balas Brianna dengan senyum hangat.Mereka tinggal disana beberapa saat sebelum akhirnya pamit pulang. Lili menumpang mobil Arron dan duduk berdampingan di samping Arron yang sedang mengemudi."Aku sung
"Sayang, kenapa kamu berkata seperti itu?" Carmen memasang tampang sedih di wajahnya. "Aku benar-benar tidak tahu akan ada wartawan yang memotret.""Kenapa kamu mengajakku ke hotel?" Richard bertanya dengan marah."Aku hanya ingin merayakan kesuksesan acara pameran Diamond Link denganmu. Mengapa kamu begitu marah? Kamu terpaksa menikahiku?"Richard sangat-sangat terpaksa menikahi Carmen. Walaupun dirinya berselingkuh dengan Carmen, tapi dia tidak pernah berniat untuk serius dengan wanita itu, apalagi sampai menceraikan Samantha.Namun lima tahun lalu Carmen memberitahu kalau Samantha berselingkuh dibelakang Richard, dan Brianna bukanlah anak kandungnya, melainkan anak hasil perselingkuhan Samantha dengan seorang pria. Wanita itu mengelabuhinya dengan tes DNA palsu, dan Richard percaya!Karena itu, Richard membawa Carmen dan Lisa pulang ke kediaman Hart, dan menendang Samantha dan Brianna keluar dari rumahnya. Belakangan Richard mengetahui kalau Carmen membohonginya. Brianna adalah ana
"Tidurlah... Aku akan membangunkanmu saat sampai." Jawab Steven dengan senyum misterius.Brianna tahu Steven sedang merencanakan sesuatu, dan dia tidak ingin merusak kejutannya dengan mencari tahu. Wanita itu tersenyum dan mengangguk pelan, kemudian menutup matanya.Beberapa saat kemudian laju mobil melambat dan memasuki sebuah pekarangan. Setelah mobil berhenti, Steven tidak membangunkan Brianna karena melihat wanita itu tidur dengan nyenyak."Apa kita sudah sampai?" Tanya Brianna pelan saat dia membuka matanya."Hm... Kita sudah sampai." "Mengapa kamu tidak membangunkanku?""Aku suka melihatmu saat tidur." Jawab Steven lembut sambil membelai wajah Brianna.Wajah Brianna merona merah mendengar kata-kata lembut Steven. Dia memalingkan wajahnya yang panas karena tatapan Steven, namun dibuat tercengang dengan pemandangan di depan matanya."Steven, kita dimana?" Tanya Brianna terpana.Bibir Steven melengkung keatas penuh teka teki. Steven membuka pintu mobil dan keluar, alih-alih menjaw
"Brianna!"Seru Antony Collin sang manajer departemen desain saat melihat Brianna muncul di ruangan. Semua mata pun tertuju pada wanita itu."Halo semuanya..." Sapa Brianna dengan senyum mengembang di wajahnya.Brianna terlihat lebih segar dan ceria dibandingkan sebelumnya. Badannya juga terlihat lebih berisi. Kehamilannya sudah memasuki triwulan kedua, dia tidak lagi mengalami mual seperti sebelumnya, sehingga wanita itu terlihat lebih sehat."Brianna, katanya kamu berhenti bekerja?""Anak tajir seperti dia untuk apa juga kan bekerja disini?""Brianna... Kau tampak lebih segar..""Ya, Brie... Kamu kelihatan gemukan! Maksudku, sebelumnya kau sangat kurus, Brie.."Brianna di hujani berbagai pertanyaan dan juga pujian dari rekan-rekan kerjanya selama beberapa bulan ini. Ada juga beberapa orang yang nyinyir, tapi Brianna tidak ambil hati perkataan mereka."Aku mengucapkan terima kasih atas bimbingan dan kerja sama kalian semua selama aku bekerja sini." Ucap Brianna kepada rekan-rekannya.
"Hei, jangan tanya masalah keluarga, dong!" Protes Lili sambil menghentakkan kaki.Brianna sedikit terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan kepadanya. Dia terdiam sesaat dengan wajah tanpa ekspresi sebelum akhirnya bibirnya melengkung keatas, tersenyum pasrah."Aku minta maaf, aku tidak bisa menjawabnya...""Kalau begitu kamu harus menerima hukuman, ayo minum!" Kata seorang sambil menyodorkan segelas bir kepada wanita itu."Tapi aku tidak bisa minum alkohol..." Jawab Brianna tergagap sambil mengibas-ngibaskan kedua telapak tangannya."Minum... minum... minum... Hanya segelas saja..." Seru mereka mendesak Brianna.Brianna perlahan mengulurkan tangannya hendak meraih gelas itu. Melihat Brianna yang terdesak, tiba-tiba terdengar suara berat yang membuat semuanya terdiam."Biar aku yang menggantikannya minum!"Steven dengan cepat mengambil gelas berisi alkohol itu, dan menenggaknya. Semua mata menatap Steven mengosongkan gelas dengan terkesima. Mereka tidak percaya dengan apa yang mere