Barra memarkirkan mobilnya sesaat sampai di kediaman majikannya, karena dia dan Asih masih harus tinggal di sana.Tentunya selain karena pekerjaan juga, karena Nia yang menginginkan mereka masih tinggal bersama Asih."Kita pulang ke sini dulu, soalnya, Mas ada pekerjaan dengan, Tuan Dion. Kamu juga masih jadi orang kepercayaan, Ibu Nia. Tentu saja kita masih harus sama-sama di sini," kata Barra sambil melihat Asih yang duduk manis di sampingnya.Asih pun tersenyum, dia membenarkan apa yang dikatakan oleh suaminya tersebut."Iya, Mas. Nggak papa, kok," kata Asih."Katanya sih rumah yang bersebelahan dengan rumah, Tuan Dion itu di jual. Rencananya, Mas mau beli. Supaya kamu juga bisa tinggal di rumah sendiri. Tapi, dengan jarak yang dekat dengan, Ibu Nia. Dan, pastinya akan sangat baik," jelas Barra."Tapi, rumah itu gede banget, Mas, pasti harganya juga mahal," Asih tahu rumah yang dimaksud oleh Barra, dan menurut Asih itu rumah yang sangat besar dan mewah.Meskipun tidak sebesar rumah
Makan malam bersama keluarga sungguh hal yang sangat menyenangkan, begitu pun dengan keluarga satu ini.Apa lagi ini adalah masakan Nia dan juga Kiara, Dion yang ingin makan malam ini dengan masakan istri tercintanya yang menurutnya tidak ada yang bisa menandinginya.Selain karena memang rempah-rempah yang di racik begitu tepat, Dion juga tahu istrinya itu memasak dengan penuh cinta.Benar-benar tidak ada yang bisa menandinginya."Mas, mau makan yang mana?" tanya Nia saat suaminya sudah duduk di kursi meja makan.Dion pun melihat banyaknya makanan yang di tata di atas meja makan."Ini semuanya kamu masak sendiri?" tanya Dion."Dibantu sama, Kiara," jawab Nia."Saya cuman ikut yang di suruh, Ibu, Tuan," jelas Kiara menimpali.Urusan memasak Kiara tidak terlalu pintar, selain karena saat di rumah selalu ada Ibunya yang memasak. Dia juga sangat tidak hobi memasak.Kiara memang seorang wanita yang cerdas dan punya ambisi untuk bisa membahagiakan Ibunya, tapi tidak dengan urusan dapur."Ma
Setelah dengan penuh keterpaksaan mendengarkan keinginan sang Mama, akhirnya Niko pun memutuskan untuk pergi lagi.Untuk menginap satu malam saja di rumah rasanya sangat tidak nyaman bagi dirinya, sehingga dia pun memutuskan untuk kembali ke rumah Dion.Seharusnya dia kembali ke apartemen, tempat selama ini dia tinggali. Namun, untuk kali ini sepertinya dia butuh sedikit hiburan, sehingga ke rumah Dion adalah pilihan tepat.Sebab, di rumah tersebut ada banyak penghuninya.Sehingga Niko tidak terlalu stress memikirkan masalah yang dia hadapi, secara tidak langsung dia juga berusaha untuk tetap waras.Tidak terjerumus pada minuman yang memabukkan dan obat-obatan terlarang untuk menenangkan sejenak pikirannya yang sangat kacau itu."Kenapa kau kembali?" tanya Dion saat melihat Niko memasuki ruang kerjanya.Niko memang bebas keluar masuk di rumahnya, bahkan sampai ruang kerja sekalipun.Begitu juga dengan saat ini.Niko langsung melemparkan tubuhnya pada sofa, tampak raut wajahnya yang se
"Sedang apa?" tanya Kiara saat melihat Raya berada di dapur.Setelah menidurkan Dila dia pun segera ke dapur karena ingin membuat secangkir teh hangat, setiap akan tidur dia merasa ingin minum teh hangat terlebih dahulu.Sebab, itu bisa membuat tidurnya lebih baik."Aku sedang membuat teh hangat," Raya pun menunjukan teh yang sedang dibuatnya."O, begitu," Kiara pun mengangguk mengerti."Ada pekerjaan yang aku bawa pulang, karena laporan ini harus selesai besok siang. Jadi, sepertinya aku akan begadang," jelas Raya lagi."Iya, tapi ngomong-ngomong soal pekerjaan. Kamu kok bisa dapat kerjaan di kantor, Tuan Dion? Aku juga butuh tempat magang. Kira-kira bisa nggak, ya aku masuk di sana?" tanya Kiara."Kamu masih kuliah?" tanya Raya yang tidak mengetahuinya."Iya.""Aku kira kamu cuma kerja aja," kata Raya lagi."Nggak, justru aku kerja buat nyari uang kuliah. Aku juga udah nganggur setelah selesai sekolah, karena harus ngumpulin biaya kuliah dulu," ujar Kiara."Wah, hebat ya, kamu. Mend
Maaf teman-teman semuanya, namanya Mama Dion dari Bunga berubah ke Sarah, kayaknya karena sempat libur nulis jadi kelupaan.Dan, revisi juga belum ada waktu, nulis juga harus nunggu bocil tidur dulu. Kadang kejar-kejaran sambil gendong bayi juga, jadi nama Bunga, di jadikan. Sarah Bunga melati aja, ya, hehehe, love you semuanya. Dan, selamat menantikan kisah cinta yang tak kalah menguras emosi juga air mata. Love you pembaca setia aku.***"Aku nggak ngerti kenapa coba, si tua itu terus ngejar-ngejar aku? Apa aku terlihat sangat tua juga seperti dia, sehingga dia merasa aku dan dia cocok? Jijik banget, sih."Kiara terus saja menatap tampilan dirinya pada pantulan cermin.Sejak tadi dia tak hentinya berbicara pada dirinya sendiri, semua itu karena Chandra Winata.Seorang pria aneh dan menurutnya sangat menjijikkan.Bagaimana bisa dia yang masih muda dan cantik malah di sukai oleh Om-om.Sampai saat ini pun Kiara belum juga bisa menerima itu semua, menurutnya sial sekali jika harus ber
"Aku pikir-pikir kita sudah sangat jauh, bahkan hampir memakan waktu 2 jam perjalanan. Tapi, kenapa belum juga sampai. Sebenarnya kita akan pergi ke mana?" tanya Dion yang akhirnya bersuara.Sebab dia juga mulai bosan, terus berada di dalam mobil yang rasanya tanpa tujuan itu."Kau tidak sedang mengerjai aku?" tanya Chandra yang juga ikut menimpali."Sudah sampai," Niko pun menepikan mobilnya di depan sebuah rumah yang cukup sederhana.Dion dan Chandra pun melihat ke arah luar."Kita ke sini?" tanya Chandra yang masih belum mengerti apa-apa."Iya," Niko pun mengangguk membenarkan apa yang dikatakan oleh Chandra."Ini rumah siapa?" tanya Dion yang tak kalah penasaran."Rumah orang pintar," jawab Niko lagi."Orang pintar?" Chandra dibuat terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Niko barusan, "kenapa harus ke sini?" tanya Chandra lagi."Karena, dia bisa membuat, wanita yang kau sukai itu jadi mengejar-ngejar mu!""Apa kita orang bodoh?" Dion pun belum bisa mengerti dengan ini semua, sehin
"Ini ide mu, bodoh! Seharusnya, sejak awal aku tidak percaya!" kesal Chandra."Jangan begitu, namanya juga usaha. Untuk mendapatkan sesuatu yang maksimal itu butuh usaha yang keras, gagal itu biasa. Artinya kau harus lebih keras dalam berjuang," jawab Niko."Berjuang dalam mencari orang pintar lainya?" tanya Dion.Kemudian Dion pun kembali tertawa, bagaimana tidak tertawa. Keadaannya memang aneh, bahkan sampai menemui orang pintar seperti ini.Padahal orang pintar yang mereka temui juga sangat aneh."Dari mana kau punya ide seperti ini? Dasar gila," gerutu Chandra."Ini ide terbaik dari ku, mau lanjut tidak? Namanya usaha, mana tau berhasil," kata Niko dengan wajah serius.Karena tahu Chandra sangat menyukai Kiara, sehingga mungkin saja memilih untuk tetap mencoba hingga akhirnya tuntas."Kalau lanjut kau harus membawa hati semut," Dion pun menimpali, dia hanya sedang mengingatkan apa yang dikatakan oleh orang pintar barusan."Kalau lanjut, artinya kalian siap untuk jadi orang bodoh!"
Kini Niko pun pergi menuju rumah sakit, itu adalah rumah sakit miliknya yang baru saja diresmikan pada beberapa hari yang lalu.Susah payah Niko mendirikan rumah sakit tersebut, dan setelahnya kini merasa begitu lega.Meskipun tidak terlalu besar, akan tetapi ada kebanggaan tersendiri baginya yang sudah bisa membuat lapangan pekerjaan bagi tenaga kesehatan.Awalnya dia berencana untuk hari ini tidak datang ke rumah sakit, akan tetapi dia pun tak ingin pusing memikirkan keinginan Mamanya untuk menikah.Anggap saja itu hanya angin lalu pikirannya, sebab dia memang tak mau.Ataupun mungkin saja Widia hanya sekedar mengatakan keinginannya tanpa memaksakan kehendaknya.Tok tok tok.Suara ketukan pintu pun terdengar, Niko yang duduk di ruang direktur rumah sakit pun melihat arah pintu.Hingga sesaat kemudian pintu pun di dorong dari luar.Tampak seorang pria yang masuk."Permisi, Dok. Saya boleh masuk?" tanya pria tersebut yang tak lain adalah seorang perawat."Iya, silahkan," Niko pun memp