Dokterk mengatakan jika mungkin Edgar akan sadar dalam waktu empat jam. Sayangnya, perkiraan dokter meleset. Edgar belum juga sadar hingga enam jam kemudian.
"Kita baru bertemu tapi kau sudah mendiamkanku seperti ini!" ketus Navier.Matanya sudah berkaca-kaca melihat keadaan suainya yang jauh dari kata baik. Padahal dokter juga sudah menjelaskan jika luka Edgar tidak ada yang mengenai organ vital."Aku salah telah meninggalkanmu. Mafkan aku. Tapi untuk saat ini, kuohon untuk bangun dan sapa aku," monolog Navier.Dia percaya jika keajaiban itu ada, dan mengajak Edgar terus berbicara meski tidak menjawab adalah solusi kesedihannya. Karena tak sedikit yang mengatak meski orang sedang tiak sadar, akan tetap mendengar apa yang kita katakan. Dan, Navier sangat mempercayai itu.Setelah Navier dan Henry berbincang di cafetaria, dia membulatkan tekad untuk kembali ke ruang rawat Edgar. Tidak peduli apakah Cassandra masih ada di sana atau tidSejak itu, Navier masih belum menyerah. Dia tetap mendatangi Cassandra untuk mendapatkan izin bertemu keluarganya. Namun, Cassandra tetap pada pendiriannya.Akhirnya, Navier memilih menyerah saat kematian James.Dia begitu terpuruk dan memutuskan untuk bertemu dengan Edgar secara sembunyi-sembunyi, dan mengabaikan peringatan dari Cassandra.Sayangnya, hal itu justru melukai hatinya.Lissa terlihat mencumbu Edgar di dalam mpbil yang biasa mereka tumpangi. Tidak ada keberadaan Henry sama sekali. Dari sana, Navier menyangka jika mereka telah melangsungkan pernikahan.Tak lama, Navier masih tetap kukuh untuk menemui Cassandra. Namun, dia tidak lagi mendapati wanita itu. Malah, dia diberikan foto di mana Edgar dan Lissa tengah pemberkatan di sebuah gereja."Saya tidak akan pernah melupakan hal itu," desis Navier. Dia menatap tajam Cassandra, dan hatinya kembali sakit saat mengingat perbuatan wanita itu.""Tentu! Dan aku
Brak!Luois menggebrak meja, hingga barang-barang di atasnya berantakan. Dengan lembut, Navier menatanya kembali seperti semula."Kau selalu saja menuduh istriku yang bukan-bukan! Apa di otakmu itu tidak ada hal yang lain?"Navier bisa mengerti jika mata hati Luois terlalu buta untuk melihat semua fakta yang ada. Namun, bukan itu hal pentingnya. Dia yang selalu dipojokkan tanpa didengar penjelasannya."Apa terlalu buta sampai tidak mau melihat pihak lain yang menderita? Apa Anda pikir hanya Nyonya Cassandra saja yang menjadi korban!? Apa Anda setidak peduli itu pada yang lain? Seharusnya Anda mencari tahu dengan baik tanpa menghakimi satu sisi!?""Tahu apa kau tentang istriku?""Yang saya tahu, istri Anda telah beberapa kali merencanakan pemb*n*han untuk saya. Istri Anda yang membuat Henry terlahir prematur, dan istri Anda pula yang berniat menghancurkan rumah tangga anaknya!"Emosi yang ditahan Navier sejak tadi meluap sudah. Dia tid
Henry berusaha untuk memendam emosi dan tidak berteriak memaki, saat melihat apa yang tidak dia inginkan ada di hadapannya. Di kursi samping ranjang Edgar, telah duduk wanita yang paling tidak Henry inginkan. Sang nenek telah tidak ada, itu berarti sebelumnya telah direncanakan oleh wanita itu. "Untuk apa kau kemari, wanita yang tidak diinginkan ayahku!" Henry sengaja tidak menyebut namanya. Karena bagi Henry, terlalu buruk untuk mulutnya mengcap nama wanita itu. "Aku tunangannya, jadi itu hal yang wajah, bukan? Dan kau, anak macam apa yang meninggalkan ruang ayahnya untuk pergi menjemput kekasihnya!" "Kau!" Henry ingin menghampiri dan menjambak rambut wanita itu, tetapi Navier menghalangi dengan mengusap lembut punggungnya. "Aku tidak keluar untuk menjemput pacarku!" balas Henry.Lissa mendecih sinis. "Lalu itu kalau bukan pacar, siapa lagi?""Lalu kau, mengaku tunangan selama bertahun-tah
Navier dan Lissa saling beradu tatapan sengit. Keduanya bahkan tidak mau repot-repot menjaga Edgar yang suha siuman. Padahal, sebelumnya meka yang paling menantikan Edgar membuka mata. Sepertinya hanya Henry satu-satunya orang yang masih waras."Ayah, kau tidak berniat untuk mencari pasangan lagi?" tanya Henry.Edgar tersenyum kecil. Dia tahu jika anaknya tidak serius dalam bertanya. Dia hanya lelah dengan pertengkaran keduanya yang sama sekali tidak berhenti sejak tadi.Ditambah Lissa yang selalu menuduh Navier macam-macam. Jadilah pertengkaran itu menjadi lebih seru."Beruntung sekali Ayah direbutkan dua wanita, ya. Kalau nenek ada di sini, pasti ayah direbutkan tiga wanita. Waw! Aku sungguh beruntung memiliki ayah yang menjadi idola seperti ini," sindir Henry.Meski remaja itu memiliki paras yng cukup rupawan, dia sama sekali tidak pernah merasa diperebutkan secara langsung. Mereka yang menyukainya hanya bisa berani di belakang saja, tanpa mengu
"Kau!!! Kenapa masih berani menampakkan wajah di depan anak dan cucuku!?"Cassandra menunjuk Navier dan melotot garang, seperti singa yang akan menerkam mangsanya. Kedatangannya memecah keadaan, di mana Lissa dan Navier masih betah untuk berdebat. Sedangkan pasangan ayah dan anak sedang berbincang ringan."Kalau Anda tidak lupa, Nyonya. Saya masih istri sah dari Edgar dan ibu kandung Henry.""Tapi kalian sudah bercerai bertahun-tahun yang lalu! Aku sendiri yang melihat kau menandatangani surat itu dan memberikannya pada Edgar.""Ya, hanya sebatas itu, kan? Anda sama sekali tidak tahu apakah surat itu benar-benar diproses, atau tidak, kan?""Kau! Aku sudah bertanya pada Edgar tentang hasilnya. Dan kalian sudah bercerai!""Bagaimana Anda bisa yakin jika tidak melihat buktinya? Apa ada surat resmi yang menerangkan hal itu?"Cassandra geram. Lalu, dia bertanya pada Edgar, "Apa kau tidak mengajukannya ke hukum,
"Sampai kapanpun, Edd. Menantu yang kuakui hanyalah Lissa seorang!" putus Cassandra. Henry tertegun. Tidak menyangka jika hati neneknya begitu keras, melebihi baja. Sedangkan Navier dan Edgar, sudah terlampau kebal dengan perkataan seperti itu. Bagi mereka, tak masalah jika itu hanya ucapan, asal jangan sampai dengan tindakan. Bahkan tindakan dari Cassandra pun sudah pernah Navier rasakan. "Kalau memang Mom menginginkan Lissa menjadi bagian dari keluarga kita, kenapa tidak biarkan dia menikah dengan Dad? Bukankah akan lebih baik jika aku punya dua mama? Satu yang melahirkanku, dan satu yang memberiku kasih sayang," ucap Edgar ngawur! Navier hanya bisa menggelengkan kepala mendengar ide jahil sang suami. Sejak dulu, selera humor suaminya memang tidak tahu tempat jika bersama keluarga seperti itu. "Kau pikir ibumu ini mau dimadu?" "Mom pikir aku mau pindah ke lain sandaran? Sudah cukup Navier yang sekarang masih terlihat muda
Sejak awal, Edgar sudah curiga jika dirinya mendapatkan hal yang asing di tubuhnya. KEsehatan yang melemah, tetapi tidak berani untuk dia ungkap kepada publik, dan gerakan yang tidak lagi seagresif dulu. Karena itu, dia sama sekali belm pernah mengenalkan Henry pada dunianya. Edgar selalu menunggu Navier datang kembali padanya. Dia tahu jika Navier bukanlah wanita yang lemah. Jadi, dia yakin jika istrinya datang, itu berarti persiapannya sudah matang. Selama ini, Edgar sama sekali tidak pernah ragu akan firasatnya. Terbukti, Navier benar-benar datang dengan kekuatan. Hanyasekali lihat saja dia sudah bisa menebaknya. Dengan datangnya Navier, itu berarti Henry siap untuk dilepas. "Kau tidak lelah menunguiku?" tanya Edgar. Malam sudah larut, tetapi Navier masih tetap terjaga. Henry sudah memejamkan mata di sofa ruang itu. Sedangkan Edgar, kembali terbangun setelah beristirahat sebentar. Ulu hatinya terasa ngilu melihat posisi tidur anak
Nyatanya, Henry sama sekali tidak tidur. Dia dengan jelas mendengar percakapan orang tuanya saat ini. Di mana Edgra yang meminta Navier untuk memberikan Henry pengajaran sepertinya dulu.'Sebenarnya apa yang akan kuhadapi?' batin Henry.Selama ini yang dia tahu adalah bersenang-senang menikmati masa mudanya, tanpa disibukkan hal apa pun. Hanya sesekali saat dia libur saja, ayahnya akan memintanya mengerjakan sesuatu yang berhubungan dengan perusahaan.Henry mengira, itu adalah awal untuknya menjadi penerus ayahnya."Kenapa tidak kau lakukan sendiri saja, Edd?"Itu suara ibunya. Dengan keheningan malam, membuatnya mendengar jelas meski mereka berusaha untuk merendahkan suaranya."Kau tahu aku dalam pengawasan ibu dan wanita itu. Kalau saja mereka tidak menempatkan beberapa orang di belakangku, tentu aku bisa melakukan banyak hal. Termasuk melatih dan memperkenalkan dunia kita padanya.""Tapi ... apa kita tidak t