Share

BAB 3 Aku Tidak Mau Bercerai

"Dasar wanita jalang! Jangan mengatakan omong kosong yang bisa menghancurkan reputasi anakku" Zhao Niu mendesis marah ketika mendengar perkataan Li Mei.

"Kalau begitu, ajarilah anakmu bagaimana caranya bersikap dengan baik. Kalau dia terus saja menggoda suami orang, dia akan menghancurkan reputasinya sendiri," kata Li Mei terlihat acuh tak acuh.

Bai Changyi masih menatap Li Mei dengan tatapan kosong. Dia masih belum mempercayai apa yang sedang terjadi di depannya saat ini.

"Suamiku?" panggil Li Mei seraya menggoyangkan lengan Bai Changyi perlahan.

Bai Changyi kembali tersadar lalu mengerjap-ngerjapkan matanya, "aーah, ya … kalau begitu mari kita kembali ke kamar. Tubuhmu belum sepenuhnya pulih dan di luar sini sangat dingin. Ayo ...."

Bai Changyi segera berdiri lalu membantu Li Mei berdiri dengan lembut. Dia menolehkan wajahnya untuk menatap Zhao Niu dan Xiao Mimi dengan tatapan datar, "Nyonya Zhao, aku pasti akan membayar hutangku, tapi tidak sekarang. Aku akan membayarnya sesuai dengan kesepakatan awal."

Bai Changyi terdiam selama beberapa saat sebelum akhirnya kembali melanjutkan ucapannya, "udara di luar sini semakin dingin, dan aku harus membawa Li Mei masuk untuk menghangatkan diri. Kalau kalian tidak ada keperluan lagi, silahkan kalian pulang."

Zhao Niu dan Xiao Mimi hanya bisa ternganga melihat sikap keduanya. Setelah beberapa saat, Xiao Mimi akhirnya merasa sudah tidak bisa menahannya lagi. Dia merasa sangat marah dan cemburu. Akhirnya, dia menghentakkan kakinya, lalu berlari keluar dari halaman seraya menangis. Zhao Niu terlihat panik, dia segera melemparkan tatapan tajam kepada Bai Changyi dan Li Mei, lalu menyusul Xiao Mimi pergi.

Bai Changyi menggelengkan kepalanya pelan, "ayo, kita masuk sekarang. Udara semakin dingin."

Li Mei menatapnya dengan tatapan polos lalu bertanya manja, "apa kamu tidak jadi memapahku?"

Bai Changyi merasa tidak terbiasa dengan perubahan sikap Li Mei. Istrinya dulu selalu bersikap kasar dan kata-katanya terdengar tajam. Namun sekarang .…

Apakah dia boleh berharap sedikit saja?

"Baik. Ayo aku bantu." Gerakan Bai Changyi terlihat kaku. Apalagi ketika dia merasakan kulit halus Li Mei yang menyentuh kulitnya, wajahnya tanpa sadar bersemu merah. Dia sama sekali tidak menyadari sudut bibir Li Mei yang sedikit terangkat.

Li Mei duduk di tepi tempat tidur dan menatap wajah Bai Changyi lekat-lekat, membuat Bai Changyi semakin canggung.

"Suamiku …." panggil Li Mei lembut.

"Aーah, ya?" jawab Bai Changyi dengan canggung.

Bai Changyi sama sekali belum terbiasa dengan panggilan Li Mei. Dulu Li Mei selalu memanggilnya dengan panggilan "Hei!" ataupun hanya "Kamu!", tidak pernah semesra sekarang ini.

"Soal perceraian ...."

Ketika mendengar kata-kata perceraian, suasana hati Bai Changyi kembali muram.

Dia segera memotong perkataan Li Mei, "seperti yang aku katakan tadi, berikan aku waktu beberapa hari lagi untuk mengumpulkan uang untukmu. Setelah itu, aku akan meminta Kepala Desa Wu untuk mengurus perceraian kita."

Setelah itu, Bai Changyi mengangkat kepalanya dan menatap mata Li Mei dengan mata yang terkulai, "aku ... aku tahu aku bukan suami yang becus hingga membawamu ke kehidupan yang sengsara seperti ini. Tapi … jangan pernah melukai dirimu lagi, apalagi sampai menceburkan diri ke sungai seperti kemarin untuk bunuh diri. Aku tidak sanggup melihatnya, maka … aku akan mengabulkan permintaanmu untuk bercerai."

Kata-kata Bai Changyi entah mengapa terasa seperti menyayat-nyayat hati Li Mei. Dia merasa sedih untuk laki-laki ini.

Dasar Li Mei sialan! Apa matamu buta? Apa kamu tidak bisa merasakan ketulusan yang diberikan oleh laki-laki ini? Hidupmu sungguh sia-sia!

"Aku hanya ingin mengatakan kalau aku tidak mau bercerai," kata Li Mei seraya tersenyum lembut.

"Aku mengerti. Besok pagi aku akan mengurus surat perce ...."

Bai Changyi membeku, dia merasa ada sesuatu yang salah. Dia mendongakkan kepalanya dan menatap Li Mei dengan kening yang berkerut.

"Kamu bilang apa barusan?"

"Aku tidak mau bercerai denganmu," jawab Li Mei mantap.

Bai Changyi tertegun untuk waktu yang lama. Setelah beberapa saat, dia naik ke atas tempat tidur, berbaring, menyelimuti tubuhnya, lalu memejamkan matanya rapat-rapat.

Li Mei tertawa ketika melihat tingkah laku Bai Changyi, "dasar bodoh! Kamu tidak sedang bermimpi!"

"Benarkah?" tanya Bai Changyi terdengar ragu.

"Ya," jawab Li Mei.

"Jadi … kamu … kamu benar-benar tidak akan bercerai denganku?" tanya Bai Changyi ragu.

"Ha! Ha! Ha! Tentu saja," kata Li Mei seraya tertawa. Suara tawanya terdengar sangat merdu di telinga Bai Changyi.  "Meskipun sekarang aku kehilangan ingatanku, aku merasa kalau aku yang dulu pasti sangatlah bodoh karena ingin bercerai denganmu."

Ya. Walaupun dia tidak dapat menyalahkan sikap Li Mei sepenuhnya yang tidak mampu menahan kesusahan, tapi dia juga tidak bisa membenarkan perilakunya.

Bai Changyi mencubit lengannya sendiri dengan keras hingga kemerahan, "ah! Aku ... ternyata aku benar-benar tidak sedang bermimpi."

"Apa yang kamu lakukan? Jangan seperti itu!" Li Mei terkejut dan meraih lengan Bai Changyi dengan cepat. Dia segera membelai dan meniup lembut lengan Bai Changyi yang dicubitnya sendiri tadi.

Bai Changyi hanya bisa menatap wajah cantik Li Mei dalam diam. Perhatian dan sikap lembut Li Mei sedari tadi langsung menyembuhkan luka hatinya selama ini dalam sekejap. Dia benar-benar merasa seperti sedang berada di dalam mimpi.

"Tapi, aku memiliki satu syarat," kata Li Mei pelan.

"Apa itu? Katakan saja. Selama kamu berjanji tidak akan meninggalkanku, aku akan menyanggupinya," tanya Bai Changyi terlihat bersemangat.

"Aku tidak suka berbagi suami," kata Li Mei berterus terang. "Kelak, semakmur apapun kehidupan kita, aku tidak mau kalau kamu sampai mengambil selir ataupun gundik."

Bai Changyi menatapnya dengan tatapan tidak percaya, "tidak akan pernah! Aku tidak akan pernah jatuh cinta kepada wanita lain. Aku bersumpah dengan nyawaku!"

"Baiklah, aku percaya kepadamu," jawab Li Mei seraya menatapnya dengan tatapan malu-malu. Setelah beberapa saat, dia kembali menoleh dan menatap suaminya.

"Suamiku, bolehkah aku bertanya lagi soal kehidupan kita? Kamu tadi bilang kalau kamu seorang pemburu bukan?"

"Ya," jawab Bai Changyi.

"Kapan kamu akan pergi berburu ke gunung lagi?" tanya Li Mei.  "Kita harus segera mendapatkan uang untuk membayar semua hutang kita kepada Nyonya Zhao. Dengan begitu, kita tidak perlu berurusan lagi dengannya kelak."

"Ya, kamu benar," jawab Bai Changyi.

"Apakah sepuluh tael perak itu banyak?" tanya Li Mei penasaran.

"Itu … itu cukup banyak," jawab Bai Changyi pelan. Dia menunduk dan merasa tidak berdaya, "kemungkinan aku butuh beberapa kali menjual bulu-bulu hewan itu ke kota sampai bisa melunasi semuanya. Kecuali ...."

"Kecuali apa?" tanya Li Mei kurang sabar ketika melihat Bai Changyi menghentikan ucapannya.

"Kecuali aku masuk lebih dalam ke dalam hutan. Mungkin saja aku bisa mendapatkan harimau dan menjual kulitnya. Selama kita mengulitinya dengan baik, itu akan berharga sekitar lima puluh tael perak. Kalau seperti itu, kita bisa memiliki uang lebih untuk membeli pakaian baru untukmu. Serta kasur dan selimut yang lebih empuk dan tebal."

Li Mei merasa hatinya bertambah hangat. Bagaimana tidak, semenjak tadi suaminya selalu mengutamakan kebutuhannya.

"Tapi ... bukankah berbahaya kalau pergi hutan yang lebih dalam? Pasti akan lebih banyak hewan buas di sana," kata Li Mei khawatir.

"Tapi hanya itulah satu-satunya cara yang kita punya," bujuk Bai Changyi.

Li Mei menggeleng, "tidak, aku tidak setuju. Aku khawatir sesuatu yang buruk akan terjadi padamu."

Entah kapan terakhir kalinya Bai Changyi merasa hatinya begitu bahagia. Saat ini dia bahkan hampir meneteskan air matanya. Tapi dia harus bisa menahannya, dia tidak mau terlihat lemah di depan istri kecilnya.

"Begini saja ... bagaimana kalau aku ikut denganmu besok?" tanya Li Mei.

"Apa?" Bai Changyi merasa sangat terkejut dengan permintaan Li Mei. Dia langsung menolaknya, "tidak, tidak! Itu terlalu berbahaya!"

"Kita tidak perlu pergi terlalu dalam ke gunung. Kamu bisa berburu beberapa hewan liar, dan aku bisa mencari tanaman obat. Setelah itu, kita berdua bisa menjualnya ke kota bersama."

Bai Changyi tertegun. 

"Kamu … kamu mengetahui soal tanaman obat?" 

Komen (2)
goodnovel comment avatar
kenanganku
cerita begini banyak yang mirip hal itu wajat tapi ceritanya bagus h
goodnovel comment avatar
Hany Mahanik
Ada cerita senada di novel yang lain...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status