Sesampainya Alice di mansion, terlihat sudah ada mobil Alex terparkir dibagasi mobil depan mansionnya. Dengan sedikit ketakutan Alice memberanikan diri untuk masuk.“Bodoh benget si Liceee.. Kenapa sampai lupa izin sama Tuan Alex.” Umpat Alice dalam hati“Boy tinggalkan aku berdua dengan Alice. Beri tau semua maid untuk jangan melintasi ruangan ini dan jangan sampai mereka menampakkan batang hidung mereka sedikitpun, jika ada yang melanggar maka mereka akan terima akibatnya.” Tegas Alex.“Baik Tuan.” Jawab Boy yang langsung mengundurkan diri dari hadapan Alex dan Alice.“Rupanya ada yang pergi tanpa meminta izin dariku dulu.” Ucap Alex dengan nada dingin.“Aku minta maaf sayang.” Lirih Alice berdiri dihadapan Alex.“Kau lupa apa syarat yang aku ajukan jika kau ingin pergi ?.” Tanya Alex.“Iya aku tau. Seharusnya aku meminta izin terlebih dulu kepadamu.” Jawab Alice“Ya, dan kau tidak meminta izin padaku. Kau harusnya ingat kalau yang seharusnya meminta izin padaku itu kamu, karena kam
Saat Alex melihat Alice yang mulai merebahkan tubuhnya diranjang dengan segera Alex menyusul untuk berbaring disebelah Alice.“Kau tak menghadapku El ?.” Tanya Alex. Sebenarnya Alice ingin menjawab “Untuk apa ? Mereka tak seakrab itu untuk melakukan pillow talk.” Tapi semua kata itu hanya bisa Alice simpan dalam hatinya.Tanpa menjawab pertanyaan Alex. Alice langsung menghadap kearah Alex.“Alice, emm.. Bolehkah aku meminta itu padamu ?.” Tanya Alex dengan sedikit keraguan.Alice bukanlah anak PAUD yang tidak mengerti kata ITU yang dimaksud oleh Alex.”Maaf Sayang. Tapi aku belum siap. Bukankah sudah aku katakan sebelumnya kalau Aku belum sepenuhnya percaya kalau kau sudah berubah. Terlalu singkat jika kau berkata kau sudah mulai menaruh hati padaku lagi pula aku belum bisa menaruhmu dalam hatiku. Lagian jika kita melakukan itu sekarang dan aku hamil apa yang akan aku katakan pada anak kit
Semakin hari hubungan antara Alice dan Alex semakin membaik. Alice terlihat sudah tak canggung lagi saat berada didekat Alex. Terhitung sudah 1 minggu sejak kejadian dimana Alex menyatakan cinta kepada Alice dan bersedia untuk menunggu Alice mencintainya.Hari ini Alex sengaja pulang lebih awal. Ia rela tak makan saat jam makan siang demi menyelesaikan pekerjaanya hari itu dan bisa pulang cepat.Hari ini Ia membelikan buket bunga lily dan souffle favorit Alice.”Selamat sore Nyonya Alice Sandrina Alfonso.” Ujar Alex dengan senyuman gembiranya dan dengan nada manja.”Wow bunga lily dan souffle. Kau membeli souffle ini di Kafe Chori-chori kan ?” Tanya Alice dengan penuh antusias.”Kau lebih senang aku membawa bunga lily dan souffle sampai-sampai kau mengabaikan ucapan selamat sore dari ku ?” Tanya Alex dengan raut wajah kecewa yang dibuat-buat.”Kau tak pantas memasang wajah manjamu itu Tuan Alexander Alfonso. Selamat sore dan terima kasih banyak.” Ucap Alice yang langsung mengambil bu
Pagi hari dengan mata yang masih terpejam Alice meraba-raba tempat dimana Alex biasa tidur. Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul Ia merasakan Alex yang sudah tidak ada ditempatnya.”Astaga apakah Aku kesiangan.” Alice Terbangun dengan panik.Dilihatnya jam dinding yang masih menunjukan pukul 05.20.”Huh.. Ini masih pagi, tak mungkin Alex berangkat kekantor pagi-pagi seperti ini lagian dia tidak ada info apapun semalam.” Ujar Alice sedikit keheranan.Alice berjalan kearah kamar mandi, Dia mengetuk pintu kamar mandi dan tidak mendapat jawaban apapun dari dalam sana.Akhirnya Alice memutuskan untuk turun ke lantai satu. "Siapa tau Alex ada di ruangan olahraganya." Fikir AliceBaru saja Alice menginjakkan kakinya di lantai satu Alice dibuat terheran-heran, pasalnya jam segini merupakan jadwal pelayan atau penjaga yang lalu lalang untuk memulai aktivitasnya, entah untuk bersih-bersih atau hanya sekedar memastikan keadaan mansion aman, tapi kali ini Alice tak melihat siapapun.K
Di dalam kamarnya, Alice berdiri di balkon kamarnya. Dia menarik nafasnya dalam-dalam berharap nyeri dihatinya bisa sedikit berkurang.Namun sayang itu tak sedikitpun mengurangi rasa sakit dihatinya. Dipukulnya dada Alice dengan pelan."Bodoh !" Ujar Alice setengah berteriak.Alice merasa gagal menjadi seorang perempuan. Menurutnya tak ada perempuan baik-baik yang ingin merebut pria milik perempuan lain. Pantas saja hingga saat ini dia belum bisa bahagia jika saat ini dirinya justru melukai hati wanita lain.”Apa kau tidak punya hati Alice hingga kau merebut laki-laki milik wanita yang saat ini masih terbaring lemah di rumah sakit. Bahkan saat ini Dia sedang berjuang antara hidup dan mati Alice ! Kau harusnya menyemangatinya Alice bukan merebut miliknya. Kenapa Kau egois sekali Alice ! Kenapa sekarang justru Kau mulai mencitai miliknya bahkan mulai berharap pada milik orang lain Alice.” Alice menjatuhkan dirinya kelantai. Dia terduduk sambil mengutuk dirinya sendiri.”Tuhan Aku lelah.
Satu minggu telah berlalu, Alice mencoba untuk tetap kuat. Dirinya harus bangkit dan tidak boleh kalah dengan keadaan karena Alice percaya Tuhan akan memberikan ending cerita yang indah untuknya.Kini Alice mencoba untuk melupakan semua itu. Alice harus tetap seperti biasanya. Alice tak mau kalau Alex sampai tau kalau Alice sudah mengetahui semuanya.”Pagi Bi Ayem. Bagaimana kabar Bibi sekarang ?” Tanya Alice.”Astaga Non Alice, sudah berapa kali Non Alice ini bertanya seperti itu pada saya ? Bahkan sudah seminggu ini Non Alice tidak pernah absen menanyakan hal itu ke saya. Saya udah sehat Non bahkan sangat sehat. ” Jawab Bi Ayem.”Hehehe, masa si Bi. Kan Aku hanya ingin memastikan saja Bi. Aku tidak mau kalau nantinya Bibi jatuh sakit lagi.” Ucap Alice.”Bilang aja Non Alice khawatir tidak ada yang membantu berkebun dan merawat bunga lily milik Non kan kalau Bibi sakit lagi.” Ucap Bi Ayem sambil bercanda.”Hahaha. Ternyata Kau sangat mengenalku Bi.” Jawab Alice.Dari kejauhan Alex te
Ditengah keheningan yang mulai membuka kembali sebuah luka yang telah mengering, disaat yang bersamaan Alex tiba di mansion miliknya.Pemandangan pertama kali yang Alex lihat saat dirinya memasuki mansion miliknya adalah dua orang yang saling menatap sedangkan didalam tatapannya itu terdapat sebuah luka. Alex memang tak tau pasti namun dugaan itu mencuat ketika samar-samar Alex mendengar suara sesenggukan dari Alice.Namun sebisa mungkin Alex menyingkirkan perasaan itu semua.Ekhmm... Suara Alex memecah keheningan itu.Alice yang mendengar suara Alex seketika langsung menghapus air mata yang sudah membasahi pipinya.”Hati-hati dengan pandanganmu karena bisa saja jika Kau terlalu lama memandang istriku Kau akan jatuh cinta dengannya sama seperti Aku.” Ujar Alex menghampiri Alice dan Brian.Aku memang sudah mencintainya sejak dulu Kak, bahkan Aku masih mencintainya sampai sekarang. Aku yang lebih dulu mengenalnya dan bersamanya dibandingkan dirimu Kak ! Andai Aku bisa mengucapkan isi ha
”Jadi bagaimana istriku dimatamu ?” Tanya Alex saat mereka telah sampai di ruang kerja Alex.”Baik, lembut, perhatian, dan sangat cantik. Dia begitu sempurna.” Ucap Brian sambil membayangkan wajah wanita yang saat ini sudah menjadi kakak iparnya itu.”Ekhmm. Ku harap Kau menjawab itu bukan sambil membayangkan wajah istriku.” Ucap Alex.Deg.. Selalu saja kakaknya itu pandai menebak apa yang dia rasakan saat ini.”Hahaha mana mungkin aku berani memikirkan wajah kakak iparku sendiri Kak.” Ucap Brian.”Tenang adikku Aku hanya bercanda. Ya Kau benar, Dia memang sempurna itu yang membuatku tak mau melewatkan kesempatan untuk memilikinya.” Ucap Alice.”Sungguh ? Kau yakin pada pilihanmu ? Lalu bagaiman dengan Meli ? Apa yang akan Kau lakukan padanya saat Dia sadar dari komanya ?” Tanya Brian.”Masalah Meli Aku sudah memikirkan matang-matang. Aku sudah menetapkan pilihanku pada Alice maka Aku sudah siap untuk melepaskan Meli. Aku tidak akan menyakiti kakak iparmu Brian. Aku akan melepaskan Me