Laras sungguh dibuat terkejut dengan kabar yang baru saja dia dengar dari anak lelakinya. Wanita itu bahkan terdiam untuk beberapa saat dengan pikiran yang berkecamuk. "Menikah? Siapa yang akan menikah, Ma?" desak adik kedua Elang sembari mengguncang pundak Mamanya. "Ma!" Erna kembali mengguncang tubuh Ibunya. Semua orang dalam ruang makan itu sangat penasaran dengan kabar yang baru saja diterima oleh Laras."Mama ngomong dong, jangan bikin kita panik," tambah Erin–adik pertama Elang.Tak lama, wanita yang sudah memiliki tiga cucu bereaksi pelan, menatap semua orang yang ada di sana.Laras menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Kakak kamu akan menikah minggu depan." Meski pelan, pengumuman itu membuat semua orang terperangah."Yang benar, Ma? Kok mendadak banget?" Erin kembali bersuara. "Apa Mas Elang sedang main-main?"Laras menggeleng pelan. "Mama tidak tahu. Tapi, Elang terdengar sungguh-sungguh."Erlin dan Erna saling memandang dengan tatapan rumit. Sudah pasti kedua adik Elang
Esok harinya, kabar tentang kedekatan Ayunda dengan seorang pria ternama dari ibu kota, kini sudah menyebar dari mulut ke mulut. Kabar itu cepat menyebar dalam komplek perumahan, di mana, Ayunda juga tinggal di dalam komplek tersebut. Semalam, memang ada beberapa tetangga yang secara tidak sengaja, menyaksikan pria yang namanya memang sudah dikenal banyak orang.Karena kabar itu pula, berbagai pendapat dan tanggapan juga turut mewarnainya. Banyak yang beranggapan, kalau Ayunda beruntung bisa mendapatkan duda kaya pemilik hotel. Tapi tidak sedikit juga yang menduga, kalau Ayunda memakai cara yang tidak wajar, demi bisa menikah dengan pemlik hotel mewah itu. Dugaan tentang Ayunda yang memakai cara kotor bermunculan, lantaran ada beberapa warga yang menyaksikan Ayunda menemui pemimpin hotel Harmoni. Mereka melihat Ayunda sendirian masuk ke dalam ruang yang mereka tahu, ruangan tersebut adalah kantor dari si pemilik hotel.Saat itu beberapa warga yang melihat Ayunda, memang hendak be
Masih di hari yang sama, di salah satu warung sayur, di komplek perumahan, yang penduduknya lumayan padat. Suasana di sana masih terasa cukup menegangkan.Sejak beberapa menit yang lalu, perdebatan yang terjadi antara dua wanita yang berkerumun di sekitar warung masih berlangsung cukup sengit. Wanita si biang gosip dengan wanita yang menjadi bahan gosip masih bersitegang diantara sekumpulan para ibu."Kamu ngancam?" Irma berusaha tidak gentar setelah mendapat ancaman yang baru saja dilayangkan oleh lawan bicaranya. Ibu satu anak itu masih bersikap angkuh untuk melindungi harga dirinya, dari tatapan para ibu yang ada di sana. Dia terlalu gengsi untuk mengakui kalau dia sebenarnya takut diancam seperti itu."Bukannya aku ngancam, ya, Mbak," orang yang menjadi bahan gosip membalas ucapan Irma dengan sangat santai. "Aku cuma bilang, jika Tuan Elang tahu tentang gosip murah meriah seperti ini, apa Mbak Irma mau mempertanggung jawabkannya? Seandainya Tuan Elang tidak terima dan membawanya
"Untuk apa?" tatapan mengintimidasi langsung Elang layangkan begitu mendengar permintaan Laras. Meski Elang sudah menduga, entah kenapa ada sedikit rasa khawatir pada pria yang sedari tadi bersikap tenang selama pembicaraan antar keluarga berlangsung."Untuk apa?" bukannya menjawab, Laras malah mengembalikan pertanyaan kepada Elang dengan alis mata kanan yang terangkat sedikit. Wanita yang masih kelihatan sangat sehat diusianya yang sudah menginjak kepala enam itu, menatap tak percaya kepada putranya."Astaga! Masa gitu aja pakai ditanyakan sih, Mas," Erna menyahuti dengan rasa geram yang kembali hadir. Menurut ibu anak satu itu, sikap kakak laki-lakinya kali ini sungguh ajaib dan diluar nalar. Tidak seperti Elang yang selama ini selalu terlihat lebih cerdas."Apa Mas Elang sudah terserang bucin akut? Sampai orang tua ingin ketemu sama calon menantu saja sampai dicurigai gitu? Kayak baru pacaran aja," gerutunya.Ekspresi berbeda langsung ditunjukan setiap wajah yang duduk dalam satu
Suasana riuh nampak terdengar dari salah satu ruang pribadi yang ada di sebuah bangunan bertingkat. Suara riuh itu berasal dari suara beberapa anak yang sedang bermain dalam ruangan tersebut, serta beberapa orang tua yang ikut menambah ramainya ruangan tersebut.Ruang yang memang disediakan khusus untuk pemilik gedung hotel itu, hanya diisi sebagian kecil dari anggota keluarga pemilik hotel. Namun, suasana ramai cukup membuat ruangan tersebut terasa lebih hangat. Namun suasana riuh itu perlahan memudar kala dari arah pintu masuk, datang seseorang yang sedang mereka tunggu. Awalnya mereka bersikap biasa saja saat melihat wajah seorang pria yang muncul dari balik pintu, tapi beberapa detik kemudian reaksi wajah para orang dewasa berubah saat itu juga ketika mata mereka menangkap sosok wanita yang datang bersama pria yang mereka tunggu."Ayana!" Laras, wanita yang paling tua di sana tercekat begitu melihat wajah wanita yang baru saja datang. Bukan hanya dia, kedua anak dan menantunya j
"Kamu sudah pulang?" suara bariton seorang pria terdengar cukup menggelegar sampai seorang wanita yang mendengarnya, langsung menghentikan langkah kakinya. Wanita itu tentu saja terkejut dengan suara berat itu. Bahkan kepalanya langsung menoleh untuk memastikan pemilik suara tersebut adalah orang yang sangat dia kenal."Eh, Bapak, kirain siapa, ngagetin banget," wanita muda yang tadinya akan langsung masuk ke kamar, merubah haluannya menjadi berbelok menuju ke tempat pria yang sedang menikmati kopi, di salah satu sudut ruang tengah."Babak pulang dari tadi apa gimana?" Wanita itu kembali bertanya hanya untuk sekedar basa-basi, setelah menempelkan pantatnya pada salah satu kursi yang tidak jauh dari tempat duduk Bapaknya."Ya, seperti biasa jam pulangnya Bapak, kamu kan tahu," jawab pria berusia 50 tahun itu sembari mengecilkan suara televisi yang sedang dia tonton. "Kok kamu pulang sendirian? Kata Ibu kamu habis pergi sama Elang?"Wanita muda itu langsung tersenyum dan tangannya ter
Setelah mendapat kabar tentang kedatangan seseorang yang sangat dikenalinya, untuk beberapa saat, Elang menghentikan pekerjaannya. Pikirannya menerawang dengan sesekali dahi pria itu berkerut. Dilihat dari sikap Elang yang mendadak gelisah, sepertinya tamu wanitanya saat ini, bukan tamu wanita yang biasa saja."Kenapa dia kemari? Apa hanya kebetulan saja? Tapi, yang aku tahu dia tidak memiliki kenalan di kota ini?" berbagai pertanyaan serta dugaan seketika bermunculan dalam pikiran Elang.Wajar saja dugaan itu datang karena Elang merasa heran dengan kedatangan wanita yang sudah lama tidak bertegur sapa dengan dirinya. Elang bahkan lupa, entah kapan dia bertemu dan ngobrol yang terakhir kalinya dengan wanita bernama Rebeca itu.Daripada semakin banyak dugaan bermunculan dan hanya akan menimbulkan perasaan tidak nyaman, Elang memilih segera bangkit dari kursi kerjanya lalu melangkah keluar untuk menemui wanita yang menunggunya di ruang sebelah.Sebagai informasi, Elang memang hampir tid
Petang ini, suasana hangat nampak jelas terlihat di kediaman Ayunda. Di rumah itu bahkan beberapa kali terdengar suara tawa yang menggema disela-sela perbincangan semua orang yang berada di sana. Orang-orang tersebut, terlihat mengenakan pakaian rapi demi menyambut tamu yang sebentar lagi akan hadir.Bukan hanya keluarga Ayunda saja yang berada di rumah itu. Beberapa tetangga terdekat mereka juga turut serta hadir atas permintaan pemilik rumah. Malik beserta keluarga, juga membutuhkan saksi dari tetangga karena peristiwa yang akan terjadi di rumah itu, merupakan peristiwa yang cukup penting.Tanpa orang-orang itu sadari, tak jauh dari rumah tersebut, ada dua pasang mata yang sedang mengawasi kehangatan di rumah itu, dari tempat yang agak gelap. Dua orang pemilik mata itu menatap penuh tanda tanya ke rumah Ayunda sejak beberapa saat yang lalu. Entah ada maksud apa dua orang itu melakukan hal aneh tersebut. Yang pasti dari gelagatnya, selain rasa heran, mereka juga menunjukan beberapa