Setelah mengungkap siapa jati diri calon suami Ayunda, sepasang suami istri yang tadi mengajak Ayunda berdebat, seketika itu mereka terbungkam. Dengan mata agak melebar. Suami istri itu serta si pemilik rumah menatap Ayunda dan calon suaminya dengan tatapan tidak percaya."Lebih baik sekarang kita pulang, Mas," ajak Vera sambil menyeret suaminya. "Pria itu bukan tandingan kamu!"Dari ucapan Vera, sepertinya wanita itu memang mengetahui siapa itu Elang Banu Altemose. Tanpa banyak protes, Rio melangkah, mengikuti istrinya, dengan tatapan yang cukup rumit. Selain terkejut, sepertinya pria itu tidak terima dengan pernikahan mantan kekasihnya tersebut."Bagaimana Ayunda bisa seberuntung itu? Apa Ayunda menggunakan guna-guna?" gumam Vera begitu langkah kakinya dan suaminya sudah agak jauh dari rumah Sandri."Hat-hati kamu kalau ngomong. Ayunda bukan wanita seperti itu," dengan ketus Rio malah membela wanita lain, membuat Vera langsung menatapnya tak suka."Bisa jadi, loh. Kamu tahu kan, aku
Elang tidak menyangka, dirinya bisa menghabiskan makanan di tempat makan seperti ini. Tempatnya sangat sederhana dengan ruangan yang tidak terlalu luas. Pengunjungnya pun kebanyakan dari masyarakat dengan tingkat ekonomi kelas menengah ke bawah.Meski tempatnya tidak semewah restoran mahal yang sering Elang kunjungi, tapi tempatnya cukup bersih. Dengan harga yang murah dan juga rasa yang enak, Elang menjadi tahu kenapa rumah makan tersebut cukup ramai oleh pengunjung dengan berbagai profesi."Apa kamu biasa makan di tempat itu?" Elang membuka obrolan, begitu dia dan wanita yang akan menjadi istrinya, sudah kembali berada di dalam mobil. Mobil itu telah melaju pelan sejak beberapa detik yang lalu.Ayunda menoleh sekilas, lalu dia mengangguk cepat dengan diiringi senyuman tipis. "Di sana selain enak, harganya juga sangat murah. Kalau tadi yang kita makan, itu sudah termasuk harga yang mahal, Tuan. Biasanya, sepuluh ribu juga saya sudah kenyang.""Apa! Tadi yang kita makan sudah terbilan
"Tuan.""Eh, iya, ada apa?"Ayunda menatap heran pada pria yang agak terperanjat saat tadi dia memanggilnya. Meski hanya melihatnya sekilas, tingkah Elang yang spontan itu membuat senyum Ayunda mengembang disertai dengan gelengan kepala beberapa kali."Tidak... tidak ada apa-apa," jawab Ayunda sembari mengedarkan pandangannya kembali ke tepi jalan, "mungkin Tuan enggan menjawab pertanyaanku, jadi Tuan mendadak terdiam gitu. Maaf."Sekarang gantian Elang yang menatap Ayunda sejenak dengan dahi yang berkerut. Elang memang harus fokus ke arah jalan karena sedang mengemudi, jadi dia tidak bisa berlama-lama menatap calon istrinya. Setelah beberapa detik mencerna ucapan Ayunda, Elang malah terkekeh lirih. "Hehehe, maaf, tadi aku hanya sempat keingat hal lain, sampai lupa menjawab pertanyaan kamu," kilahnya.Elang tidak mungkin menjawab jujur. Entah kenapa Elang sedikit merasa takut, Ayunda akan marah atau bertindak berlebih jika wanita itu tahu alasan Elang mengajaknya menikah dan tidak ad
Pertemuan yang tidak direncanakan antara dua keluarga itu, kini telah berakhir. Dengan meraih berbagai kesepakatan bersama, mereka sudah mengambil keputusan demi lancarnya pernikahan yang akan terjadi pada salah satu anggota dari dua keluarga itu sendiri.Setelah merasa tidak ada lagi yang perlu dibahas, keluarga Elang memilih undur diri termasuk Elang juga. Cukup lama mereka ada di rumah tersebut karena yang menjadi bahan pembahasan memang cukup banyak juga. Meskipun acara pernikahan yang akan berlangsung dalam waktu tiga hari ke depan, adalah sebuah pernikahan sederhana, tapi persiapan yang dilakukan tidak harus asal-asalan begitu saja. Apalagi yang akan menjalani pernikahan bukan orang sembarangan, jadi acara sakral tersebut harus tetap terlihat sempurna saat pelaksanaannya nanti.Dari pertemuan dua keluarga itu juga berhasil menumbuhkan kesan mendalam bagi masing-masing keluarga. Mereka bisa saling menilai, sikap dan kepribadian satu sama lain dari interaksi dua keluarga yang ak
Geram, itulah yang dirasakan Pemegang saham tertinggi dari Harmoni Altemose grup saat ini. Mendengar kabar dari sang asisten membuat pria berusia 40 tahun itu tidak habis pikir dengan perbuatan orang yang paling dekat dengan keluarganya.Elang memang tidak memiliki bukti kalau Om dan tantenya yang membuat para pemegang saham dan juga rekan kerja mengetahui tentang rencana pernikahannya. Namun Elang sangat meyakini kalau yang melakukan semua ini adalah sepupu dari ibunya tersebut.Jarak 10 tahun perbedaan usia antara Elang dan Om Bonar, membuat Elang tidak terlalu menaruh rasa hormat kepada pamannya tersebut. Semua itu tentu saja disebabkan oleh sikap Bonar yang memang sok berkuasa sejak dahulu dikala Elang masih remaja.Dari usia belasan tahun, Elang memang tidak menyukai Bonar. Entah kenapa, Elang merasa kalau Pamannya itu hanya memanfaatkan Mamanya untuk menjadi orang yang terpandang. Ditambah lagi dukungan dari Papanya Elang, membuat pria itu semakin besar kepala saja."Apa kamu ya
Bonar dan Ratih begitu syok, mendengar ultimatum yang dilayangkan untuk mereka. Mata sepasang suami istri itu membulat sempurna, dan keduanya tidak menyangka kalau mereka akan mendapatkan ancaman yang begitu besar dari wanita yang mereka anggap sebagai Kakak.Siapapun orangnya,tidak akan ada yang menginginkan hidupnya berada dalam keadaan yang miskin. Begitu juga dengan Bonar dan Ratih Meski mereka juga bukan terlahir dari keluarga kaya raya, keduanya sudah dipastikan tidak ingin melepaskan begitu saja kehidupan mewah yang selama ini mereka jalani sejak menjadi bagian dari keluarga Altemose."Astaga, Mbak. Serius, aku tidak pernah menyebarkan berita tentang pernikahan Elang," Ratih masih berusaha membela diri, "Aku hanya tidak sengaja menceritakan niat Elang untuk menikah ke beberapa teman Mbak. Ibarat kata, aku tuh keceplosan.""Ya itu sama saja," sahut Erlin lantang. Terlihat dengan sangat jelas kemarahan dari wanita yang memilik dua anak tersebut."Sudahlah, Tante, nggak usah menge
"Sekarang, cepat katakan, apa yang ingin Om dan Tante bicarakan sama saya?" Elang langsung melempar pertanyaan begitu dia duduk di tempat yang sudah disediakan oleh sepasang suami istri di hadapannya. Dengan sikap yang biasa dia tunjukan, membuat nyali lawan bicara pria itu menciut."Apa tidak sebaiknya kita menikmati hidangan terlebih dahulu?" Ratih mencoba memberi penawaran. Meski sikap dingin Elang mampu membuat wanita itu takut, Ratih berusaha menepisnya dengan sikap yang dibuat setenang mungkin.Elang seketika menatap tajam wanita yang usianya lebih tua tujuh tahun dari dirinya untuk beberapa detik. Tanpa banyak kata, Elang bersiap untuk angkat kaki dari tempat tersebut membuat sepasang suami istri yang ada di sana sontak gelagapan."Kamu mau ke mana, Lang? Om kan belum bicara," bonar berkata sembari memegang lengan Elang agar sang keponakan tidak pergi.Elang melirik tajam tangan Bonar sampai tangan itu terlepas dengan sendirinya. Kemudian diw menatap tak suka kepada pria itu da
Kesal, marah dan kecewa, itulah yang dirasakan seorang wanita, yang baru saja gagal menjalankan rencananya. Segala umpatan dan makian keluar dari mulut Amanda sejak dia ditolak tanpa kata satupun oleh pria yang akan dijebak olehnya.Dari awal Amanda memang telah berhasil menyelinap masuk ke kamar Elang di saat si pemilik kamar sedang bersama keluarganya. Lalu dia memasukkan obat yang sudah disiapkan ke dalam minuman yang memang biasa Elang sediakan di dalam kamar, berjalan dengan sangatvlancar. Namun, sayang, rencana selanjutnya tidak selalu sesuai dengan keinginan.Minuman yang sudah dicampuri obat perangsang memang berhasil masuk ke dalam tubuh Elang. Namun ketika Amanda akan menjalankan rencana penentu, wanita itu justru mendapat kegagalan yang sangat tidak dia duga. Tadi, saat Amanda mendatangi kamar Elang dengan sandiwara yang sudah dia siapkan, Elang justru sama sekali tidak membukaan pintu kamarnya. Setelah memakai jubah tidurnya, Elang memang melangkah ke arah pintu kamarnya,