Share

Jebakan yang Manis

  “Pasti kamu senang kan, bertemu Brian?”

  “Joe, please. Aku sedang tidak ingin berdebat denganmu.”

Rara berjalan masuk ke kamarnya tanpa memperdulikan Joe. Brak! Joe tiba-tiba membuka pintu kamar Rara dengan kasar.

  “Joe! Kamu harus mengetuk pintu sebelum membukanya!” teriak Rara yang sudah merasa sangat geram.

  “Aku tidak perlu meminta ijin darimu untuk melakukan apapun! Apalagi hanya untuk membuka pintu!”

Rara menarik nafas panjang, dia tidak tahu lagi harus berkata apa. Sejak pagi, Joe membuatnya sangat kesal.

  “Untuk apa kamu datang ke kamarku?”

  “Berikan aku keturunan!”

  “Apa?! Kamu sudah gila?!”

  “Kenapa?! Kamu kan, istriku! Sudah sepantasnya kamu memberiku keturunan!”

  “Tapi kamu sudah berjanji tidak akan menyentuhku!”

  “Apakah ada bukti tertulis untuk itu?!”

Rara menggelengkan kepalanya, tak percaya pada ucapan Joe yang baru saja dia dengar. Bagaimana bisa dia melanggar janjinya sendiri? Harusnya sejak awal Rara tahu, bahwa Joe memang tidak bisa dipercaya.

  “Kenapa diam saja?!” Joe mulai melangkah mendekati Rara.

  “Joe, tolong berhenti! Kalau kamu memang sangat ingin memiliki keturunan dariku, maka tinggalkan Clay dulu!”

  “Kamu tidak berhak mengatur hidupku!”

  “Kamu pun, tidak berhak untuk meminta keturunan dariku!”

Joe mendengus kesal. Entah apa yang merasukinya hari ini, hingga dia tiba-tiba berpikir untuk memiliki keturunan dari Rara. Joe bahkan sangat membenci Rara, untuk apa dia meminta keturunan darinya?

Rara segera menjatuhkan dirinya ke ranjang, segera setelah Joe pergi meninggalkan kamarnya. Dia memijat pelipisnya, karena merasa frustasi dengan sikap Joe.

*** 

Joe dan Rara sedang makan malam di rumah. Joe tidak lagi membahas tentang memiliki keturunan bersama Rara. Dia menjadi sangat diam. Suasana rumah bahkan lebih dingin dari biasanya. Ditengah makan malam, Joe tiba-tiba menelepon papanya dan bilang akan menginap di rumah beliau bersama Rara. Tentu saja, orang tua Joe sangat senang mendengarnya.

  “Joe! Kenapa kamu tidak bertanya padaku dulu?” protes Rara setelah Joe mematikan telepon.

  “Aku sudah bilang, aku tidak butuh ijin darimu untuk melakukan apapun!”

Joe melanjutkan makannya, lalu segera berganti pakaian untuk bersiap pergi. Rara tidak habis pikir dengan sikap suaminya ini. Apa lagi yang dia rencanakan sekarang?

  “Besok aku tidak akan pergi ke kantor dan akan diam di rumah Papa seharian.”

  “Terserah,” ucap Rara yang terlalu kesal untuk meladeni suaminya.

Dia lelah harus terus-terusan berdebat dengan Joe. Rara tertidur saat perjalanan, sampai tidak sadar bahwa mereka sudah sampai di rumah orang tua Joe. Joe membangunkan Rara dan membukakan pintu mobil untuknya.

  “Kenapa kamu tiba-tiba bersikap manis?”

  “Kamu lupa? Ini rumah orang tuaku. Kita harus tampak mesra!”

Wah, Joe memang benar-benar berbakat dalam urusan berpura-pura!

  “Aduh, akhirnya Mama bisa melihat kalian mesra begini,” Mama Joe menyambut mereka dengan gembira.

  “Maaf ya, Ma. Kita mendadak menginap di sini. Sepertinya, Joe tiba-tiba merindukan rumah,” ucap Rara sambil memeluk mama mertuanya.

  “Tidak apa-apa, Ra. Mama justru senang kalian berdua datang.”

Setelah masuk ke rumah, Rara, Joe dan orang tuanya berbincang di ruang keluarga. Orang tua Joe banyak bercerita tentang masa kecil Joe. Dari cerita Mamanya, sepertinya Joe adalah orang yang baik dan manis. Tapi, entah kenapa Joe yang Rara kenal adalah laki-laki ketus dan dingin yang tidak berperasaan.

  “Sudah larut, lebih baik kita tidur sekarang,” ucap Joe.

  “Ah, iya,” jawab Rara singkat.

  “Untung saja, tadi kamar Joe sudah dibersihkan. Jadi, kalian bisa tidur dengan nyaman,” ucap mama Joe.

Joe tersenyum sembari menatap Rara. Astaga! Sekarang, Rara paham kenapa Joe tiba-tiba ingin menginap di rumah orang tuanya. Mereka harus tidur satu ranjang, karena harus berpura-pura! Joe benar-benar pria yang sangat licik.

  “Wah, ternyata kamu bisa selicik ini, ya,” ucap Rara saat Joe menutup pintu kamar.

  “Kamu tidak akan pernah bisa mengalahkanku,” balas Joe sambil tersenyum sinis.

  “Jangan coba-coba untuk menyentuhku, atau aku akan berteriak!”

  “Coba saja. Papa dan mama pasti akan sangat penasaran, kenapa menantu kesayangannya ini berteriak di dalam kamar!”

Joe berjalan mendekati Rara yang sedang ketakutan. Dia segera mendorong Rara ke ranjang dan mencium bibir ranum milik Rara. Rara mencoba memberontak, namun Joe terlalu kuat. Joe mulai melepaskan pakaian Rara satu persatu hingga tak bersisa sehelai pun di tubuhnya. Rara hanya bisa pasrah, karena Joe menindih Rara dan memeganginya sangat kuat. Untuk pertama kalinya, Rara melepas keperawanannya dengan pria yang tidak mencintainya. Malam ini sangat panjang untuk Rara. 

*** 

Rara terbangun dan keluar dari kamar untuk menuju dapur, sedangkan Joe masih terlelap. Rara membuat segelas teh untuk diminum sambil menatap keluar jendela dapur, yang pemandangannya menuju taman belakang. Pagi ini sangat cerah dan terasa sejuk. Rara melamun, memikirkan apa yang telah terjadi semalam. Dia berharap, setelah kejadian itu, Joe bisa memperlakukan Rara dengan lebih baik. Lamunan Rara terpecah, saat tiba-tiba dia merasakan ada tangan yang melingkar di pinggangnya.

  “J-Joe, kam—“

  “Sssst. Ada Mama di belakang kita.”

Rara menoleh kebelakang, dan mendapati mama Joe sedang berdiri melihat kearah mereka. Ah, Rara lupa. Mereka masih di rumah orang tua Joe dan masih harus terus berpura-pura mesra.

  “Selamat pagi, Ma,” Rara melepas rangkulan Joe dan tersenyum manis pada Mama mertuanya.

  “Pagi, Ra. Apa semalam tidurmu nyenyak?”

  “Iya, Ma,” Rara tersenyum tipis dan menjawab singkat.

Bagaimana bisa tidur nyenyak, Rara bahkan nyaris tidak bisa tidur karena kelakuan Joe yang berkali-kali menyetubuhinya.

  “Sarapan sudah siap, kita ke meja makan sekarang, ya,” ucap Mama Joe.

Mereka menuju ke meja makan untuk makan bersama. Seperti kata Joe kemarin, hari ini dia tidak akan pergi ke kantor dan hanya akan diam seharian di rumah orang tuanya. Rara sangat kesal, karena dia akan melihat Joe yang berpura-pura seharian ini.

Papa Joe sudah berangkat ke kantor, sedangkan Rara membantu Mama Joe untuk menyirami bunga-bunga yang tertanam rapi di taman.

  “Bagaimana, Ra? Apa Joe memperlakukanmu dengan baik?” tanya Mama Joe lembut.

  “Iya, Ma. Joe sangat baik padaku,” rasanya Rara hampir muntah saat mengatakan kebohongan ini.

  “Joe memang baik dan penyayang. Hanya saja, terkadang dia iri dengan Brian, sepupunya. Jadi sikapnya kadang suka kekanakan.”

Mama Joe meletakkan penyiram bunga yang beliau pegang, dan menggenggam kedua tangan Rara.

  “Kalau nanti sikap Joe tiba-tiba berubah menjadi dingin, tolong maklumi dan terus temani dia ya, Ra. Karena itu tandanya perasaan Joe sedang tidak baik.”

Rara hanya mengangguk dan tersenyum tipis. Mama Joe sangat baik dan lembut pada Rara. Bagaimana bisa, anaknya memiliki sikap yang jauh berbeda dengan Mamanya?

   “Sikap Joe selalu dingin dan perasaannya selalu tidak baik, ma. Sampai kapan aku harus selalu memakluminya?” gumam Rara dalam hati.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status