Diantara tamu undangan yang lainnya terdapat beberapa orang yang mengenal Ayesha sebagai teman di kantornya. Ada Maya dan Cibel. Verni juga terlihat bergabung bersama dua wanita itu. “Bukankah itu wanita yang tiba-tiba datang ke ruang kerja big bosmu?” tanya Cibel menatap ke arah panggung tempat Ayesha melantunkan lagu-lagu. “Yess, Miss. Tidak salah. Itu memang dia.” Verni antusias karena itu memang anak di devisinya. Baru tahu kalau dia penyanyi. “Ternyata penyanyi dia?” Maya menyahut. “Mungkin sebelum ini nyanyi di kafe atau malah jadi purel di karaoke?” Verni malah menduga-duga saja. Ketiganya tersenyum sinis menatap Ayesha yang tampak anggun dan cantik itu. Namun siapa sangka, dia adalah wanita simpanan big bos. benar-benar seperti dua gambar yang berbeda di satu koin. “Barangkali saja ada masalah dengan rambutnya makanya ditutupi hijab. Dan kalau berhijab otomatis bajunya juga menyesuaikan ‘kan?” sahut Vernie tidak percaya kalau Ayesha wanita yang alim. Dia segera ing
Thalita akhirnya menyadari bahwa selama ini dia terlalu kejam pada Rahman. Padahal pria itu sudah berbaik-baik pada keluarganya. Membantu papanya yang hampir stres dan frustasi karena kondisi ekonominya yang bangkrut di masa pandemi ini, sementara sepupunya yang sombong itu malah membuat mamanya terhina. Sebenarnya sudah sejak malam itu, dia mulai merubah penilaiannya terhadap Rahman. Rahman juga bukanlah pria yang buruk untuk disukainya. Meski usia mereka terpaut sangat jauh, sikap Rahman yang sabar atas semua perangainya, membuat Thalita merasa dilindungi. Thalita merasa memberikannya kejutan malam ini adalah hal yang pantas diterimanya. Sebagai permintaan maaf atas sikap-sikapnya selama ini yang selalu mengujinya. Dan kenyataan bahwa Rahman adalah papa dari putrinya tidak akan pernah bisa dihapus dalam hidupnya. Selain terikat pernikahan, di antara mereka juga sudah ada seorang putri, yang selamanya akan menghubungkan keduanya. “Aku sudah menunggumu sejak tadi?” ujar Thalita men
Sebagai orang yang sudah mengalami jatuh bangun dalam hidup, Ayesha pasti sudah memiliki insting bahwa Verni dan kawannya berusaha mempermalukan dirinya di depan Hilbram dengan harus menyanyi. Ketiga wanita yang merasa kelasnya lebih tinggi dari yang lainnya itu berpikir, bahwa big bos perusahaan ini akan datang bersama keluarganya agar bisa membuatnya cemburu dan tersisih. Sayangnya, hal itu tidak akan bisa mereka dapatkan dikarenakan istri dari sang big bos yang mereka tunggu--adalah yang bernyanyi di panggung untuk menghibur. Tidak masalah. Ayesha juga belum pernah bernyanyi langsung di depan suaminya itu. Anggap saja dia ingin mempersembahkan perasaannya pada pria di sana yang sudah duduk dan masih bercengkrama dengan kolega bisnisnya. Ketika master ceremonial memberitahu bahwa Ayesha harus segera bersiap untuk tampil, dia pun berkomunikasi sejenak dengan grup musik dan meminta untuk memainkan sendiri piano pengiring lagunya. Di layar besar yang menjadi latar belakang panggung
“Dasar wanita tidak tahu diri! Bisa-bisanya dia mau ke depan!” Cibel dengan geram melihat Ayesha yang sudah berdiri di samping Hilbram sambil tersenyum seolah tidak ada yang salah. “Yang tahu tentang affair itu kan cuma segelintir kita, itu para cecunguk di sana mana tahu tentang kebusukan wanita itu!” Maya juga ikutan sebal. Apalagi Verni yang rasanya ingin menghancurkan panggung itu. “Kenapa kalian?” tiba-tiba suara Praja mengagetkan mereka. Mereka lupa bahwa ada orang lain yang duduk tidak jauh dari sana. Dan itu pria yang juga dekat dengan Ayesha. “Oh, bukan apa-apa, Pak!” Verni yang merupakan pegawai biasa tidak selevel Maya dan Praja sedikit segan menanggapi pria itu. “Kenapa sejak tadi sepertinya kalian membicarakan wanita yang di depan sana?” Ketiganya diam. Rasanya tidak ingin membahas hal itu dengan pria ini. Bagaimanapun Praja adalah orang yang dekat dengan Ayesha. Sudah tentu akan menganggap Ayesha selalu baik. “Lebih baik jangan bicara macam-macam kalau tidak tahu
Selesai menyuapi Adam makan siang, Ayesha mencoba menggendong anaknya. Namun bayi 8 bulan itu sudah tidak mau digendong lagi. Adam mencoba melepaskan diri dari sang mama. Dia dengan gesit merangkang mengambil mainan yang terserak, bahkan sudah bisa mencoba berdiri sambil berpegangan di dinding. “Ya Allah, Nur. Adam sudah pengen jalan itu?” Ayesha yang mengetahui anaknya berdiri segera mengambil ponselnya untuk mengabadikannya. Papanya harus tahu ini. “Sayang, kemari, Nak?” Ayesha memanggil Adam yang tertawa-tawa sendiri saat merasa bisa menunjukan kemampuannya berdiri. “Ya udah deh, kalau Adam enggak mau sama Mama, Mama berangkat kerja lagi ya?” Ayesha tahu biasanya Adam akan langsung berlari ke arahnya kalau dia mengatakan akan pergi kerja. Padahal tadi dia terus menolak digendongnya. “Mamama...” celoteh Adam sambil merangkak menghampiri kaki Ayesha karena sudah berdiri menenteng tasnya. Dia tahu akan ditinggal karenanya datang menahannya. Ayesha tertawa dan langsung menggendon
“Apa Anda melihat bayiku?” Ayesha dengan panik menanyakan hal itu pada setiap orang yang dilihatnya. Dia bahkan sudah memasuki setiap ruangan untuk bertanya. Namun mereka menggeleng dan hanya menatap wanita itu dengan heran. “Nyonya, apa yang terjadi?” Dua orang tergesa mendatangi Ayesha yang kebingungan itu. mereka sepertinya datang terlambat. “Anakku hilang!” ucap Ayesha dengan frustasi pada dua orang itu. Dia tidak mengenalnya tapi sudah mengira itu adalah anak buah suaminya. “Baik, akan kami urus!” Keduanya segera bergerak untuk menemukan sang tuan muda yang menghilang di usianya yang bahkan belum setahun itu. Saat mendapat kabar itu, Taher yang menemani sang tuan meeting penting belum bisa memberitahu. Dia berharap dua anak buahnya itu bisa mengatasinya. “Ada apa, Taher?” Hilbram langsung bertanya pada Taher dan menjeda meeting mereka. Dia takut ada hal urgent yang bahkan sampai membuat Taher yang tenang itu jadi resah. “Adik Adam hilang, Tuan!” Suhu di ruangan tiba-tiba m
Semua yang di sana menelan salivanya mendengar wanita yang selama ini bekerja bersama di satu devisi mereka ternyata adalah istri dari sang big bos perusahaan ini.Beberapa yang akrab dengan Ayesha merasa senang dan berbangga bahwa pernah menjadi teman baik saat bekerja.Namun beberapa yang lain yang mengikuti jejak tingkah Verni yang sering membebani Ayesha tentu menjadi mulai mencemaskan posisinya. Jangan sampai dipecat di saat seperti ini. Kembali teringat tentang Dannil yang tiba-tiba dipecat karena alasan yang bahkan mereka tidak pernah tahu sebelumnya. Saat ini, mereka yakin, pemecatan itu pasti ada hubungannya dengan Ayesha. Karena semua tahu, Dannil selalu menggoda Ayesha.“Di mana Verni?” Ayesha masih belum bisa melupakan ketegangan yang terjadi. Membayangkan putranya sampai kenapa-kenapa emosinya belum bisa diturunkan.Tidak mungkin Adam bisa turun dari strollernya sendiri kalau bukan wanita itu yang menurunkannya. Karena itu, Ayesha merasa tidak bisa membiarkan hal itu b
Saat makan malam pria itu tampak risau, hingga setelahnya Ayesha menjadi tidak enak kalau ingin menanyakan atau memberitahu sesuatu.Bukan hanya itu, Ayesha tentu saja menjadi ill feel karena bisa jadi panggilan yang di balkon itu berasal dari Thalita. Lebih-lebih melihat Hilbram sampai secemas itu pada Thalita.“Adam sudah tidur?” tanya Hilbram menggugah lamunan Ayesha yang tercenung di atas tempat tidurnya itu.“Oh, sudah, Mas!” jawab Ayesha yang melihat suaminya baru masuk ke kamar.“Ya sudah, istirahat gih! Sudah malam,” titah Hilbram mengusap rambut kepala Ayesha lalu masuk ke dalam kamar mandi.Begitu keluar dari kamar mandi, Hilbram masih juga melihat Ayesha di posisinya semula. Padahal Hilbram hampir ketiduran di bathup tadi.“Kenapa?” tanya Hilbram mengikat tali bathrobe yang digunakannya lalu duduk di samping istrinya itu. Sepertinya ada yang menganggu pikiran Ayesha.“Mau ngobrol sebentar sama, Mas. Itu pun kalau Mas tidak merasa keberatan,” ujar Ayesha melirik suaminya.