"Kita akan bertemu lagi," ujar Marcel sebelum melanjutkan langkahnya kembali.
Menaiki pesawat yang hampir lepas landas yang akan membawanya ke tempat tujuan.***"Bagaimana Honey, apa Marcel sudah sampai di bandara?" Zack memeluk Celine dari belakang."Kenapa? Sepertinya kau sangat mengkhawatirkannya?""Astaga, kau ini bicara apa? Wajar jika aku menghawatirkan Adikmu."Zack semakin menelungkupkan wajahnya ke leher jenjang istrinya."Hem, iya iya iya. Aku hanya cemburu dengan perhatianmu. Bisa kah kau melayani aku seorang Baby!" Celine menggigit bibir bawahnya.Memang cukup lama mereka tidak melakukan hubungan badan dari semenjak Zack memutuskan untuk kembali pada Greta dulu.Wajar saja jika pria tampan itu menginginkan sentuhan hangat dari istri tercinta."Selalu itu yang kau mau. Aarrgghh!" teriak Celine saat Zack tiba-tiba membopongnya.Sambil bertatap mata dia m"Angel, nama yang bagus! Ternyata kita begitu dekat! Kita berada dalam negara yang sama."Marcel bergumam sendiri sambil senyum-senyum setelah membuka dompet yang dia temukan di bandara yang ternyata milik gadis bernama Angelina Lee terlihat dari kartu identitas yang dia ambil.Gadis itu rupanya tinggal di kota yang sama dengannya yakni Itali.Namun entah mengapa gadis itu seperti dikejar-kejar waktu itu dan ini masih menjadi alasan bagi Marcel.Marcel lalu mengambil ponselnya dan berusaha menghubungi nomer yang tertera di sebuah kartu nama.Marcel mengerutkan alisnya saat panggilan itu berdering tetapi tidak juga ada yang mengangkat."Sepertinya kau gadis yang misterius."Beberapa kali panggilan itu Marcel lakukan tanpa putus asa dan akhirnya membuahkan hasil.Suara serak basah terdengar dari sambungan telepon mengatakan."Halo, iya, siapa ini? Halo!"Suara kencang yang tiba-tiba membuat Marce
Dua hari kemudian saat Marcel yang tengah meeting bersama para stafnya tiba-tiba ponselnya.Terpaksa dia izin untuk keluar sebentar untuk melihat siapa yang meneleponnya. Marcel memicingkan matanya saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya."Ange."Tak perlu menunggu waktu lama, pemuda tampan itu segera menggeser tombol hijau hingga panggilan kini tersambung."Halo!""Hei, kau dimana sekarang! Aku ada di Louisa Resto, cepat temui aku!""Sekarang aku masih meeting dengan para staf, satu jam lagi aku sampai di lokasi!" Angel melongok mendengar kata satu jam lagi."Astaga, satu jam lagi. Please, aku tak bisa lama-lama disini! Aku akan kembali ke New York secepatnya!"Marcel merasa heran dengan gadis ini, kenapa begitu buru-buru-nya meninggalkan kota kelahiran dia."Aku tidak janji, usai meeting nanti aku langsung ke tempat tujuan."Tut!Tut!Marcel menutup teleponnya, tak perduli dengan apa yang dikatakan oleh gadis itu, walau kendati demikian dia sudah tak bisa fokus lagi dengan
"Orang tuan Nona pasti sangat senang jika tau kami berhasil membawa pulang Nona!""Lepasin!" Angel terus saja meronta.Melihat kegaduhan di luar tentu sama membuat Marcel keluar dan tak bisa tinggal diam melihat seorang wanita di tangkap oleh dua orang bertubuh besar.Walau dia sendiri tidak mengenal siapa mereka."Heh, lepasin dia!" ujarnya sambil menunjuk ke arah mereka."Kami tidak ada urusannya dengan anda, Tuan. Lebih baik Tuan jangan ikut campur!"Angel membelalakkan matanya saat sebuah mobil yang sangat dia kenal berhenti di hadapannya. Dia berusaha menyembunyikan wajahnya saat melihat siapa yang turun dari mobil tersebut."Da_Daddy!"Dengan gagahnya pria paruh baya itu menghampiri mereka dan menyuruh anak buahnya untuk melepaskan putrinya dengan kode gerak tangan.Kedua anak buah itu spontan melepaskan genggaman tangannya terhadap Angel."Kenapa kau melarikan diri seperti ini? Pulang! M
"Aku ..., em, aku ..."Melihat gelagat Marcel yang gelagapan, Nyonya Belinda dan Tuan Andrew tak bisa memaksa. Oleh kerena itu mereka mempercayakan kedua anak muda itu untuk bicara."Ya sudah, kalian bicarakan dulu berdua. Setelah itu kabar kami jika dirimu sudah siap memanggil orang tuamu datang kemari.Mereka beranjak dari meja makan meninggalkan Marcel dan Angel berdua. Kini mereka saling pandang dengan tatapan seperti kucing dan anjing sama-sama ingin menerkam."Kenapa kau lakukan ini? Kenapa kau seret aku dalam masalahmu?" tanya Marcel dengan tatapan menakutkan.Dia berdiri dari duduknya dan mendekati Angel. Merasa tak bisa menjawab pertanyaan Marcel, Angel pun bangun dari duduknya dan beranjak pergi, tapi tangan Marcel sigap menarik dan mengungkungnya menempel di dinding.Marcel mengunci tubuh Angel di antara kedua tangannya, wajahnya semakin mendekat seolah akan menciumnya."A_apa yang akan ka_kamu laku_
"Tapi Baby, apa kau yakin akan kesana?" "Kenapa tidak. Apa kau mau ikut dengan kami?" Celine tersenyum manis.Melihat senyum dari istrinya membuat Zack semakin merasa bersalah.Tanpa menjawab ajakan dari Celine, Zack berjalan lebih dulu masuk ke dalam mobil dan membuka semua pintunya.Mempersilahkan semuanya untuk masuk dan bergegas ke tempat tujuan."Terima kasih, Honey. Kau mau mengantar kita ke sana." Zack membalasnya dengan senyuman kecut.Mobil berjalan begitu kencang, sengaja Zack melakukan itu agar urusan mereka cepat selesai. Rasanya Zack tak ingin berlama-lama berurusan dengan yang namanya Greta jika itu memang benar dirinya.Sesampainya di sana, kepala rumah sakit jiwa menyambut baik kedatangan wanita yang pernah menitipkan pasien di dalam."Selamat siang, Nyonya. Sepertinya ada hal serius, Nyonya membawa banyak orang kemari?" Zack memicingkan matanya heran, kenapa kepala rumah sakit jiwa ini begitu b
Betapa terkejutnya mereka saat mendapati tanda lahir itu benar-benar ada di lengan kiri Greta.Mata nyonya Gutawa spontan berkaca-kaca, hatinya terasa sesak kala mengingat putrinya yang lama hilang dan sekarang ..."Pah, putri kita. Greta putri kita, Pah," ucapnya dengan nada bergetar.Tuan Charles mengangguk cepat sambil menggigit bibirnya, menahan bulir beling yang hendak terjatuh."Jadi ..., jadi dia benar-benar putri kalian?" Kedua orang tua itu mengangguk serentak. Celine bisa merasakan bagaimana perasaan mereka berdua saat ini.Batinnya merasa teriris, terutama dengan nyonya Gutawa yang merasakan mengandung dia selama 9 bulan dan melahirkannya. Belum puas membesarkan, anak itu hilang entah kemana.Kini sosok itu ada di hadapan mereka, sosok yang di rindukannya selama ini."Benar, Nyonya, dia putri kami. Dia Greta yang selama ini kami cari-cari!"Greta hanya terdiam bingung sambil menggaruk rambut
"Aku minta kalian diam! Jangan sampai bocorkan tentang masa lalu kepada mereka."Celine dan Veronica saling pandang heran, entah kenapa raut wajah Zack terlihat kesal.Jika memang dia tidak mengizinkan nyonya Gutawa dan tuan Charles tinggal di sini, seharunya dia mengatakan sejak awal.Saat itu juga Granella datang. Gadis yang baru saja pulang kerja dibuat bertanya-tanya mendengar ucapan Zack yang tidak dia sengaja terdengar sampai ke depan."Aku pulang."Namun suasana tampak sepi tanpa ada yang menjawab kepulangan Granella."Adda apa ini? Kenapa kalian terlihat tegang?" tanya Granella penasaran. Masih saja tidak ada jawaban dari mereka, Zack justru bangun dari duduknya dan menjauh pergi dari hadapan mereka."Granella kau sudah pulang?" Celine berusaha mencairkan suasana."Apa yang terjadi pada Kak Zack, Kak? Mereka? Siapa yang dia maksud?""Oh, tidak. Mungkin Kakakmu mungkin hanya sedang lela
Tok! Tok! Tok!"Marcel buka pintunya!"Di dalam apartemennya Marcel terperanjat kaget saat seseorang mengetuk pintu dari luar begitu keras.Dia bertanya dalam hati, siapa yang datang. Pasalnya selama ini tidak pernah ada orang datang ke tempatnya kecuali menghubunginya lebih dulu lewat sambungan telepon.Tok! Tok!"Marcel buka!"Beberapa ketukan itu membuat dia penasaran, secepat mungkin dia menghampiri untuk melihat siapa yang datang."Angel, sedang apa kau di sini?""Aduh! Itu tidak penting. Kau harus ikut denganku sekarang," gumamnya sambil menarik tangan Marcel seketika."Eits, tunggu! Ada apa ini?""Udah! Nanti aku ceritakan di dalam mobil!"Gadis itu segera menggandeng tangan Marcel dan berlari kecil bergegas membawa pemuda tampan itu pergi."Sebenarnya ini kita mau kemana? Kenapa kau begitu buru-buru." Tetapi Angel tidak menjawab, dia justru memberikan sesuatu pada Marc