Di dalam mobil tidak banyak pembicaraan dari mereka, keduanya terlihat mencari kesibukan masing-masing.
Zack terlihat fokus menyetir ke depan, sedang Celine sendiri ragu untuk bicara."Tu-Tuan tolong kali ini jangan turunkan aku di tengah jalan. Hari ini aku sudah sangat terlambat." Tidak ada jawaban dari Zack sampai di kampus. Celine turun, begitu pula dengan Zack yang ikut turun ingin melihat bagaimana hasil usaha istrinya.Banyak mahasiswa mengerubungi majalah dinding dimana hasil pengumuman itu di tempelkan."Permisi, apa kau bisa memberiku sedikit waktu." Tetap saja meraka tak mau menyingkir.Dengan tubuhnya yang tinggi membuat Zack melihat lebih dulu hasil itu sebelum Celine sendiri melihatnya.Ingin rasanya dia tersenyum, bahkan tertawa sambil memeluk istrinya, hanya saja dia tahan Karana masih di lingkungan kampus."Mata Celine spontan berkaca-kaca saat melihat hasil di mana dia menjadi lulusan terbaik dengan nil"Tidak masalah, Tuan. Hal seperti ini sudah biasa bagi orang yang baru sembuh dari komanya. Kita lihat satu atau dua jam ke depan Nyonya Veronica sudah bisa membuka matanya dengan baik."Mereka bernafas dengan lega untuk yang kedua kalinya."Syukurlah kalau begitu, Dok. Terima kasih."Marcel yang menjauh dari mereka dan terlihat menghubungi seseorang. Tak berapa lama kemudian terdengar Veronica kembali memanggil Celine, bukan anak-anaknya yang dia panggil melainkan menantunya."Celine, kau dimana, Nak?""Ibu?" ucapnya memastikan apakah itu benar-benar suara Veronica yang terdengar?Celine segera masuk kembali ke ruang rawat itu."Ibu, syukurlah kau sudah sadar! Kami sempat cemas memikirkan-mu, Bu.""Aku tidak apa-apa, Nak." Veronica berusaha untuk duduk, namun Celine mencegahnya."Eh, Ibu mau apa? Biar aku yang melakukan?" Rupanya koma satu bulan membuat dia merasa haus. Tenggorokannya terasa kering bah
"Raka. Apa betul itu kamu, Raka?""Iya ini aku, Sayang. Ini aku Raka."Ingin rasanya Celine memeluk laki-laki yang selama ini dia rindukan, tetapi uluran tangannya mendadak terhenti kala mengingat dirinya yang sudah tidak sendiri lagi."Sedang apa kau di sini? Bagaimana kalau kau sakit nanti?" Celine masih menggeleng tak percaya."Untuk apa kau kembali? Kenapa kau selama ini, hah?""Celine maafkan aku! Aku tidak bermaksud untuk meninggalkanmu." Raka berusaha menyentuh gadis pujaan hatinya, tapi Celine selalu saja menepis."Aku sibuk! Dan aku tidak punya waktu untuk menghubungimu!" Mereka terpaksa bicara cukup keras karena suara meraka tersamarkan dengan bunyi hujan yang begitu deras.Celine tersenyum pilu saat mendengar kalau Raka terlalu sibuk. Sesibuk apa sampai dia tidak bisa menghubungi walau hanya sekedar membalas chat-nya."Celine, aku mohon maafkan aku! Aku kembali hanya untuk dirimu!""Lepas! J
Hacim!Hacim!Tubuh Celine menggigil di pagi hari padahal matahari sudan menyinari dan membuat silau matanya.Hidungnya terasa tersumbat Celine terus saja bersin-bersin. Dia tersadar kalau tempat tidurnya sudah berubah, padahal semalam dia tidur di sofa seperti biasanya. Tapi sekarang posisinya kini di atas tempat tidur.Setelah dia melihat ke arah sofa, ternyata Zack yang menggantikan posisinya tidur di sofa."Tuan, kapan Tuan Zack pulang dari rumah sakit?" gumamnya dalam hati.Walau tak enak badan dia paksakan untuk bangun mengingat hari ini adalah hari kelulusan dia di kampus.Pihak sekolah sudah menyiapkan panggung kecil untuk mahasiswanya yang lulus."Astaga, badanku ini rasanya sakit semua." Celine mengulet sebelum masuk ke kamar mandi.Usai beberes dia turun ke lantai dasar untuk sarapan, namun pagi itu dia tidak berselera, Celine hanya menyambar segelas susu hangat yang sudah di siapkan oleh Del
"Sayang, astaga aku mencari-mu kemana-mana, ternyata kau ada di sini." "Raka," gumam Celine lirih. Wajahnya semakin memucat saat melihat wajah Zack yang terlihat bengis."Apa kau bilang? Kau memanggilnya dengan sebutan apa?" "Hei, siapa kau! Kenapa? Aku memanggil Celine dengan sebutan Sayang, apa ada yang salah?"Tap!"Argh!" Celine berteriak saat Zack seketika mendorong Raka hingga terhuyung ke belakang."Hei, siapa anda? Kenapa anda terlihat tidak terima kalau aku memanggilnya dengan sebutan Sa ...""Berani kau mengucapkannya sekali lagi! Akan ku pastikan pulang nanti kau ...""Argh! sudah, Tuan lebih baik kita pergi dari sini." Karena Celine tau apa yang Zack katakan itu akan benar-benar terjadi sama seperti Bagas kemaren.Sebelum Zack meneruskan kata-katanya, dia segera mencegahnya namun Raka kembali bersuara."Tuan, Sayang kenapa kau memanggilnya dengan sebutan, Tuan. Memangnya dia siap
Uhuk!Uhuk!Kini masuk angin Celine merambah menjadi batuk. Dia membuka matanya sambil terbatuk yang membuatnya spontan duduk.Melihat kondisi istrinya yang sakit, Zack segera mengambil segelas air hangat dari dispenser."Minum ini, dan minum juga obatnya." Walau cara bicaranya masih ada penekanan, Zack berusaha baik pada istrinya."Terima kasih, Tuan."Rasanya tidak mungkin jika dia menanyakan tentang kejadian kemaren pada Celine sekarang. Dari pada membuat Zack kembali geram, dia segera keluar untuk menghindari."Apa istrimu sudah bangun, Zack?" tanya Veronica, namun Zack hanya mengangguk.Penasaran dengan masalah kemaren, Veronica mendatangi Celine di dalam kamarnya.Tok!Tok!"Eh, Ibu. Silahkan masuk, Bu.""Bagaimana kondisimu, Nak. Apa sudah agak membaik?" "Sudah lebih lebih baik dari pada kemaren, Bu.""Syukurlah kalau begitu. Zack nampaknya sangat cem
"Apa, Kak Raka kembali? Lalu bagaimana dengan Kak Zack. Apa dia mengetahui hal ini, Kak?" Celine menggeleng.Jesica yang sudah mengenal Raka sebelumnya ikut terkejut saat Celine mengatakan kalau kekasihnya itu kembali.Sudah bisa di bayangkan seandainya Zack tau siapa laki-laki itu, tentu dia tidak akan tinggal diam."Astaga, Kak. Lalu bagaimana jika Kak Zack! Aku tak bisa membayangkan kalau dia akan marah pada Kakak.""Aku pun bingung, Jes. Kakak tidak tau apa yang musti Kakak lakukan."Lamanya mereka mengobrol Jesica pamit untuk pulang. Zack menyuruh Jony untuk mengantar adik iparnya sampai di rumah."Pastikan dia pulang dengan selamat, Jony.""Siap, Tuan," jawab anak buah itu singkat.Bosan di luar dia masuk ke dalam dan mendapati Marcel sedang mengemasi barangnya dengan Veronica.Rasanya Zack enggan untuk menanyakan kalau Veronica tidak menyapanya lebih dulu."Zack, apa kamu tidak ke kantor
"Celine, kau mau kemana? Pagi ini kau terlihat cantik sekali.""Aku mau mendatangi acara kelulusan sekolah Adik'ku Jesica, Bu. Dan aku sudah minta izin pada Tuan, kemaren?""Oh, ya sudah. Kalau begitu kau hati-hati di jalan.""Kalau begitu aku pergi sekarang." Usai mencium pipi mertuanya, Celine bergegas untuk pergi.Tak lama setelah kepergiannya, Zack turun dengan pakaian formal sambil menenteng tas kerjanya."Pagi Mah.""Pagi Zack, hari ini kau ke kantor?" "Iya, ada beberapa meeting yang harus aku hadiri hari ini."Veronica senang putranya mulai aktif kembali di kantor, sementara Jony sudah menunggu majikannya di luar."Aku pergi sekarang, Mama jangan lupa minum obatnya! Aku tidak mau jika Mama sakit kembali!""Kau tidak perlu menghawatirkan soal itu, Zack. Pergilah."Pada kenyataannya di kantor Zack tidak bisa fokus dengan pekerjaannya, dia masih saja membayangkan kejadian kemaren
"Aku mencintaimu, Celine!""Tapi aku mencintainya!"Duar!Langkah Zack terhenti seketika saat mendengar pernyataan dari mulut istrinya, hati yang semula bergemuruh mendadak lemah saat tau kalau ternyata meraka tidak seperti apa yang sedang dia pikirkan."Apa? Kau bohong! Kau hanya mencintaiku, aku tau itu.""Dia suamiku! Dan aku mencintainya!"Duar!Bagaikan di sambar petir untuk yang kedua kalinya untuk Zack dan Raka. Betapa terkejutnya meraka dengan pengakuan wanita ini."Sialan! Tidak ada yang boleh mendapatkan-mu sekalian aku!""Argh!"Tap!Celine berteriak sambil menunduk saat Raka mulai mengangkat tangannya kembali. Namun tangan itu tidak kunjung menyentuhnya.Celine memberanikan diri untuk mendongakkan wajahnya dan ternyata ..."Tuan!" .m..mm?..."Tidak akan ku biarkan tangan kotor ini menyentuh istriku!"Euh!Zack mengibas tangan Rak