Alya tak menyadari saat Reno memasuki kamar tidur mereka. Dia langsung berdiri dan menyapanya.
"Mas sudah pulang? Maaf aku tidak menyadarinya," ujar Alya dengan sedikit kikuk.
"Bagaimana tadi? Apa keadaan Ibumu sudah lebih baik?" Dengan wajah kakunya, Reno bertanya pada Alya.
Alya sedikit menyipitkan matanya mendengar pertanyaan yang di lontarkan oleh Reno. Biasanya Reno tidak perduli sedikitpun dengan apapun yang berhubungan dengan Alya.
"Baik, Mas. Ibu baik-baik saja. Terima kasih sudah menjaga Ibuku, Mas," ucap Alya.
"Hmmm," Hanya itu balasan yang di lontarkan oleh Reno. Reno langsung meletakkan tas kerjanya dan berlalu menuju kamar mandi. Pikirannya masih tertuju pada penemuannya mengenai masa lalu Alya. Dia tak menduga bahwa Alya adalah anak dari sahabat papanya sendiri. Andai papanya tahu, Reno yakin papanya akan semakin menyukai Alya.
Alya hanya bisa mengekori punggung Reno yang menghilang dari balik pintu kama
"Ada apa tante? Kok buru-buru nyuruh aku datang kesini?" tanya Natasya pada Lastri saat dia sampai di rumah Reno. Lastri langsung membimbing Natasya duduk di ruang tamu rumahnya."Kamu kenapa? Kok tidak pernah lagi datang kesini? Kamu tahu nggak? Reno semakin dekat saja dengan perempuan kampungan itu!" ujar Lastri sambil menatap calon menantu idamannya itu.Natasya sedikit kikuk, dia sebenarnya takut Reno marah padanya perihal kejadian di pesta itu."Nggak kok Tante, aku hanya sedikit ada pekerjaan. Makanya jarang kesini," jawab Natasya."Kamu harusnya lebih sering lagi mendekati Reno, biar dia mau kembali sama kamu. Tante tidak suka hubungan mereka semakin dekat. Kamu tahu tidak, Reno dan perempuan itu berencana untuk pergi bulan madu. Tante khawatir Reno semakin dekat dengan perempuan itu dan tidak mau bercerai dengannya. Tante tidak sudi jika harus punya menantu kampungan itu selamanya!" ujar Lastri panjang lebar."Apa? Mereka mau pergi bu
Setelah selesai mencucui piring kotor bekas makam malam tadi, Alya langsung menuju kamar. Disana, Reno tengah sibuk dengan laptopnya. Sebelum pergi berbulan madu, dia ingin menyelesaikan semua pekerjaannya."Kita pergi ke Bali lusa. Jadi, kamu persiapkan semua barang yang akan di bawa. Kita di sana selama seminggu. Tidak usah membawa terlalu banyak barang, jika butuh sesuatu nanti kita beli di sana saja!" ujar Reno saat melihat Alya masuk ke kamar mereka."Apa tidak terlalu lama, Mas?" ucap Alya sambil duduk di depan meja rias yang ada di kamar mereka.Reno melihat sekilas pada Alya, dia tidak suka dengan pertanyaan Alya. Seakan-akan dia yang sangat ingin pergi berbulan madu."Kenapa? Keberatan? Atau karena kamu hanya aku ajak ke Bali hingga kamu kurang bersemangat?" tanya Reno sambil menyipitkan matanya pada Alya. "Bukan seperti itu, Mas. Aku hanya tidak ingin pekerjaan Mas di kantor terganggu hanya gara-gara ini." Alya bicara dengan h
Langkah kaki Reno dan Alya terhenti saat melihat sosok Natasya berdiri di depan meja resepsionis hotel yang mereka pesan di Bali. Wajah Natasya terlihat kebingungan. Hingga membuat Reno sedikit merasa heran. Reno melangkahkan kakinya menghampiri Natasya yang tengah kebingungan. Sedangkan Alya, dia juga berjalan mengikuti langkah kaki Reno menghampiri Natasya."Maaf Mbak, dompet saya hilang. Entah kemana, jadi semua uang dan ATM saya ikutan hilang. Saya sudah booking kamar hotel disini, apa bisa pembayarannya besok saja?" tanya Natasya pada pegawai hotel.Natasya pura-pura tidak tahu bahwa Reno dan Alya tengah menghampiri dirinya. Sebenarnya dia tidak kehilangan dompet, semua itu hanyalah akal-akalan dia saja, agar Reno merasa kasihan padanya.Reno mendengar apa yang di katakan oleh Natasya. Dia langsung merogoh saku celananya dan meraih kartu ATM nya."Bayar pakai ini saja?" ujar Reno pada pegawai resepsionis.Alya berdiri tepat
"Apakah ada tempat yang ingin kamu kunjungi selama disini?" tanya Reno pada Alya.Alya yang sudah selesai menata baju menatap wajah Reno. Ada banyak tempat yang menjadi kenangan bagi Alya di Bali. Kenangannya bersama dengan ayah serta ibunya. Saat ayahnya masih hidup, mereka sering liburan ke Bali. Disini, mereka sekeluarga sangat bahagia. Wajah bahagia ayah dan ibunya masih membayangi pelupuk matanya. "Kenapa malah bengong? Apa pertanyaanku terdengar aneh hingga kamu tidak bisa menemukan jawaban apapun?" ujar Reno membuyarkan lamunan Alya."Maaf, Mas! Bukan seperti itu. Aku hanya ingat pada Natasya tadi," jawab Alya berkilah. Sambil mengusap sudut matanya yang mulai berkabut."Ada apa dengannya? Kenapa kamu malah memikirkan dia?" Reno terlihat tidak suka dengan jawaban Alya."Aku hanya heran saja, sepertinya Mas dan Natasya sehati. Hingga bisa bertemu disini," jawab Alya. Sambil berjalan hendak memasuki kamar mandi.Dengan cepa
"Apakah ada tempat yang ingin kamu kunjungi selama disini?" tanya Reno pada Alya.Alya yang sudah selesai menata baju menatap wajah Reno. Ada banyak tempat yang menjadi kenangan bagi Alya di Bali. Kenangannya bersama dengan ayah serta ibunya. Saat ayahnya masih hidup, mereka sering liburan ke Bali. Disini, mereka sekeluarga sangat bahagia. Wajah bahagia ayah dan ibunya masih membayangi pelupuk matanya. "Kenapa malah bengong? Apa pertanyaanku terdengar aneh hingga kamu tidak bisa menemukan jawaban apapun?" ujar Reno membuyarkan lamunan Alya."Maaf, Mas! Bukan seperti itu. Aku hanya ingat pada Natasya tadi," jawab Alya berkilah. Sambil mengusap sudut matanya yang mulai berkabut."Ada apa dengannya? Kenapa kamu malah memikirkan dia?" Reno terlihat tidak suka dengan jawaban Alya."Aku hanya heran saja, sepertinya Mas dan Natasya sehati. Hingga bisa bertemu disini," jawab Alya. Sambil berjalan hendak memasuki kamar mandi.Dengan cepa
Natasya memegang ujung gaun yang dia gunakan. Hatinya sedikit bimbang untuk jujur, tapi dia sudah berjanji pada Reno untuk mengatakan semuanya. Natasya sebenarnya takut Reno bertambah marah padanya kalau Reno tahu bahwa semua itu adalah ide dari Candra, sahabat Reno sendiri."Ayo katakan, Natasya! Jangan membuat aku lama menunggu!" Reno menghentikan langkah kakinya. Dia jengah melihat Natasya yang seakan-akan hanya mempermainkan dirinya saja. "Maaf, Mas. Semua ini karena Candra!" Bibir Natasya bergetar mengatakan nama itu. Laki-laki yang sudah memberikan ide konyol itu, laki-laki yang juga sudah mengambil kesempatan untuk bermesraan dengannya, saat Natasya begitu merindukan Reno."Apa? Semua ini karena Candra? Ayo bicara yang sebenarnya!" Alis Reno bertaut saking herannya. Ada apa hubungan antara gagalnya pernikahan mereka dengan Candra. Reno menjadi penasaran."Ya, Candra bilang kamu kurang mencintai aku. Karena kamu hanya sibuk dengan pekerjaan
Natasya dengan kasar menolak tubuh Candra yang memeluknya. Wajahnya merah padam, matanya membola menatap Candra."Semua ini gara-gara kamu, Candra! Kamu yang menyebabkan aku dan Reno bertengkar seperti ini. Aku membencimu!" hardik Natasya, dia menyeka sudut matanya yang basah."Aku ngelakuin itu, karena aku cinta sama kamu, Natasya! Aku nggak rela kamu nikah sama orang yang cuek dan dingin seperti Reno. Hidupmu tidak akan bahagia, jika kamu menikah denganku, aku jamin kamu akan bahagia."Natasya mencebik mendengar alasan Candra. Dia tahu betul, selain alasan itu Candra sebenarnya iri pada Reno yang lebih sukses darinya."Jangan berkilah seakan-akan kamu benar-benar mencintaiku dengan tulus. Aku tahu betul, pasti ada alasan lain kamu melakukan ini!""Apa maksudmu?" tanya Candra dengan raut wajah bingung."Aku tahu, kamu ngelakuin itu untuk menjatuhkan Reno karena kamu iri padanya!" ucap Natasya dengan lantang.Candra sedi
Reno menarik lengan Candra yang memeluk erat tubuh Natasya. Dan langsung menghujamkan sebuah pukulan keras ke wajah sahabatnya itu.Candra terhuyung kebelakang, dan merasakan pipinya sakit akibat pukulan dari Reno. Matanya nyalang menatap Reno."Mas? Tolong aku!" Natasya langsung menghambur ke dalam pelukan Reno. Sedangkan Candra mengusap pipinya yang terasa sakit. "Apa-apaan ini? Kenapa kamu memaksakan kehendak seperti ini pada Natasya?" ujar Reno. Dia terpaksa membiarkan Natasya memeluknya seperti itu.Sedangkan Alya, dia terpaku melihat Natasya kembali memeluk suaminya. Hatinya sakit, tapi dia tak punya keberanian untuk menegur apa yang di lakukan oleh Natasya, kali ini dia maklum. Apa yang menimpa Natasya mungkin membuatnya ketakutan."Kamu ngapain lagi ikut campur? Ini urusan antara aku dan Natasya. Tidak ada sangkut pautnya denganmu. Lagian, aku dan dia sudah pernah melakukan lebih dari ini. Aku tahu dia juga menginginkannya!" ucap