Waktu berjalan tanpa terasa dua bulan sudah rumah tangga Intan dengan Langit. Kehidupan yang di warnai dengan pertengkaran demi pertengkaran di antara mereka. Tidak jarang Langit memilih tidur di apartemen dan Intan di rumah mewah."Pulang juga kamu mas! Tiga hari kamu kemana aja? Kamu lupa jika kamu memiliki istri yang sedang hamil di rumah sendiri dan kamu memilih pergi dan tidur di apartemen tanpa merasa khawatir dengan kondisiku yang seperti ini." Intan mengikuti langkah Langit yang masuk ke dalam kamar."Intan sebaiknya kamu bereskan saja pakaian kamu. Aku akan mengantar kamu pulang ke rumah orang tuamu. Mungkin jika kamu di sana kamu tidak perlu khawatir dan kita tidak perlu bertengkar seperti ini terus. Semua demi kebaikan kamu tentunya Intan." "Kebaikan kata kamu mas? Kebaikan yang mana menurut kamu hah? Kamu pergi tiga hari dan tidur di apartemen tanpa sedikitpun memberikan kabar. Atau menanyakan bagaimana kondisiku di rumah dan sekarang tiba-tiba kamu pulang dan mengajakku
"Mas kamu bilang tidak lama di luar kota, terus kenapa kamu bilang dalam waktu yang tidak menentu?""Intan menyelesaikan masalah tidak semudah membalikan telapak tangan dan aku membutuhkan proses ini dan memakan waktu yang lama bahkan mungkin sampai anak kamu lahir aku masih berada di luar kota. Demi menjaga kebaikan kamu dan keamanan untuk kamu dan juga anak kamu tentu bersama dengan Umi dan juga Abah adalah jalan yang terbaik untuk sementara waktu dengan begitu aku bisa fokus dengan pekerjaanku menyelesaikan masalah yang kamu sendiri sudah tahu penyebabnya.""Intan yang dikatakan oleh suami kamu adalah benar. Sebaiknya kamu di sini dengan begitu kami bisa mengawasi kamu, menjaga kamu dan merawat kamu setidaknya nanti kamu tidak kesepian karena ada kami dan–""Umi ngomong apaan sih! Istri itu selalu ikuti kemana pun suami pergi. Kenapa sekarang Umi bicara seperti itu seakan-akan tidak mengizinkan jika aku ikut bersama dengan mas Langit? Apa Umi tidak suka kalau aku bahagia bersama de
Setelah hari itu sikap Intan semakin menjadi rasa ingin tahu tentang orang tua kandungnya yang sangat dia rindukan. Berbekal alamat yang di miliki gegas Intan pergi tanpa sepengetahuannya orang tuanya. Penasaran tentang masa lalunya yang membawanya untuk pergi ke alamat yang ia dapatkan dari Umi di mana sepucuk surat di sampingnya saat di temukan oleh Abah dan Umi.Tiga jam perjalanan membuatnya lelah terlebih perutnya yang kini terlihat membuncit meski pengakuan berbeda pada Langit. Hal itu pula manjadi ketakutan dirinya, Pelangi yang berhasil ia singkirkan dan kini ketakutan kembali ia rasakan mengenai hamilnya yang terhitung dan besarnya perut membuat tanya orang lain terlebih Langit."Permisi mau tanya pak, tau alamat ini?" Intan memberikan secarik kertas pada seorang pria yang di jumpainya."Kalau boleh tau neng ini siapa? Soalnya sejak dulu tidak ada yang datang nyari dia,""Bapak tidak perlu tahu siapa saya. Yang pasti saya bukan orang jahat. Bapak bisa katakan apakah bapak tah
Umi beranjak dari tempat tidur membiarkan Intan untuk mencerna semua yang ia katakan. Kasih sayangnya tidak berubah pada putrinya meski bukan putri kandungnya."Istirahat nak, kita akan mencari tahu keluarga kandung kamu. Kamu bisa tanyakan apa yang terjadi pada mereka sehingga melepaskan putri Umi yang cantik ini. Satu yang harus kamu ingat sayang kami tidak akan hilang sampai napas kami ini meninggalkan raganya. Jaga selalu cucu Umi." Pintu kamar tertutup membuat tubuh Intan luruh ke lantai hatinya begitu sakit mendengar kenyataan yang baru saja ia dengar sema kecilnya yang bahagia hanyalah ilusi setelah mengetahui semuanya. Bahkan foto di hari di mana Umi dan Abah menemukan dirinya adalah bukti nyata begitu sayangnya mereka hingga saat ini."Apa yang terjadi saat aku lahir?" gumam Intan memperhatikan tubuhnya yang begitu kecil dan terlihat begitu banyak luka di tubuhnya. Menimbulkan tanya dalam hati ketika melihat kepalanya yang begitu kecil. Benarkan dirinya adalah anak yang tida
Langit mengangkat wajahnya di tatapnya sosok yang akhir-akhir ini berusaha untuk ia temui."Rizky? Masuk," Langit berdiri menyambut adiknya yang tidak biasanya datang ke kantornya.Kecanggungan terjadi di antara keduanya Langit yang menuduh Rizky berselingkuh dengan Pelangi. Dan Rizky yang tidak terima jika Pelangi di hianati meski dirinya tahu jika Pelangi adalah istri dari sang kakak.Meminta maaf tetapi ego menguasai hati sehingga diam dan mengabaikannya."Ehm, apa kabar dek?" entah kapan terakhir Langit memanggilnya dengan sebutan Dek. Setelah keributan terjadi di acara pesta ulang tahun ibunya hingga kini mereka baru di pertemukan kembali hanya berdua."Alhamdulillah, baik.""Ada apa? Nggak biasanya kamu datang ke kantor Abang?" Suasana sedikit mencair mereka saling memberikan perhatian meski terlihat sedikit aneh. Sebab perseteruan antara mereka benar-benar merubah segalanya."Ambil ini untuk menutupi kekurangannya," Rizky memberikan kartu berwarna hitam Langit tahu jika di dala
"Mama, Maafkan aku tapi aku tidak bisa mengantar Mama untuk bertemu dengan Pelangi. Aku tidak tahu di mana Pelangi saat ini, dia pergi tanpa meninggalkan pesan untuk siapapun bahkan Umi dan Abah pun merahasiakan keberadaan Pelangi. Aku mohon sama mama untuk tidak mengusik Pelangi lagi, biarkan dia tenang dengan kesendiriannya di tempat yang baru mungkin akan membuat seorang Pelangi kembali seperti sebelumnya dan aku yakin dan sangat percaya jika Pelangi tidak akan pernah marah atau menyimpan dendam pada mama. Aku tahu siapa Pelangi yang sebenarnya, percayalah Pelangi hanya ingin mama bahagia, Pelangi hanya ingin melihat mama menerima bahwa takdir memang sudah seperti ini maka kita harus menjalaninya tetaplah semangat pada saat waktunya sudah tiba maka mama akan bertemu dengan Pelangi dan di saat itu jika dia masih sendiri itu artinya dia adalah jodohku dan aku akan menikahinya seperti yang Mama inginkan," Rizky memeluk tubuh Rosa.Antara bahagia dan sedih kini membaur dalam hatinya.
Melihat Pelangi dan Rizky keluar membuat Intan memicingkan kedua matanya mendekati dan perkata tanpa melihat kondisi Pelangi yang begitu shock."Kalian kenapa begitu? Apa yang terjadi di dalam? Apa kalian melakukan sesuatu sampai," Langit melihat situasi menarik tubuh Intan dan membawanya menjauh dari Pelangi dan juga Rizky."Intan diam lah dulu, kamu tidak perlu bersikap seperti itu. Kamu lihat bagaimana Pelangi dan juga Rizky yang baru saja keluar dan wajah mereka,""Aku tahu tanpa kamu memberitahukan Mas. Tapi yang ingin aku tahu ada apa? Kenapa mereka keluar dengan begitu khawatirnya dan lihat wajahnya? Dan keadaan mereka sepertinya tambah kritis sejak mereka berdua masuk." Sengit Intan. Menatap mereka dengan tajam terlebih perhatian kedua mertuanya dan juga dua pria yang sama-sama mencintai Pelangi. Mereka secara langsung memberikan perhatian lebih meski Langit berusaha untuk menutupinya namun Intan tahu bahwa Langit terus memperhatikan keadaan Pelangi.Hatinya benar-benar kecew
Langit tidak lagi berdebat dengan Intan walau bagaimana pun mereka sedang berduka tidak mungkin Langit meladeni sikap Intan yang semakin manjadi.Acara tahlilan telah usai bukan selama tujuh hari tetapi setiap malam di pesantren dan panti akan bergabung untuk mendoakan orang tua kedua mereka. Umi dan Abah yang selalu menjadi tempat ternayman ke dua untuk anak pesantren dan menjadi orang tua yang tidak pernah di temui mereka sebelum walau di antara mereka pernah merasakan kasih sayang dari orang kandungnya tetapi mereka di buang di panti.Meski Pelangi tidak meminta tetapi hal itu adalah insiatif mereka sendiri dan berapa staff di pesantren yang selama ini membantu Umi dan Abah.Sepuluh hari sudah kepergian orang tuanya Pelangi masih tinggal di pesantren membantu pengurus lain yang kerepotan setelah meninggalnya Umi dan Abah."Assalamualaikum, ukhti Pelangi. Bisa bicara sebentar?" sapa wanita bergamis hitam dengan khimar warna senada."Wa'alaikumsalam, ukhti Anis,ada apa? Duduk sini,"