Zulaika masih tidak menjawab apa pun yang Arman katakan. Dia hanya terdiam di sana sambil duduk mengawasi jalanan yang dipenuhi dengan mobil yang berlalu-lalang. Hatinya berdebar. Dia tidak menyangka akan mengalami hal seperti ini. Walaupun sebenarnya dia sangat tenang. Dendamnya sudah terbalaskan. Kini tersisa 2 orang saja yang harus dihabisinya. Sang Penguasa yang menjadi biang keladi semua masalah yang dialaminya, dan Ardian.Mobil melesat cukup kencang sampai di kediaman Maulana. Zulaika menarik napas panjang sebelum akhirnya dia keluar dari sana menerima uluran tangan Arman yang menariknya keluar dari mobil. Senyuman masih saja sangat susah diberikan. Pikirannya masih bergejolak melihat kematian semua orang yang sangat dibencinya."Kau terlihat tidak bahagia. Seharusnya kau sangat senang dan bisa tersenyum puas," kata Arman sambil mengamati Zulaika dan membelai pipi kanannya. "Aku akan melakukan sesuatu sesuai dengan permintaanmu," lanjutnya kemudian dengan menunduk dan mendekati
Kedua mata tuan muda saling bertumbukan tajam. Mereka tidak ada yang pernah mau mengalah. Keduanya ingin sekali memenangkan pertarungan ini. Walaupun mereka tahu Zulaika pasti akan membalaskan dendam dan menghabisi nyawa mereka satu persatu.Redrich yang melihatnya sama sekali tidak senang. Dia berdiri tepat berada di tengah kedua anaknya itu, menggelengkan kepala. Kemudian mendorong mereka berdua agar tidak melakukan peperangan."Kalian sudah terhasut. Jangan pernah seperti ini. Kalian harus sadar. Zulaika sudah membuat kalian buta. Hilangkan perempuan itu. Biarkan dia pergi. Keadaan akan menjadi seperti semula dan kalian selamat. Aku tidak peduli siapa pun yang menjadi penguasa. Yang penting kalian bisa hidup," ucap Redrich mengamati kedua anaknya secara bergantian.Arman melirik sang ibu. Dia tetap mengangkat tangannya, membuat beberapa pengawal mendekati Redrich sambil menundukkan kepala. Wanita itu sudah paham. Arman pasti akan mengusirnya. Sementara Ardian melotot tajam dan mend
Perkataan Ardian yang membuat Arman tidak percaya. Namun, dia sudah memikirkan hal itu sebelumnya. Rose saat itu melarikan diri. Arman membiarkannya. Arman melihat Rose keluar dari rumah Agung menaiki mobil yang sudah menunggunya di luar bersama dengan beberapa pengawal setia yang selalu mengikutinya. Arman segera mengarahkan kepala kepada pengawal yang sudah dipercayakan untuk menghalangi Rose sampai di negeri seberang.Di dalam mobil, wanita itu terus menangis dan kebingungan. Hatinya benar-benar milik Arman. Rose ingin sekali memiliki Arman seutuhnya. Namun, semua yang dia lakukan sia-sia. Kekayaan dan kekuasaan yang dia miliki ternyata tidak bisa membuat Arman jatuh hati kepadanya. Ditambah dengan kecantikannya yang sama sekali tidak membuat Arman tertarik. Dia benar-benar sangat rapuh. Apalagi sekarang Arman mengetahui kejahatan yang dia lakukan. Rose sangat putus asa hingga akhirnya dia menuliskan sebuah surat dan memberikan kepada sang sopir agar diberikan kepada ayahnya.Mob
Semua orang yang berada di ruangan rapat itu masih menunggu para saksi yang akan didatangkan oleh Jakarasa. Namun, para saksi itu memang kunjung datang. Lelaki itu yang semula tersenyum mulai cemas. Dia melambaikan tangan kepada para pengawal yang masih berdiri tidak jauh dari posisinya."Kenapa mereka belum saja datang. Bukankah tadi malam mereka mengatakan sudah menemukan semua orang yang seharusnya kita datangkan hari ini? Ibu kandung dari lelaki sialan itu," bisiknya membuat pengawal akhirnya menundukkan kepala dan segera keluar dari ruangan. Mereka akan menyusul para pengawal yang ditugaskan untuk menjemput wanita yang diduga adalah ibu kandung dari Arman.Pengawal itu melesatkan mobilnya bersama dengan ketiga pengawal garang lainnya hingga mereka berhenti di jalanan yang sangat sepi. Kanan kirinya adalah persawahan. Mereka tidak percaya pengawal yang ditugaskan untuk menjemput wanita itu ternyata tergeletak di tanah dalam keadaan pingsan. Dengan cepat mereka mengangkat dan memas
Permintaan Zulaika akhirnya dikabulkan oleh Arman. Dia benar-benar sangat senang. Terutama Ardian yang sudah dari tadi dengan hati yang terluka menatap Zulaika kembali dinikmati oleh Arman. Namun, ternyata kini dia harus menyiapkan dirinya bertemu dengan Zulaika sebentar lagi. Ardian benar-benar tidak sabar. Dia berjalan dengan cepat masuk ke dalam ruangannya, duduk di kursi kerjanya. Menyandarkan kepalanya ke belakang sambil menatap langit-langit dan membayangkan dirinya bercinta dengan Zulaika."Aku sudah tidak tahan lagi. Sebentar lagi aku akan bertemu dengannya. Dia mengatakan akan menemuiku dan kita melakukannya di dalam gudang itu," batinnya dengan tersenyum.Saat itu Zulaika segera menyelipkan surat pada Melia ketika Arman menyelamatkannya dari kemarahan Redrich. Dia sengaja memberikan sebuah pesan untuk Ardian sebelum Arman masuk ke kamar. Dalam keadaan tubuh yang masih saja sangat sakit akibat penyekapan yang dilakukan untuknya dan pukulan dari Redrich, Zulaika memaksakan un
Sikap Arman semakin membuatnya terkejut. Zulaika menikmatinya. Mungkin jika dia bersama dengan Ardian, tuan muda itu juga akan melakukan hal-hal yang sama. Bahkan lebih indah. Tapi entah kenapa sekarang perasaannya berubah. Sikap Arman yang berubah seperti itu membuatnya sangat bergetar. Bahkan dia sudah melupakan apa yang sudah janjikan kepada Ardian malam ini. Melupakan waktu yang harusnya dia lakukan. Benar-benar Zulaika sudah terjebak. Dia tidak tahu harus berkata apa. Hatinya sudah diselimuti oleh kehangatan yang diberikan Arman."Kenapa diam saja dan tidak berkata apa pun. Dari tadi aku sudah berbicara sangat banyak. Kau tahu, aku tidak pernah berkata seperti ini. Mulutku selalu terkunci. Jika aku ingin meluapkan apa pun. Tapi sekarang aku merasa bebas dan lepas. Apalagi ketika aku melihat wajah bidadari yang ada di hadapanku. Aku benar-benar sangat bahagia."Arman kembali memeluk Zulaika dengan erat. Bahkan dia sesekali menyiratkan air yang berisi dengan kelopak bunga mawar. Wa
"Apa-apaan ini? Arman sampai segitunya menyiapkan semuanya?" Zulaika masuk dengan hati berdebar. Apakah dia akan meninggalkan Arman dengan sesuatu yang sangat manis seperti ini, atau dia tetap bersama dengan Arman dan melupakan semuanya? Lalu hidup bahagia karena lelaki itu benar-benar tulus kali ini. Terlihat dari kedua matanya. Tidak ada kebohongan di sana. Zulaika tersenyum menatap semuanya. Dia wanita biasa yang mudah terpana dengan sesuatu yang sangat romantis. Lalu bagaimana dengan semuanya? "Kau benar-benar sangat luar biasa. Apakah ini memang dirimu atau kau hanya berpura-pura. Hmm, memberikan pancingan lagi kepadaku," ucap Zulaika membuat Arman menggelengkan kepala lalu mendekatinya. Memeluknya kembali dengan sangat erat."Tidak ada kebohongan. Zulaika, kau tahu sendiri. Aku sudah melepaskan mereka semua kembali ke orang tua mereka masing-masing. Dan itu adalah sesuatu yang sudah aku lakukan dengan sangat nekat. Semua orang pasti akan membicarakanku. Semua orang pasti akan m
Zulaika perlahan masuk ke dalam rumah lamanya. Dia disambut oleh lelaki yang sangat tampan, menggunakan kemeja putih dan celana hitam. Serta rambut yang sangat rapi dan diarahkan ke belakang. Senyuman Ardian benar-benar sangat luar biasa. Zulaika pun membalas senyuman itu. Tapi, hatinya kini berbeda. Dia seketika mengingat Arman yang sudah bisa membuat hatinya berdebar.Zulaika menarik napas panjang. Dia berusaha mengatasi hatinya. Perlahan dia mendekati Ardian dan menerima uluran tangan tuan muda kedua itu. Ardian memeluk Zulaika dengan erat. Dia sangat merindukan wanita yang sangat dicintainya itu."Aku sangat merindukanmu, Zulaika. Dan aku tidak menyangka ternyata hari ini kita benar-benar akan melakukannya. Aku juga tidak sabar kau mengandung anakku. Aku sangat bahagia kau sudah memilihku, Zulaika," bisik Ardian kemudian perlahan membuka kemeja Zulaika satu persatu.Kedua mata hitam Zulaika yang sangat indah itu tidak pernah terlepas dari wajah Ardian. Dia terus menetap lelaki itu