“Aku ingin punya anak,” kata Nicholas. Dia memandangi Hana melalui cermin yang ada di depannya.
“Aku sudah pernah bilang padamu, untuk tidak mengatakan mengenai anak dan anak lagi, kan?” Wajah Hana sudah mulai jengah dengan permintaan suaminya itu.
Sudah berkali-kali Hana bilang pada suaminya jika dia tak ingin memiliki seorang anak.
“Tapi kita sudah menikah selama lima tahun? Mau sampai kapan kamu tak mau hamil?” Nicholas membalikan tubuhnya, menatap tak kalah tajam.
“Nanti, pokoknya nanti. Aku cuma tak mau perutku buncit karena hamil!”
Nicholas berdecih, meraih jas yang sudah disiapkan oleh pembantu yang selama ini sudah melayaninya.
Bahkan sebagai istri, Hana sama sekali tidak peduli dengan apa yang akan dikenakan oleh Nicholas. Apa yang akan dimakan suaminya pagi itu. Ia terlalu bergantung pada pembantu yang ada di rumahnya.
“Lebih baik aku menikahi pembantu,” gumam Nicholas lalu membanting pintu kamarnya.
Hana yang kesal mendengar Nicholas menggerutu langsung melemparkan bantal ke arah pintu. Tapi telat—karena lelaki itu sudah dulu keluar dari sana.
“Hamil? Kenapa aku yang harus menderita?” gumam Hana. Dia harus mencari cara lain agar bisa memiliki anak tapi tanpa harus hamil. Ya, pasti ada cara.
Ia sebenarnya juga sudah tertekan dengan permintaan mertuanya yang menyuruhnya untuk segera memiliki momongan karena usianya yang sudah tak lagi muda.
“Kamu mau menunggu sampai kapan? Wajar saja kalau Nicholas selalu uring-uringan dan ingin anak dari kamu,” kata ibu Nicholas beberapa hari yang lalu.
“Nanti, Bu,” desah Hana malas.
“Mau nunggu apa? Sampai Nicholas selingkuh dulu, baru kamu sadar?”
Hana mendelik sewot ke arah ibu mertuanya itu. Memangnya dia mau kalau anaknya selingkuh? Dan mencoreng nama baik perusahaan dan keluarganya?
“DL Group memerlukan penerus,” kata ibu Nicholas seakan sudah menyerah untuk keinginannya memiliki cucu dari menantunya sendiri.
“Tahu begini dulu ibu tidak akan merestui hubungan kalian.”
Kalimat yang menghunjam jantung Hana saat itu. Kata itu meluncur ketika dia sudah menikah dengan Nicholas selama lima tahun.
Hana tertawa sinis setelah melihat ibu mertuanya pergi meninggalkan rumahnya. Dia datang hanya menagih seorang cucu.
Dan saat ini Hana berdiri di depan kaca lemari bajunya. Badannya yang masih langsing dengan payudara yang masih kencang di usia yang masuk ke tiga puluh tahun. Mana mungkin dia mau hamil?
Itu akan membuat orang-orang tak lagi memujinya karena nanti dia akan berubah menjadi wanita gemuk. Banyak lemak di sana sini, lalu dadanya akan mengendur karena terpaksa menyusui anaknya.
“Aku tidak akan hamil sendiri,” gumamnya. Ia masih sibuk membolak-balikan tubuhnya di depan cermin ketika Nicholas membuka pintu kamarnya.
“Kamu sedang apa?” tanya Nicholas.
“Kamu tidak lihat kalau aku sedang berkaca,” jawabnya sinis. Dia melihat Nicholas dari balik cermin lalu tersenyum.
“Kamu membuatku takut,” gumam Nicholas.
“Honey, tunggu dulu!” panggil Hana ketika Nicholas menutup pintunya lagi. Dia berusaha mengejar Nicholas yang hampir masuk ke dalam mobilnya.
“Kenapa lagi?” Nicholas memandangi tubuh Hana yang memang masih menggairahkan. Padat dan sangat seksi. Tapi bukan hanya itu yang diinginkan dari istrinya itu. “Wajahmu menakutiku tiap kali kamu memandangiku seperti itu.”
“Aku ada ide dan cara agar kita memiliki seorang anak,” kata Hana manja. Matanya kini tidak sesuram tadi. Kini bersinar seperti lampu neon yang baru dibeli.
“Apa?” Nicholas tak terlalu tertarik. Usulan dari istrinya itu biasanya mengandung unsur kegilaan dan sisanya hanyalah imajinasi liarnya sendiri.
“Nanti, aku akan memberi tahu kamu setelah pulang kerja, Kamu pasti sangat senang.”
“Aku sangat senang kalau kamu bisa mengubah pikiranmu untuk memiliki seorang anak.”
Nicholas masuk ke dalam mobil. Lalu mulai sibuk dengan gadgetnya. Tanpa melirik istrinya sama sekali dia berlalu tanpa kecupan manis di bibir Hana. Padahal wanita itu sudah menantikannya.
“Lihat saja nanti, pasti kamu akan senang dengan ideku.”
Dan siangnya, Hana menemui seseorang yang bertugas seperti sebuah yayasan penyalur ibu pengganti. Ya, dia akan mencari ibu pengganti untuknya dan Nicholas nanti.
Jadi dia tak perlu memiliki anak dengan susah-susah hamil.
Hana tersenyum lebar ketika wanita paruh baya keluar dari sebuah ruangan. Senyumnya tak kalah merekah lebar seperti bunga yang baru saja mekar, karena kedatangan klien siang ini.
“Saya mau langsung saja mengatakannya pada Anda, jika saya ingin menggunakan jasa Anda,” kata Hana tanpa tedeng aling-aling.
Wanita setengah tua yang bernama Sonia itu pun langsung mengambil sebuah buku, yang ternyata berisi beberapa foto wanita yang saat ini sedang tersedia.
“Ini saya golongkan beberapa umur dan pengalamannya.”
Hana memandangi foto itu satu persatu. Melihat manakah yang cocok untuk menjadi ibu pengganti untuk calon anaknya nanti.
Yang pasti dia harus cantik, meskipun nantinya dia akan menuruni kecantikan Hana. Dan juga pintar, dia tak mau yang tidak pintar. Jangan terlalu tua karena itu akan berisiko.
“Oke, saya memilih ini.” Hana menunjuk foto yang bernama Amanda, yang masih berusia dua puluh delapan tahun. Tujuh tahun di bawah Nicholas dan lima tahun di bawah Hana.
Dia termasuk masih muda dan pernah menjadi ibu pengganti selama dua kali dan semuanya berhasil.
Tak perlu diragukan lagi, dan akhirnya dia memilih ibu pengganti yang bernama Amanda.
“Pilihan yang bagus,” puji Sonia. Ia kemudian memasukan kembali buku tersebut, lalu menelepon seorang wanita yang ada di ujung telepon.
Tak lama dia bicara dengan Amanda, akhirnya mereka mencapai kesepakatan tersebut.
Hana tidak memberi tahu Nicholas, karena ingin memberikan kejutan untuknya. Dan sepertinya Nicholas akan benar-benar terkejut nantinya.
“Tapi dia memiliki satu syarat,” kata Sonia serius.
“Apa?”
“Karena dia ingin menjaga kualitas bayi yang dikandungnya, dia akan tinggal di rumah kalian sampai dia melahirkan,” kata Sonia.
Hana nampak berpikir. Tidak terlalu buruk juga, karena dia juga ingin mengawasi bayi yang sedang dikandung oleh Amanda.
Lagipula, Hana kan harus bersandiwara menjadi wanita hamil di depan mertuanya. Jadi dia harus belajar dari Amanda bagaimana menjadi ibu hamil yang sebenarnya.
“Oke, aku tak masalah.”
“Suami?”
“Suamiku akan menurut padaku.”
Sonia tersenyum sarkas. “Istri yang seperti ini adalah istri yang sangat menakutkan,” batin Sonia.
Dari banyak pelanggan yang datang, dia melihat Hana yang sepertinya tidak memiliki gangguan kesehatan. Dia masih sehat dan bugar.
Sonia langsung bisa menebak kalau dia adalah wanita yang tak mau merusak tubuhnya dengan mengandung seorang bayi yang tak lain adalah darah dagingnya sendiri.
“Silakan besok Anda datang lagi dengan suami Anda,” kata Sonia.
Suami harus ikut, karena benih yang akan ditanam nanti bukan hanya milik Hana saja.
“Apa prosesnya lama?” tanya Hana.
“Tergantung, ada yang sekali coba sukses, dan ada yang berulang kali baru berhasil,” jawab Sonia.
**
“Masih mencarinya?” tanya Zayn teman Nicholas. Lelaki itu terkejut dan membalikan bingkai foto yang di dalamnya berisi foto Amanda.
Hana pasti akan murka kalau sampai tahu jika suaminya masih mencintai mantannya itu.
“Jangan berkata sembarangan, aku hanya membersihkan foto pernikahanku.”
Zayn berdecih. “Dan kamu berharap aku untuk percaya?”
Nicholas menaikan kedua bahunya. “Itu sih terserah kamu.”
Nicholas melihat istrinya menyambut dirinya tidak seperti biasanya. Seperti ada yang membuat hatinya senang saat ini, hingga setelah sekian lama dia akhirnya mau menghampiri suaminya dan membawakan tas kerjanya.Bukannya merasa haru, tapi Nicholas malah heran dan merasa aneh pada Hana.“Kamu kenapa? Tumben sekali menyambutku seperti ini.” Nicholas bertanya pada Hana. Tetapi wanita itu masih diam dan enggan untuk mengatakannya sekarang.“Waktu makan malam, aku akan cerita sama kamu,” katanya sambil berlalu pergi dari Nicholas. Bahkan dia sempat bersenandung seperti bukan Hana biasanya.“Ada apa sih?” gumam Nicholas, dia melepaskan dasinya dan masuk ke dalam kamar.Sementara itu Hana keluar dari kamar ketika Nicholas masuk ke dalam kamar mandi.“Kamu mau ke mana?”“Masak makan malam buat kamu,” jawabnya. Sempat membuat Nicholas melongo dan lupa untuk mengatupkan kedua
Nicholas memainkan pulpennya di ruang kerjanya. Sejak Hana mengatakan usulan gila itu padanya beberapa hari yang lalu, hubungannya dengan Hana menjadi sedikit renggang.Hana masih bersikeras untuk mendapatkan ibu pengganti agar dia dapat memiliki seorang anak. Sedangkan Nicholas masih memikirkannya, dia tidak tahu bagaimana pendapat orang lain kalau sampai tahu istrinya menggunakan jasa ibu pengganti.“Siapa yang bilang kalau kita akan melakukannya terang-terangan?” Hana bertanya seperti itu pada suaminya ketika mereka berdua masih berdebat mengenai masalah ibu pengganti.“Lalu?”“Kita akan sembunyi-sembunyi melakukannya dan aku akan berpura-pura hamil, agar tidak ada yang tahu kalau aku menggunakan jasa itu.”Nicholas sebenarnya sudah tidak sabar lagi ingin memiliki seorang anak. Namun Hana selalu menolaknya ketika dia memintanya secara baik-baik, sampai Hana memutuskan untuk menggunakan cara
Amanda sudah dites fisik dan mentalnya, ia terbukti sehat dan tak ada masalah. Untuk izin dari orang tua sepertinya Amanda tidak memerlukan hal itu karena dia saat ini hidup sebatang kara.Proses dimulai ketika semuanya sudah siap—dan Amanda sudah siap jika dalam proses tersebut tidak langsung berhasil. Dia paham benar bagaimana proses tersebut karena sudah pernah melakukannya.Hingga sampai akhirnya setelah empat bulan kemudian, wanita yang tak lain mantan kekasih Nicholas itu bisa hamil usai menjalani proses beberapa kali.Masalahnya terletak pada sel telur Hana yang tidak dalam kondisi yang baik.Namun meski begitu, kini Hana kini bisa bernapas dengan lega karena ibu pengganti yang ia sewa kini hamil.Sore itu Hana menyambut Amanda dengan baik. Dia sudah menyediakan kamar yang nyaman untuk wanita itu.Tujuannya hanya satu, dia tak ingin Amanda stres
Hana membuka matanya pagi itu dan tidak melihat suaminya ada di atas sofa.Harum wangi parfum yang menyeruak ke dalam hidung mengatakan jika lelaki itu mungkin sudah ada di meja makan.Dengan malas, Hana menurunkan kakinya. Ia memijat kepalanya yang pusing lantaran bertengkar dengan Nicholas tadi malam.Ia melihat dirinya melalui cermin rias yang ada di depan ranjangnya. Berdiri dan mengecek setiap jengkal tubuhnya.Tak ada yang masalah dengan tubuhnya. Masih seksi dan masih enak dipandang mata, tapi kenapa Nicholas tak mau melakukan hubungan istri dengannya?Bahkan lelaki yang melihat sekejap pada Hana saja pasti akan terpesona oleh tubuhnya yang indah. Tetapi kenapa tidak pada lelaki itu?“Jangan-jangan Nicholas tidak normal.” Hana berdesis kesal.Dia turun setelah mencuci muka dan mengenakan Cardigan tipis untuk menutupi tubuhnya.Masih memakai g
Rumah sepi tanpa penyambutan yang hangat sudah sering dirasakan oleh Nicholas. Tanpa sapaan ramah dari istri maupun pelukan hangat dari Hana.Entah mengapa dulu Hana begitu menginginkannya, jika sekarang saja dia sudah seperti bukan istri Nicholas.Dia sibuk sendiri dengan kegiatan dan urusannya lalu terkadang pulang sesuka hati ia sendiri.Rasanya Nicholas seperti menikahi pembantunya yang selalu menyapanya dan menyiapkan segala sesuatunya untuknya.Seperti saat ini …Nicholas masuk ke dalam kamarnya dan tidak menemukan Hana di sana. Ketika dia keluar dari kamarnya dan hendak pergi ke dapur, pembantunya mengatakan kalau Hana belum kembali sejak pagi.“Katanya cuma fitness, tapi sampai malam belum selesai juga. Memangnya dia fitness di mana?” gumam Nicholas.“Makan malam sudah siap, Tuan. Mau makan sekarang atau sebentar lagi?” tanya pembantunya.“S
Pagi-pagi sekali Nicholas sudah berkutat di dapur. Bukan membuat kopi untuk dirinya sendiri, bukan. Dia sedang menyiapkan makanan untuk Amanda.Yah, sejak dia mengetahui jika hamil muda itu masih rawan, Nicholas ingin menjaga kehamilan Amanda.Sudah lama ia sangat ingin memiliki anak dan meskipun dengan cara seperti ini. Tetapi ia tak ingin mengabaikan calon anak yang ada di rahim Amanda.“Kamu sudah bangun?” tanya Nicholas, ketika melirik ke belakang sekilas dan melihat Amanda sudah berdiri di dekat meja makan.“Hmm, iya,” jawabnya singkat.Kepalanya sedikit melongok dan penasaran dengan apa yang dimasak oleh Nicholas saat ini. Sampai dia menumpahkan semua perhatiannya panci yang ada di atas kompor.“Kamu duduk saja, aku akan membuatkanmu makanan,” kata Nicholas lagi.Tanpa banyak bicara lagi, Amanda duduk dan menunggu Nicholas yang masih sibuk memasak.
Kalau saja Hana tadi melihat Nicholas begitu memerhatikannya. Apakah dia akan cemburu padanya?Melihat Nicholas memasakkan makanan untuknya. Dan memberikan pijatan pada lehernya ketika dia merasakan mual pada perutnya. Apakah dia akan cemburu?Mungkin saja cemburu, tapi mungkin saja dia membiarkannya saja.Amanda masih belum mengerti bagaimana perasaan Hana untuk Nicholas sebenarnya.Dia menikah dengan Nicholas karena cinta, atau hanya karena Nicholas adalah seorang pengusaha yang sukses.“Amanda, aku mau keluar lagi hari ini,” kata Hana pada Amanda ketika mantan kekasih Nicholas itu sedang bersantai di ruang keluarga.“Mungkin aku akan pulang malam lagi,” lanjutnya dengan senyum yang melebar.Katanya dia selalu di rumah, tapi ternyata dia adalah istri yang sangat hobi menghabiskan uang suaminya.“Mau ke mana, kalau boleh tahu?” tanya Amanda. Tak be
Hana kembali ke rumah dengan perasaan yang masih terbawa emosi karena ucapan teman-temannya tadi.Memang benar, mereka hanya bermulut manis kalau hanya ada di depannya saja. Dan mengatakan hal buruk di belakangnya seperti tadi.“Mengesalkan! Bilang saja kalau iri padaku, tak usah membicarakanku seperti itu,” gerutu Hana.Matanya menatap mobil mertuanya yang sudah terpakir dengan manis di halaman rumahnya.Wajahnya menegang untuk sesaat karena dia tidak tahu kalau hari ini adalah kunjungan mertuanya di rumahnya.Biasanya ibu Nicholas itu akan mengabarinya jika akan ke sana. Tapi hari ini dia datang tanpa memberi tahu pada Hana terlebih dahulu.“Gawat,” desisnya panik.“Amanda.”Ibu Nicholas tidak tahu jika Hana menggunakan jasa ibu pengganti selama ini. Yang ia tahu, Hana saat ini hamil. Sudah hanya itu saja.Kalau sampai dia tahu Am