Yadi tersenyum kikuk di posisinya. Ia seperti sedang menguji kesabaran tuan mudanya.
Syukurlah, Arsaka tak memarahinya usai berkata seperti itu padanya. Dari cara bicara yang begitu tegas seorang Arsaka, Yadi segera ambil kesimpulan dalam hati dengan membungkam mulutnya secepat kilat. Daripada mencari masalah, lebih baik ia tak ikut campur dan fokus mengendarai mobil saja.
Kembali ditatapnya jalanan yang tampak lengang karena tiba-tiba tanpa diduga hujan mengguyur bumi dengan derasnya. Tampak di luar sana, hampir sebagian besar orang yang menggunakan kendaraan roda dua mengeluarkan jas hujan dan segera memakainya demi menutupi tubuh masing-masing.
"Pak Yadi!" panggil Arsaka pada Yadi yang fokus menatap jalanan di hadapannya.
Yadi menoleh sekilas dan mengulas senyum tipis ke arah majikan mudanya.
"Iya, Den Saka! Ada apa?" tanya Yadi cepat. Tak lama kemudian ia kembali menghadap ke depan.
"Memangnya pak Yadi
"Mas Banyu!" pekik Tantri yang tak bisa menutupi rasa terkejutnya. Di depan mereka saat ini terdapat seorang pemuda tampan berlesung pipi yang tubuhnya basah dari atas sampai bawah. Tantri merasa heran dan hal itu nampak jelas di wajahnya. "Mas kenapa begini? Mas hujan-hujanan, ya? Ayo masuk ke dalam! Astaga, Mas Banyu kenapa bisa kayak gini, sih? Nanti Mas pasti sakit!" gerutu Tantri begitu melihat penampilan Banyu yang tak seperti biasanya. Sambil memegangi sikutnya yang terluka, ia meminta Banyu mendekatkan langkahnya menuju ruang tamu. "Hatchii! Hatchii!" Pemuda itu bersin-bersin. Benar dugaan Tantri. Ia hanya bisa menghela napas panjang melihat hal itu. Yusti menyuruhnya masuk dan tanpa berlama-lama di ambang pintu Banyu pun segera duduk di sofa setelah menerima handuk panjang berukuran besar dari bibi Tantri tersebut. "Terima kasih, Bi!" ucap Banyu sungkan. Yusti men
Sepasang manusia muda berlawanan jenis itu tampak panik dan serta merta melepaskan pelukan yang sempat terjadi selama beberapa saat. Dengan santainya Yusti berjalan mendekat dan meletakkan nampan berisi minuman berwarna coklat bening yang masih mengepulkan asap putih di atasnya lalu duduk di sekeliling mereka berdua. "Kalian ini akrab sekali! Jangan sampai orang salah duga kalau kalian itu pacaran, persahabatan kalian yang seperti saudara ini membuat bibi terharu!" ucap Yusti mengomentari kedekatan mereka. Degg Degg Degg Suara jantung siapakah ini? Bukan hanya Banyu, melainkan Tantri pun ikut merasakan hal itu di bagian dalam dirinya. Bibinya menganggap kedekatan mereka hanya sebuah rasa persahabatan? Benarkah? Kedua manusia itu tampak kalut dengan komentar yang keluar begitu santai dari seorang Yusti. "Karena aku udah tahu kalau kamu baik-baik aja, besok kam
Yadi hendak membalas, namun ia masih sayang profesinya yang harus dipertaruhkan jika berani menentang kehendak Arsaka.Pria paruh baya itu memilih diam dan patuh dengan perintah baru.Selama beberapa saat mereka membiarkan kedua netra hitam masing-masing memandang kemesraan Tantri dan Banyu di mana di sana Yusti terlihat begitu senang dengan senyum mengembang. Tak seperti saat bersama mereka berdua.'Siapa cowok itu? Kayaknya aku nggak asing sama dia!' batin Arsaka.Kembali pada Tantri dan dua manusia di depan teras kecil rumah sederhana miliknya."Mas Banyu, hati-hati, ya! Sampai rumah jangan lupa mandi pakai air hangat, bilas sampai bersih!" ucap Tantri perhatian."Biar kenapa?" goda Banyu sambil mengedipkan mata pada Tantri.Tantri tersenyum malu, karena di antara mereka berdua saat ini ada Yusti sebagai penengahnya. Canda tawa mereka lebih diperketat, karena tidak mau menimbulkan pikiran buruk d
Arsaka menatap iba. Namun, sebuah keputusan sudah terucap begitu lantang."Maaf Aleta, kita sebenarnya nggak cocok satu sama lain. Kamu dan aku sama-sama sibuk. Kita jarang ada waktu berdua untuk saling menyelami sikap masing-masing. Jadi, aku memilih jalan perpisahan ini. Aku minta maaf kalau selama ini aku banyak memiliki salah sama kamu, Aleta!" ucap Arsaka merasa bersalah.Pria itu menatap sungkan wanita yang telah menemaninya selama dua tahun belakangan. Ia menggunakan alasan yang sekiranya masuk di akal sehat.Semua ini harus ia putuskan sebelum sang ibu semakin murka padanya bahkan tak mau menatap wajahnya. Bukankah itu sudah sangat berlebihan?Mungkin orang melihat bahwa dirinya adalah anak mami, tapi nyatanya semua itu tak seratus persen salah.Arsaka yang sejak kecil kehilangan ayahnya karena kecelakaan mobil enam belas tahun silam membuatnya hanya memiliki ibunya sebagai kekuatannya.Sang ibu ad
Arsaka begitu kecewa mendengar jawaban dari sang ibu. Susah payah ia berusaha tapi ia belum menemukan jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah mereka berdua.Apakah ia harus buka suara masalah keputusannya yang telah meninggalkan Aleta pafa ibunya? Apakah setelah itu sang ibu akan bahagia dengan keputusannya tersebut?Ah, entahlah!Arsaka menggelengkan kepalanya. Mungkin saat ini percuma, lebih baik ia menundanya saja."Kalau Mama nggak mau bicara sama Saka sekarang, Saka nggak akan memaksa, Ma. Tapi satu hal yang perlu Mama tahu, Saka benar-benar sayang sama Mama. Mama adalah segalanya bagiku," ungkap Arsaka pada sang ibu di depan pintu.Arsaka menurunkan kepalan tangannya yang tadi ia gunakan sebagai media pengetuk pintu. Ia pun pergi tanpa pamit pada ibunya. Kepalanya pening akan masalah yang terjadi dalam hidupnya.Mona tampak bimbang di dalam kamarnya. Ia tak menjawab ucapan putra tunggalnya. Ia lebih memi
Pelataran parkir RR Grup.Dua manusia tengah dilanda perasaan tak nyaman. Arsaka menoleh ke sekitar berkali-kali bak seorang pencuri yang sedang mengintai mangsa. Ia tak mau ada yang mengetahui bahwa dirinya tengah berduaan dengan Aleta.Selama beberapa detik diam Aleta pun memberanikan diri menyampaikan apa yang ada di dalam pikirannya."Saka, kamu tahu benar kan, nggak mudah melepas seseorang yang telah lama bersama kita? Kita udah lima tahun, Saka. Kenapa segitu mudahnya kamu mutusin aku?Apa karena kamu nggak suka karena aku seorang artis dan model? Kamu pengen aku jadi ibu rumah tangga dan fokus ngurusin keluarga kita? Jawab aku, Saka! Apa ini yang kamu mau?Tolong beri aku alasan yang jelas! Aku mohon, Saka!" pinta Aleta sembari menangkup kedua telapak tangannya di depan dada.Wanita matang nan cantik itu tampak tak karuan penampilannya. Meski begitu, ia tetap saja cantik. Penampilannya yang acak-aca
Beberapa detik setelah wanita itu tak sadarkan diri, ponselnya berbunyi dengan nyaring.Arsaka tampak gelisah. Ia mengedarkan pandangan ke segala arah berusaha mencari pertolongan."Saka! Ada apa ini?" tanya Sandy yang melihat dari kejauhan lalu mendekati sahabatnya. Ia yang merasa jenuh memilih memutari area kantor milik Arsaka dan malah mendapati sang sahabat kesulitan seperti ini.Tanpa diminta, Sandy membantu Arsaka membawa wanita itu ke dalam mobil miliknya. Mobil Sandy yang terparkir tak jauh dari lokasi kejadian segera menjadi kendaraan siap antar bagi wanita tersebut."Kita bawa dia ke mana sekarang? Rumah sakit atau rumahnya?" tanya Sandy begitu menduduki bagian kemudi. Ia menoleh ke belakang dan menyaksikan dengan mata kepalanya bagaimana pemandangan di sana.Aleta yang tak sadarkan diri terlihat aman karena bersandar di pundak kekar Arsaka. Berbanding terbalik dengan sikap dan gesture Arsaka saat ini, pria i
Arsaka mulai naik pitam. Kedua tangannya terkepal erat dengan buku-buku jari yang tertekuk kencang seperti menggenggam batu yang siap dilemparkan sepenuh tenaga. Tapi hal itu segera diketahui Sandy dengan cepat agar tak terjadi hal yang ditakutkan olehnya.Sandy tak akan membiarkan sahabatnya berbuat ulah di tempat ini. Tak hanya Aleta yang harus beristirahat di sini, melainkan masih banyak pasien yang tengah berjuang mencari kesembuhan dan tak mau diganggu hanya karena perdebatan konyol ini."Saka, lebih baik kamu dan tante segera masuk ke dalam! Aku yakin wanita itu pasti membutuhkan kalian berdua sebagai penyemangatnya," ujar Sandy bijak.Debora memiringkan senyumnya."Wanita itu punya nama, namanya Aleta, seorang artis dan model papan atas! Paham?" ucap Debora dengan bangganya.Debora melenggang begitu saja usai menyombongkan diri perihal status putrinya.BraggPintu dibanting oleh Debora