Eva melempar ponsel ke bangku dengan jubah mandi di atasnya, jadi ponsel itu tidak akan rusak karena benturan. Eva bingung kenapa Aiden tidak bersikeras untuk melihat foto itu, Eva tidak tahu kalau foto itu otomatis terkirim ke ponsel Aiden.Aiden melihat ke bawah tangannya dan menyadari kalau dia memegang bagian pinggang Eva yang terluka. Kurva pinggang Eva yang ramping sedikit bengkak dan terasa hangat di bawah telapak tangannya. Aiden bertanya-tanya apakah dia menyakiti istrinya dan dia mengagumi kekuatan dan keras kepala yang membuat istrinya tidak menangis atau bahkan tersentak.Tiba-tiba Aiden berdiri lalu menarik Eva bersamanya. Aiden mulai melepas pakaian Eva."Apa yang kau lakukan, Aiden?" tanya Eva.Aiden terus melepas pakaian Eva dalam diam. Kain basah menempel di tubuh Eva dan Aiden melepasnya sedikit demi sedikit."Pernahkah kau melihat orang mandi dengan pakaian lengkap melekat di tubuh, Eva?" Aiden bertanya dengan lembut. Kemudian Aiden menarik Eva ke bawah pancuran lal
Telepon di meja samping tempat tidur menyala dan mulai berdengung. Eva menjawabnya."Sebastian?""Eva, apakah kau sudah bangun?" tanya Sebastian."Ya," jawabnya, "Bagaimana tenggorokanmu?""Lebih baik setelah minum obat, terima kasih," kata Sebastian, "Ngomong-ngomong, aku punya kabar baik untukmu, Eva.""Katakan saja kabar baik apa itu, Sebastian," kata Eva.Eva dengan lesu menggerakkan jari-jarinya ke rambutnya, dan kemudian dengan hati-hati mengangkat tangannya ke atas kepalanya untuk meregangkan. Pinggangnya tidak sakit sebanyak hari sebelumnya. Dia mengangguk dengan puas."Kabar baiknya adalah aku telah menemukan rumah sakit untuk memindahkan pengasuhmu. Mereka telah sepakat kalau kami dapat memindahkannya ke sana dalam beberapa hari ke depan," kata Sebastian, "Berita lainnya adalah orang yang ingin membeli sahammu di Hotel Empire ingin bertemu denganmu hari ini untuk menandatangani kontrak.""Hari ini?" tanya Eva, prihatin."Dia sangat ingin menandatangani kontrak dan bersikeras
Di kantor Malik Group, Aiden bersandar di kursinya."Tuan Aiden, Nyonya Eva telah tiba di hotel," kata Alfred.Alfred berdiri di depan meja Aiden dan melihat kotak beludru merah muda di tangan Aiden."Hotel menkonfirmasi kalau mereka sedang mendekorasi ulang restoran dan berjanji untuk menyelesaikannya pada pukul 6 sore. Semua hidangan akan sesuai dengan preferensi Nyonya Eva juga."Aiden membuka kotak beludru dan merenungkan cincin berlian merah muda yang mempesona."Saya juga sudah memeriksa dengan asisten Nyonya Eva. Dia berkata kalau Nyonya Eva tidak punya jadwal apa pun hari ini."Aiden menggigit bibirnya dan membayangkan Eva mengenakan cincin yang baru dibelinya itu. Aiden nyaris tidak mendengar apa yang dikatakan Alfred."Lalu soal Dokter Sebastian Lewis, beliau akan melakukab operasi penting sepanjang hari. Jadi …"Aiden memelototi Alfred, merasa kalau asistennya itu merusak suasana hatinya yang sedang bahagia dengan menyebut nama Sebastian.Alfred menundukkan kepala. Sebenarn
"Rebecca?" Eva berseru.Rebecca berputar pelan dan dramatis seperti di film.Dia mengangkat alis, menyeringai dengan kepuasan diri, "Apa aku mengejutkanmu, Eva?""Kenapa kau bisa ada di sini, Rebecca?" tanya Eva.Eva tidak percaya dengan matanya. Apa Rebecca pembelinya? Dia sepenuhnya mempercayai Sebastian untuk menemukan pembeli, tetapi Eva menyadari kalau dia seharusnya mengajukan lebih banyak pertanyaan dan lebih terlibat."Aiden memberimu Hotel Empire sebagai hadiah, tapi coba lihat hal pertama yang kau lakukan adalah mencoba menjual hotel ini kepada penawar tertinggi," kata Rebecca dengan jijik.Saat Rebecca berbicara, dia berjalan perlahan menuju Eva, sepatunya menghancurkan bunga sakura yang jatuh dibawah kakinya."Aiden memberikan hotel ini kepadaku, soal bagaimana aku menanganinya itu adalah urusanku," kata Eva dengan tenang, "Maaf jika itu mengganggumu, Rebecca.""Tentu saja itu menggangguku," bentak Rebecca, "Aku sangat peduli dengan hotel ini. Hotel ini bisa dibilang mahar
"Dasar wanita bodoh! Apa kau tidak peduli jika aku sampai memberitahu Aiden?" Rebecca berteriak dan memaki."Tuan Aiden," kata seorang pelayan dari pintu.Rebecca segera menjatuhkan garpu di tangannya dan ekspresinya berubah. Senyum manis tersungging di wajahnya, dia lantas berbisik kepada Eva, "Aiden datang. Mati kau, Eva.""Oh tidak!" Eva berkata dengan pura-pura takut, "Aku takut sekali nih, Rebecca."Eva berbalik lalu melihat Aiden, mendekat. Saat pria itu berjalan, Aiden memancarkan kekuatan. Eva harus mengakui kalau sosoknya yang tinggi terlihat cukup tampan dalam balutan setelan gelap. Saat Aiden berjalan, pria itu menatap tajam ke arah Eva.Ketika Rebecca menyapa Aiden dengan suara ringan, Aiden menatapnya seolah baru menyadari Rebecca ada di sana. Aiden mengerutkan dahi dalam ketidaksenangan dan kebingungan.Memahami suasana hati Aiden, Rebecca mencoba menjelaskan kehadirannya, "Setelah tahu mengenai kecelakaan Eva kemarin, aku jadi khawatir, Aiden. Karena itu aku mengunjungi
"Apa menurutmu aku begitu mudah tertipu?""Aiden," potong Rebecca."Diam!" bentak Aiden.Ekspresi Rebecca terluka dan sedih, Eva mencibir saingannya. Eva menegakkan punggungnya lalu menatap wajah Aiden tanpa rasa takut."Apa yang dikatakan Rebecca benar," katanya, "Tapi aku juga merencanakan masa depan.""Oh begitukah?" tanya Aiden."Hotel itu adalah hadiah darimu yang diberikan dengan murah hati, tetapi kita berdua tahu kalau aku tidak tahu cara mengelolanya," kata Eva, "Aku ingin hotel ini diberikan kepada seseorang yang lebih berpengalaman mengelolanya daripada aku, seseorang yang dapat menjadikan hotel ini jaya."Eva dengan terampil menyikat kelopak sakura dari bahu Aiden, dan membiarkan suaranya menjadi menggoda, "Selain itu, aku tidak akan punya waktu untuk mengelola hotel ketika diriku hamil."Aiden tampaknya mengabaikan rujukan Eva pada kehamilan, Aiden cemberut padanya. "Kenapa tidak?"Eva mengutuk secara mental."Ada alasan lain, Aiden," katanya dengan tatapan putus asa pada
"Melamarmu?" Aiden tanpa sadar menepuk saku dengan kotak beludru, "Sepertinya itu ide yang bagus."Ekspresi Eva menjadi sulit dibaca. Lelucon yang tidak lucu, pikirnya, Aiden tahu aku ingin bercerai.Seorang pelayan menyela pikirannya, menawarkan handuk hangat di atas nampan. Eva mengambil handuk, dengan perlahan menyeka tangannya saat Alfred muncul kembali di restoran. Alfred melirik Aiden dan Eva, dia ingin mengatakan sesuatu kepada Aiden tetapi Aiden tidak ingin mengganggu momen mereka dan membuat bosnya marah. Aiden meletakkan jarinya di atas meja dan berbicara kepada Alfred, "Mulai sekarang, aku ingin biaya pengobatan pengasuh Eva diambil langsung dari rekening keluarga."Eva tanpa sadar memetik bunga sakura dari taplak meja, tapi dia membeku saat mendengar instruksi Aiden. Ketika Maria jatuh dari jendela tahun lalu, keluarga Malik menolak menanggung biaya pengobatannya karena wanita itu seharusnya lebih berhati-hati. Eva tertarik. Bahkan sebelum Aiden membekukan akunnya, dia kesu
Eva mengabaikan Aiden lalu menyesap sup di atas meja untuk menghilangkan rasa pahitnya.Kemudian Eva menyeka mulutnya dengan serbet, memotong steak lalu menyuapkan potongan itu ke Aiden. Aiden memakannya tanpa ragu, dia merasa senang karena Eva menyuapinya lagi. Eva segera menjatuhkan garpunya, lalu mengangkat ponsel untuk mengambil foto Aiden.Aiden dengan cepat mencoba merebut ponsel itu, tetapi Eva dengan cepat berdiri lalu menyembunyikan ponsel itu di belakang punggungnya.Daging steak itu dibumbui dengan lada hitam dan Eva dengan sengaja menggosokkan potongan daging itu ke bibir Aiden saat dia menyuapinya. Sedikit lada menodai bibir Aiden yang berhasil diabadikan Eva dengan kamera ponsel. Eva berjanji akan mengambil 75 foto Aiden. Jadi Eva memutuskan akan membuat setiap foto Aiden yang ia jepret menjadi sangat memalukan.Eva tahu Aiden ingin foto-foto candid yang ia ambil diposting online, jadi Eva berharap foto-foto itu akan merusak reputasi Aiden yang tanpa cela. Paling tidak,