“Kita akan kembali seperti dulu, aku berjanji,” ucap Rex Milan pada Venus sebelum menandatangani surat dan dokumen pernikahan tersebut. Venus masih ragu dan bingung. Ia harus melakukan sesuatu untuk membantu dirinya sendiri. Maka, Venus pun akhirnya mengambil keputusan.Tangan Venus menggoreskan tanda tangannya pada lembaran dokumen yang dibawa oleh Rex Milan. Senyuman Rex Milan mengembang lebar. Ia tidak menyangka jika pernikahannya akan lancar seperti ini.“Terima kasih, Sayang! Aku sangat mencintaimu!” ucap Rex Milan memeluk lalu mencium pipi Venus. Venus menaikkan sedikit senyumannya.Hati memang tidak bisa berbohong. Venus yakin jika Rex Milan terlibat pada kecelakaan Dion. Lebih dari itu, ia semakin tidak yakin jika Rex Milan adalah suaminya yang terakhir.“Kita rayakan hari ini dengan Wine!” Rex Milan dengan cepat memanggil pelayan untuk membawakan menu. Venus masih diam saja dan membiarkan Rex Milan melakukan yang diinginkannya. Pikiran Venus masih bercabang pada beberapa hal
“Kamu sedang berbicara dengan siapa, Cindy?” tanya Sebastian lagi dalam bahasa Indonesia. Napas Cindy tercekat dan jantungnya rasanya seperti sedang berhenti. Cindy tidak pernah menyangka jika Sebastian bisa berbahasa Indonesia. Selama ini, Cindy mengira jika Sebastian adalah keturunan Tionghoa.“B-Bukan, Pak. Ini ... ini adalah teman saya dari Indonesia,” jawab Cindy terbata-bata. Terlihat jelas jika ia menyembunyikan sesuatu dari Sebastian. Sebastian maju dua langkah tanpa melepaskan pandangan dari Cindy. Sedangkan ponsel di tangan Cindy diremasnya cukup keras.“Tolong buatkan kopi untukku dan antarkan ke ruanganku. Segera ya!” Sebastian lantas berbalik pergi usai memberikan perintah tersebut. Napas Cindy yang tertahan baru lepas setelah Sebastian keluar dari ruangannya.“Oh, Tuhan Yesus. Aduh, mati aku sekarang. Tolong aku, Bapa di Surga. Selamatkan aku dari kecurigaan Tuan Sebastian. Semoga dia gak mendengar pembicaraanku tadi sama Mas Peter,” ujar Cindy mencoba menenangkan diriny
Jasman berlari sekencang mungkin menghindari teriakan orang-orang yang mungkin mengejarnya. Di depan, sebuah mobil berhenti dan Jasman langsung masuk. Mobil itu langsung tancap gas.“Aduh, mampus gue! Gak-gak lagi gue ngejambret, ya Allah!” Jasman merutuk sambil terengah-engah mengatur napas. Ia begitu kepayahan sebelum membuka topeng dan hoodienya. Peter tersenyum dan terus menyetir. Mereka nekat menjambret tas Venus dan kini keduanya resmi jadi penjahat di New York.“Gimana? Berhasil kan?” tanya Peter tak yakin. Jasman mengangguk dan masih menarik napas. Ia mengangkat tas Venus yang dirampoknya tanpa menjawab.“Ya udah, gue telepon Pak Kyle dulu.” Peter segera menghubungi Kyle Madrid yang masih bekerja untuk Daga Nero. Untuk saat ini, Kyle menjadi atasan mereka setelah Dion meninggalkan kursi CEO.“Semua sudah terlaksana, Pak. Jasman sudah mencuri tas milik Nyonya Venus.” Peter melaporkan pada Kyle.“Bagus, kamu dan Jasman segera ke hotel yang sudah aku persiapkan. Periksa semua yan
“Saksi pembunuhan? Tidak. Dia tidak pernah menjadi saksi pembunuhan,” ujar Rex Milan dengan kening mengernyit. Dokter itu mengangguk.“Bisa jadi dia sedang kebingungan sehingga banyak hal yang ia paksa ingat dalam waktu yang bersamaan.” Dokter itu mencoba memberikan analisisnya.“Apa ingatannya sudah kembali, Dokter?” Rex Milan kembali bertanya untuk meyakinkan.“Belum sepenuhnya. Mungkin yang muncul adalah potongan-potongan ingatan saja. Tidak ada yang mengetahui pasti kapan semua ingatan akan kembali.” Rex Milan diam memperhatikan dengan wajah gusar.“Tuan Wilson, alasanku memanggilmu kemari adalah untuk memintamu bersabar dengan kondisi Istrimu. Jangan memaksanya melakukan apa pun yang bisa membuatnya tertekan. Jika tidak hati-hati, ingatannya bisa tidak kembali,” ujar dokter itu menjelaskan. Rex Milan hanya diam dan mengangguk.“Terima kasih, Dokter.”Sepulang dari rumah sakit, Venus langsung masuk ke kamar untuk beristirahat. Ia tidak mempermasalahkan lagi tasnya yang dijambret.
“Awasi Venus. Jika ada yang mendekat dan mencurigakan langsung hajar dia. Urusan dengan Polisi belakangan,” ujar Rex Milan memberikan perintah pertamanya pada regu pengawal pribadi Venus. Pemimpin regu tetaplah NEL Black. Ia memimpin lima orang yang terdiri dari Ortega, Keith, Seth, Emerson dan Steven.“Bagaimana dengan paparazi?” tanya NLE Black pada Rex Milan.“Mereka juga. Jangan biarkan mereka mendekat.”NLE Black tidak mengangguk tapi juga tidak menolak. Ia menoleh pada Ortega dan Seth yang menjadi pendamping Venus. Sedangkan Keith, Emerson serta Steven yang akan mengawal di luar sekaligus sebagai sopir.Rex Milan memastikan pengawalan untuk Venus berjalan dengan baik. Ia berdiri di depan lobi utama untuk menyaksikan seperti apa para pengawal akan ‘mengurung’ Venus.Di dalam mobilnya, Venus jadi cemas serta gundah. Ia di awasi oleh lima orang pria dengan salah satunya berwajah jelek. Jika salah bertindak bukan tidak mungkin seluruh rencananya gagal.“Apa kalian suka minum kopi?”
Steven menarik lembut tangan Venus untuk mengecek keadaannya. Venus mungkin terluka dan Steven merasa harus melindunginya. Namun, Seth spontan memarahi Steven.“Apa yang kau lakukan? Lepaskan tangannya!” perintah Seth pada Steven. Venus kaget dengan hardikan yang diberikan oleh Seth pada Steven.“Aku hanya memeriksanya─”“Itu bukan alasan. Lepaskan dia, jangan sentuh apa pun!” bentak Seth lagi dengan wajah tegang. Steven melirik pada Venus sebelum kemudian melepaskan tangannya.“Minta maaf!” Seth kembali memerintahkan.“Maafkan aku, Nyonya.” Steven menurut dengan baik dan kembali meluruskan posisi duduknya. Venus terperangah tak mengerti. Kini ia mulai tidak nyaman dengan para pengawal tersebut. Mata Venus kembali melirik pada Steven yang sudah menolongnya hari ini. Namun, Venus tidak bicara apa pun selain hanya memegang tangannya menahan sakit.Sesampainya di kediaman Rex Milan, Venus dikawal keluar dari mobil. Venus buru-buru berjalan cepat masuk ke dalam rumah tapi Ortega dan Seth
Keesokan harinya, Venus masih menuntut hal yang sama pada Rex Milan. Ia sampai mengambek karena ingin agar para pengawal itu ditarik.“Aku tidak mau dikawal oleh siapa pun!” ucap Venus dengan nada tinggi. Seharusnya ia sudah berangkat melakukan pekerjaannya. Namun karena urusan mengenai pengawal belum selesai, Venus masih berdebat dengan Rex Milan.“Venus, aku tidak bisa memberhentikan mereka sekarang. Kamu baru saja satu hari mendapatkan pengawalan.” Rex Milan masih bersikeras.“Aku bilang aku tidak membutuhkannya─”“Bagaimana kamu bisa mengatakan hal seperti itu? Kamu sendiri dirampok beberapa hari lalu. Tidakkah kamu bisa melihat jika aku sangat mencemaskan keselamatanmu sekarang?” ujar Rex Milan seperti sedang mengiba.Venus masih mendelik keras pada Rex Milan yang merasa seperti tak punya harga diri saat ini. Ia membuang muka ke arah lain dan tidak mau melihat pada Rex Milan sama sekali.“Rex?” panggil Sebastian yang tiba-tiba datang menyela. Sebastian sudah sempat mendengar perd
Steven dan Emerson mengawal Rex Milan serta Sebastian hari ini. Keduanya naik mobil yang sama dengan Steven sebagai pengemudi.“Jika kita berhasil mendapatkan seluruh sertifikat tanah untuk bagian timur, Pheonix akan memberikan kita proyeknya,” ujar Rex Milan berbincang serius dengan Sebastian.“Aku ingin kita lebih menyasar sebagai pemegang proyek utama dan pemegang lisensi untuk stadion itu nanti. Jika kita bisa memegang 40 persen saham, maka kita akan bisa menguasai pantai timur, Rex!” balas Sebastian dengan pemikiran yang berbeda.“Kamu benar. Lalu bagaimana jika King Enterprise bisa membaca pergerakan kita? Mereka pasti akan menikung lebih dulu!”“Tidak ada yang akan tahu. Apa yang diketahui oleh Jupiter King? Dia itu sesungguhnya dungu tanpa Dion Juliandra!” sahut Sebastian mengumpat presiden direktur perusahaan saingan mereka yaitu King Enterprise.“Apa maksudmu?”“Aku baru menemukan jika Dion Juliadra adalah konsultan yang selama ini bekerja sama dengan King Enterprise. Jadi k