Share

Bab 5. Kehilangan

“Siapa kamu? Untuk apa kamu memeluk istriku?” hardik Rex Milan berdiri di depan Venus dan Dion. Venus jadi berubah kesal dan tidak terima. Ia mendorong Rex Milan agar menjauh dan dirinya, Venus turun dari ranjang dan berdiri berkonfrontasi dengannya.

Rex Milan seketika marah dan beringsut ke depan menarik pundak Dion yang sedang memeluk Venus. Venus terkejut demikian pula Dion.

“Jangan sembarangan kamu. Dia adalah suamiku!” sahut Venus bersikeras. Rex Milan terperangah tak percaya. Sementara Dion masih tenang memasang raut dingin tanpa senyuman. Ketika Venus menoleh padanya, senyuman Dion langsung mengembang tulus.

“Venus, kamu adalah istriku!” balas Rex Milan menahan geraman. Venus tampak marah dan menggeleng cepat.

“Tidak, kau adalah pria jahat yang menyekapku. Kamu mencuci otak kedua orang tuaku agar mengakuimu sebagai suami.” Venus mulai memberikan asumsi yang diberikan Dion padanya.

“Apa?” Rex Milan menyahut dengan kening mengernyit. Keadaan Venus jadi makin parah dari hari ke hari. Ia malah mengakui pria lain sebagai suaminya.

“Sebaiknya kau mundur saja, Tuan Wilson. Venus tidak mau bertemu denganmu lagi,” ujar Dion menambah kepelikan. Rex Milan berbalik dan mendelik keras pada pria itu.

“Aku tahu jika kau yang sudah menculik istriku beberapa hari yang lalu dari rumah sakit. Aku bisa menjebloskanmu ke penjara!” ujar Rex balas mengancam. Dion hanya tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya.

“Silakan saja mencoba. Mungkin kamu akan berhasil” Dion terus mengolok Rex Milan hendak mematik emosinya. Semakin Rex Milan marah dan bertindak kasar, semakin Venus akan membencinya karena perilakunya.

“Aku tidak kenal kau siapa. Pergi sebelum aku lapor Polisi!”

“Haha, aku kasihan padamu, Tuan Wilson. Kau bermimpi terlalu besar ingin bersama Venus. Padahal dulu kau membenci dan menyiksanya kan?” Dion melayangkan tudingan didengar jelas oleh Venus.

“Kau ini bicara apa?” balas Rex Milan menghardik.

“Sudahlah, mengaku saja. Venus sudah tahu pasti ingat seperti apa kedokmu selama ini. Kau mungkin berhasil memanipulasi Tuan Harristian, tapi sekarang ... aku tidak akan membiarkanmu memiliki Venus lagi dengan seluruh kebohongan-kebohonganmu.” Netra Dion membesar saat menekankan kalimatnya. Rex Milan yang masih mencerna kalimat pria itu lantas mengernyitkan keningnya.

“Siapa kau sebenarnya? Apa tujuanmu datang kemari dan mengarang semua cerita ini?”

Dion perlahan tersenyum dan kembali mendekat. Jaraknya cukup untuk berbisik. Venus masih berada di belakang Dion dan kemungkinan besar tidak akan mendengar.

“Aku beritahukan padamu, Tuan Rex Milan Wilson. Kau akan berakhir di tanganku.” Dion berbisik di akhir kalimat dengan nada menggantung yang misterius.

“Apa ....”

“Jika kau menyakiti Venus lagi, kau akan berhadapan denganku! Aku tidak akan tinggal diam kali ini,” ujar Dion menggeram pelan sekaligus menunjukkan keseriusannya pada Venus. Rex Milan makin bingung terperangah tak mengerti. Ia bahkan tidak mengenal Dion sama sekali. Bagaimana bisa pria itu datang mengarang cerita tentang menyakiti Venus?

“Jangan mengada-ada. Kapan aku pernah menyakiti Venus? Aku bahkan tidak mengenalmu!” Rex Milan begitu geram dan dia mulai terpancing emosi.

“Apa aku perlu menunjukkan buktinya? Aku juga punya bukti jika Polisi bekerja sama denganmu.”

Mendengar hal tersebut, mata Venus sontak melotot. Ia menarik lengan Rex Milan sampai ia berbalik pada Venus, dan sebuah tamparan keras mendarat di pipinya. PLAK─Rex Milan kaget setengah mati. Ia bahkan tidak tahu apa salahnya.

“Ternyata kau memang bajingan, Rex Milan! Aku tidak akan membiarkanmu menyakitiku lagi,” bentak Venus menyemprot marah pada Rex Milan.

“Ayo, Dion. Kita pergi!” Venus menarik tangan Dion melewati Rex Milan yang bengong menghadapi situasinya yang aneh.

“Tunggu dulu!” Rex Milan balas menarik tangan Venus untuk mencegahnya pergi. Venus yang sudah kadung benci spontan menarik tangannya.

“Jangan sentuh aku!”

“Kamu mau ke mana?”

“Aku mau pergi bersama Dion!” jawab Venus tanpa beban dengan nada sedikit menantang. Saat itulah, Rex mendengar pertama kali nama pria yang akan membawa Venus.

“Jangan ambil keputusan seperti ini, Venus. Kamu tidak tahu siapa dia!”

“Dion adalah suamiku. Kamu yang orang asing!” Rex Milan kelabakan menjelaskan pada Venus tentang hubungan mereka. Sementara Dion hanya diam dan menunggu saja Venus berbuat membelanya.

“Bukan, Venus. Aku adalah suamimu. Kita sudah menikah ....” Venus tak peduli pada penjelasan Rex Milan dan langsung pergi sambil menarik tangan Dion.

“Tunggu, Venus!”

Rex Milan ikut berjalan cepat mengejar Venus yang bisa keluar dari kamarnya begitu saja bersama pria asing.

“Tunggu, kamu belum bisa keluar dari rumah sakit, Venus!” Rex Milan berusaha menghalangi Dion tapi pria itu mendorong Rex Milan dengan keras. Rex Milan kembali beringsut ke depan menghadapi Dion. Sayangnya ia kurang cepat, pintu lift sudah tertutup.

“Sialan, apa yang sebenarnya terjadi?” Rex Milan merutuk lalu berlari ke arah lift lainnya untuk menyusul Venus.

“Semua akan baik-baik saja, Sayang. Beraninya dia berbohong soal status pernikahan denganmu. Aku bisa membuktikan jika kita memang menikah, tapi dia akan memberikanmu bukti palsu,” ujar Dion merangkul Venus lalu mengecup sisi kepalanya. Venus menoleh pada Dion dan tersenyum mengangguk. Ia yakin dengan Dion daripada Rex Milan yang bersusah payah mengejarnya ke bawah.

“Venus, tunggu!” teriak Rex Milan memanggil Venus yang berjalan bergandengan dengan Dion. Dion buru-buru menarik Venus dan berlari ke parkiran. Rex Milan pun ikut berlari mengejar Venus yang kabur dengan mobil. Rex Milan masuk ke mobilnya dan mengejar kendaraan Dion yang sudah masuk ke jalan raya.

Rex Milan menekan pedal gas lebih keras dan mengebut melewati beberapa mobil. Di dalam mobilnya, Dion terus mengawasi mobil Rex Milan yang mencoba menyusul. Venus yang duduk di sebelahnya tampak ketakutan.

“Dion, aku takut,” ujar Venus sesekali memejamkan mata dan memegang pegangan di pintu mobil dengan erat. Sekelebat cahaya lewat di depan matanya.

Venus memekik, ia seperti melihat lagi kejadian saat kecelakaan mobil yang dialaminya.

“Ada apa, Sayang?” tanya Dion tampak cemas meski terus mengawasi mobil Rex Milan di belakang.

“Tolong jangan mengebut. Tolong berhenti!” isak Venus makin ketakutan.

“Kamu akan baik-baik saja, oke! Rex Milan tidak boleh menangkapmu lagi.” Dion berujar dengan rahang mengeras. Ia banting setir ke kiri dan melewati dua kendaraan sekaligus. Rex Milan terus bernafsu mengejar di belakang.

“Ahhk ... Dion!” pekik Venus. Dion tak kehilangan konsentrasi, ia menyalip beberapa kendaraan membuat oleng Rex Milan yang mengekorinya. Kecepatan makin bertambah dan Rex Milan melakukan kesilapan. Mobilnya menyerempet kendaraan lain dan itu membuatnya kehilangan kendali. Mobil memutar kencang lalu menabrak pembatas jalan sampai terdengar bunyi tabrakan yang keras.

“A-apa itu?” Venus memekik tak sadar setelah dari tadi ia memejamkan mata. Dion melambatkan mobilnya dan terus melihat ke arah belakang lewat spion. Sedangkan Venus membalikkan separuh tubuh ke belakang. Ia menyaksikan mobil Rex Milan yang mengejar mereka mengalami kecelakaan.

“Dia ... dia ....” Venus merapal nyaris tak bisa bernapas.

“Apa kamu baik-baik saja?” Dion malah bertanya pada Venus yang hanya bisa mengangguk.

Lalu Dion memutar mobil dan kembali ke jalur meninggalkan kecelakaan itu di belakang.

“Ayo kita pulang!” 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status