“Ahk, sialan!” umpat Rex Milan kala memegangi hidungnya yang berdarah. Wajahnya membentur air bag cukup keras membuatnya kesakitan dan pusing. Tim ER datang bersama ambulans begitu sigap menolong Rex Milan serta mengeluarkannya dari mobil.
“Tenanglah, Tuan! Jangan terlalu banyak bergerak!” ucap salah satu petugas medis yang mengeluarkan Rex Milan yang terjepit di mobil mewahnya yang lumayan ringsek bagian depannya.
Sebastian Arson yang baru tiba lantas berlari ke arah ambulans. Terlihat Rex Milan sedang dinaikkan ke brankar dan diberikan penyangga leher.
“Kamu baik-baik saja? Mana Venus?” tanya Sebastian sedikit terengah. Mata Rex Milan melirik pada Sebastian dan tampak kesal.
“Bantu aku dulu. Perempuan itu malah lolos!” erangnya kesal. Sebastian tidak mengangguk. Ia ikut dalam mobil ambulans memastikan Rex Milan baik-baik saja.
Rex Milan dibawa ke rumah sakit terdekat dan mobilnya diderek agar tidak mengganggu lalu lintas. Sedangkan Sebastian masih bingung dan mondar-mandir atas apa yang terjadi. Ia baru diizinkan masuk oleh dokter setelah beberapa menit kemudian.
“Aku tidak bisa membiarkan ini! Aku harus menemukan Venus sekarang.” Rex Milan yang masih kesakitan hendak turun dari tempat tidurnya bergegas mencari keberadaan Venus.
“Apa kamu sudah mencintainya sekarang?” sahut Sebastian balik bertanya dengan raut dingin. Rex Milan tertegun menatap Sebastian. Ia tampak tidak suka jika pertanyaan itu disebut lagi.
“Kenapa bertanya hal itu lagi?”
“Karena semakin lama, aku melihat kamu semakin jauh dari rencana kita. Aku tidak memintamu menjadi suami Venus Harristian untuk setia dan mengikat perasaan cinta dengannya. Apa kamu lupa tujuan kita yang sesungguhnya?” ucap Sebastian dengan raut dingin memandang tajam pada Rex Milan.
Rex Milan meringis sedikit perih pada hidungnya. Ia hendak memegang tapi urung karena takut makin sakit.
“Lalu kamu mau aku diam saja di sini? Pria asing itu sudah berhasil membawa kabur Venus!”
“Venus itu istrimu sekarang! Jika kamu tidak bisa bersikap seperti suami baginya, dia pasti akan meninggalkanmu.” Sebastian kembali menekankan. Rex Milan makin kesal. Ia sudah kesal dengan belenggu yang ia buat sendiri untuk Venus dan dirinya. Sekarang ia harus memastikan Venus tetap berada di lingkaran yang diinginkannya.
“Cari pria bernama Dion itu! Aku yakin dia pasti ada hubungannya dengan Venus. Tidak mungkin dia mengaku sebagai suami, siapa dia?!” Rex Milan kembali berang tapi meringis lagi dengan rasa perih di wajahnya.
Sebastian Arson kembali mengernyit. Dari semua orang yang selama ini mengelilingi Venus rasanya ia belum pernah mendengar nama Dion─atau ada yang dilewatkannya.
“Aku rasa dia hanya penggemar lama ....”
“Tidak mungkin! Dia terlihat begitu mengenal Venus,” kilah Rex Milan bersikeras. Sebastian pun mengangguk paham.
“Baiklah. Apa kamu mau beristirahat di sini atau pulang?” Rex Milan mengibaskan tangannya.
“Aku harus bisa mengambil hati mertuaku─Arjoona Harristian. Jika aku di rumah sakit dan anaknya kabur dengan pria lain, menurutmu seperti apa dia akan bertindak?” Rex Milan memberikan perumpamaan. Sebastian tidak mengangguk selain menghela napas. Ia sudah paham jika Rex Milan pasti ingin memanfaatkan situasinya sekarang.
“Baiklah. Kalau begitu aku akan kembali besok─”
“Jangan lupa cari yang kuminta!” Rex Milan mengulang lagi perintahnya pada Sebastian. Sebastian hanya mengangguk samar sebelum pergi berlalu dari kamar tersebut.
Setelah temannya keluar, Rex Milan menekan tombol panggil di tempat tidurnya. Seorang perawat datang dan Rex Milan meminta bantuannya.
Seperti yang direncanakannya, Arjoona Harristian datang dua jam kemudian setelah memperoleh kabar dari rumah sakit tempat Rex Milan dirawat. Ia datang sendirian dengan beberapa pengawal seperti biasanya.
“Rex? Apa yang terjadi denganmu? Apa benar kamu kecelakaan?” tanya Arjoona Harristian begitu ia masuk ke kamar perawatan Rex Milan. Rex Milan langsung memasang wajah sedih dan kesakitan. Ada sedikit plester di wajah dan beberapa luka yang masih basah tapi sudah ditangani. Lehernya masih dipasang penyangga dan terlihat cukup parah.
“Tuan Harristian, aku mengalami kecelakaan saat mengejar Venus. Ahk, aku benar-benar kehilangan dia.” Kening Arjoona mengernyit saat mendengar hal tersebut.
“Maksudmu Venus menghilang?”
“Iya ....”
“Apa kamu benar-benar tidak bisa menjaganya, Rex? Kamu mengaku sebagai suaminya tapi Venus tidak mengenalmu dan malah melarikan diri. Apa yang sudah kamu lakukan pada putriku sebenarnya, huh?” Arjoona terlihat mulai kesal dan meninggikan suaranya.
Rex Milan sedikit tertegun. Padahal ia mencoba memanfaatkan keadaannya yang mengenaskan itu untuk meraih perhatian Arjoona. Namun yang terjadi malah sebaliknya. Arjoona tampak tidak simpati dan malah memarahi Rex Milan.
“Dad, bukan─” Arjoona mendelik mendengar panggilan itu keluar dari mulut Rex Milan. Rex Milan langsung berhenti dan mengoreksi.
“Maksudku Tuan Harristian. Aku sudah pernah menceritakan padamu jika Venus sedang mengalami amnesia. Dia ... dia tidak ingat padaku.” Rex Milan mencoba menjelaskan dengan suara memelas. Ia menunduk dan tidak menunjukkan sikap menantang. Arjoona sekilas mengeraskan rahang lalu membuang muka sebelum melihat pada Rex Milan lagi.
“Jika kamu ingin menjadi suami Venus, kamu harus menjaga putriku dengan baik. Cari dia sampai dapat. Bujuk dia sampai kembali ke rumah. Jangan pernah meninggalkannya,” ujar Arjoona dengan nada lebih rendah. Rex Milan tidak membantah dan hanya mengangguk samar.
Arjoona tidak menanyakan perihal Venus lebih jauh dan itu membuat Rex Milan makin kesal. Setelah mertuanya pergi, ia mengepalkan tangan dan memukul sisi ranjang.
“Lihat saja, Arjoona Harristian! Kau dan anakmu akan menyesal sudah memperlakukanku seperti sampah. Brengsek!” umpat Rex Milan pelan lalu menghela napas panjang.
Ia duduk sesaat lalu berbaring untuk beristirahat. Saat Rex Milan akan memejamkan matanya, dokter yang merawatnya masuk. Ia ingin memberitahukan jika Rex Milan boleh pulang karena pemeriksaannya baik-baik saja.
“Aku ingin tinggal dua malam di rumah sakit.” Rex Milan meminta pada dokter itu tanpa basa-basi. Sang dokter mengernyit tak mengerti lalu tersenyum.
“Tuan Wilson, Anda baik-baik saja. Tidak ada luka dalam atau apa pun. Kami sudah memastikannya─”
“Tapi aku ingin tetap di rumah sakit ini sampai istriku datang. Aku minta kalian membuat konferensi pers tentang kecelakaanku agar istriku dapat melihat. Jika kalian bisa menghubungi dia akan jauh lebih baik,” ujar Rex Milan memberikan perintah terselubungnya.
“Tapi─”
“Aku kenal Direktur rumah sakit ini. Jangan membuatku memecatmu dokter─” Rex Milan sedikit mengintip nama dokter yang merawatnya lalu menyeringai.
“Dokter Grant.” Senyuman Rex Milan terkembang seakan ia memang sedang mengancam. Dokter tersebut akhirnya hanya diam saja. Ia tidak mengiyakan maupun menggeleng tapi jelas ia tahu apa yang harus dilakukan.
Sementara itu, Dion berhasil membawa Venus ke sebuah apartemen yang telah disewanya selama beberapa hari sebelumnya. Saat mobil parkir, Dion menoleh pada Venus yang masih tampak cemas.
“Sayang, apa kamu baik-baik saja?” Dion menegur dengan lembut. Venus menoleh pada Dion lalu menarik napas agak sulit.
“Aku─” Dion dengan sigap melepaskan sabuk pengaman dan menghadap Venus. Matanya terus memandang Venus dengan tatapan lembut penuh cinta.
“Katakan saja.” Dion sedikit berbisik.
“Aku ingat kecelakaan itu.”
“Apa yang kamu ingat, Venus?” tanya Dion dengan kening mengernyit dan raut serius. Ia punya harapan yang besar jika Venus bisa mengingat masa lalu mereka. Kedua tangannya menyentuh pipi Venus agar mereka bisa saling menatap. Akan tetapi, Venus malah meneteskan air mata.“Aku ... mobilnya tidak bisa dikendalikan. Ahhk, kepalaku─” Venus makin terisak. Dion tak tega dan langsung mendekap Venus dengan lembut. Sebuah kecupan diberikan Dion di ujung garis rambut Venus agar ia tenang.“Tidak apa-apa. Jangan diingat semuanya sekaligus. Dengarkan aku.” Dion sedikit menjarakkan Venus untuk bicara padanya. Jemarinya menyeka lembut air mata Venus yang masih jatuh membasahi pipinya.“Aku akan merawatmu sampai kamu pulih seperti dulu. Kamu akan mengingat semua hal dan kenangan yang kita miliki. Pernikahan kita, rumah kita, kebahagiaan kita─aku akan mengembalikan semuanya. Apa kamu mau menjalaninya bersamaku?” Dion meminta dengan tutur lembut dan pandangan tulus penuh keharuan.Venus masih memiliki
Sebastian Arson datang ke rumah sakit yang penuh dengan wartawan. Ia sempat tertegun sesaat sebelum mencari jalan lain untuk masuk ke dalam. Sayup-sayup ia mendengar pembicaraan soal Rex Milan yang mengalami kecelakaan. Setelah menunggu sejenak, barulah Sebastian Arson mendapatkan kesempatan untuk menemui Rex Milan.“Mengapa banyak wartawan di luar? Apa kamu mengumumkan jika kamu sekarat?” tanya Sebastian separuh mencibir. Rex Milan kembali ke tempat tidurnya dan duduk. Ia melirik sinis lalu mendengus dan menaikkan ujung bibirnya.“Venus pasti akan menonton berita tentangku. Dia akan kembali.” Rex Milan menjawab dengan yakin. Penyangga lehernya dibuka dan Rex Milan terlihat baik-baik saja. Sebastian hanya menarik napas panjang lalu menyerahkan sebuah dokumen hasil temuannya.“Dion yang kamu cari kemungkinan adalah Dion Juliandra, mantan suami Venus Harristian,” ujar Sebastian menyebutkan tanpa basa-basi. Sontak Rex Milan menoleh pada Sebastian lalu keningnya mengernyit. Ekspresinya cu
Ciuman Venus mendarat dengan manis di pipi Dion. Perlahan Venus melepaskan perlahan sambil terus memandang Dion. Dion hanya diam tertegun menatap Venus tanpa ingin berkedip.“Terima kasih untuk makan malamnya,” ujar Venus pelan dan lembut. Dion masih diam menyimpan senyuman dan keinginannya untuk membalas ciuman itu.“Selamat malam, Dewiku.” Venus masih belum melepaskan pegangannya pada lengan Dion. Ia masih memandang Dion hingga beberapa saat sebelum Dion sedikit menjauh. Pandangan mereka masih bertaut sebelum Dion benar-benar keluar kamar.Venus duduk perlahan di ujung ranjang dengan senyuman terkulum. Sikap Dion yang begitu baik memperlakukannya, membuat Venus merasa bahagia. Hatinya hangat. Cara Dion memandangnya seperti seseorang yang sangat mengenalnya. Hanya saja seperti ada hal yang masih mengganjal tapi Venus tak tahu apa.“Aku harus segera mengingat masa laluku. Jika memang Dion adalah bagian dari masa laluku, dia pasti punya catatannya.” Venus bermonolog pelan. Namun malam
“Lukamu sudah pulih. Tidak perlu lagi memakai plester apa pun,” ujar Dion tersenyum pada Venus. Venus pun tersenyum malu-malu pada Dion. Pagi ini selesai sarapan, Dion memeriksa luka di dekat pelipis Venus. Ia membelai helai rambut Venus dengan lembut sekaligus menatap matanya.“Apa aku boleh bertanya, Dion?” ujar Venus lembut. Dion mengangguk lalu menurunkan tangannya.“Apa kamu memiliki bukti jika kita sudah menikah? Seperti foto atau dokumen?”Dion tertegun mendengar permintaan Venus. Ia menarik napasnya perlahan lalu tersenyum getir.“Ada. Sebenarnya aku menyimpannya dengan baik tapi seperti yang aku bilang kemarin. Rumah kita terbakar dan seluruh dokumen penting pernikahan kita juga ikut lenyap,” jawab Dion beralasan.Venus tertegun lalu perlahan mengernyitkan keningnya. Keraguan yang sempat sirna untuk Dion kini mencuat lagi. Dion memang meyakinkan sebagai seorang suami tapi ia tidak memiliki bukti tertulis. Rasanya memang aneh.“Lalu bagaimana aku tahu jika kamu tidak berbohong
Venus dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Meski rasa pusingnya sudah hilang tapi Venus sesungguhnya memiliki tujuan berbeda. Ia ingin bertemu kedua orangtuanya─Arjoona dan Claire. Venus harus mengkonfirmasi soal Dion dan identitasnya. Orang tuanya pasti mengetahui sesuatu.“Venus?” panggil Rex Milan yang datang tiba-tiba masuk ke ruang pemeriksaan. Venus membesarkan matanya kaget. Rex Milan mendapatkan kabar dari rumah sakit jika Venus datang.“Akhirnya aku menemukanmu.” Rex Milan langsung memeluk Venus lalu mengecup sisi keningnya. Venus sedikit refleks menghindar tapi ia tidak seagresif sebelumnya.“Kamu ke mana saja? Aku mencarimu,” ujar Rex Milan sambil memegang kedua pipi Venus.“Bagaimana kamu bisa menemukanku?” sahut Venus dengan nada ketus. Rex Milan tampak terharu. Ia terlihat bahagia bisa menemukan Venus yang tiba-tiba pergi dari rumah sakit.“Rumah sakit menghubungiku. Katanya kamu datang ke rumah sakit. Apa kamu berhasil melarikan diri dari pria itu? Apa dia
“Katakan apa tujuanmu menculik Venus Harristian?” hardik Detektif Kurt Illson menginterogasi Dion di kantor polisi. Dion masih tenang duduk di depan Kurt dengan kedua tangan diborgol.“Aku tidak menculiknya. Dia adalah Istriku,” jawab Dion. Detektif Kurt langsung mencebik sinis lalu menggeleng.“Kau mau coba berpura-pura berfantasi ya? Kau kira aku akan percaya padamu.” Kurt mengolok Dion. Dion menarik napas dan sedikit membuang wajahnya ke kiri.“Suami Venus Harristian itu adalah Rex Milan Wilson. Dia yang melaporkanmu telah menculik Istrinya dari rumah sakit,” imbuh Kurt lagi. Dion sedikit mengeraskan rahangnya dan tidak mau menanggapi. Pandangan Kurt masih lekat menatap padanya.“Jika kau tidak mau bicara, akan kujebloskan kau ke penjara, Tuan Juliandra. Satu lagi, kau masih memegang paspor Indonesia kan? Aku bisa mendeportasimu ke negaramu dan kau akan dilarang masuk US selamanya.” Kurt mengeluarkan ancamannya pada Dion. Dion menghela napas panjang.“Baik, aku akan bicara. Tapi ak
“Selamat malam, Tuan Juliandra!”Seorang wanita cantik berambut brunnete menyapa Dion yang cukup kebingungan dengan yang terjadi. Ia mengulurkan tangan dan Dion menyambutnya tanpa menyebutkan nama. Ia masih mengira-ngira siapa yang mengirimkan pengacara itu untuknya.“Maafkan sedikit keterlambatanku, Tuan Juliandra─” pintu terbuka dan detektif Kurt Illson muncul.“Aku dengar kau membayar pengacara mahal untuk membebaskanmu, Tuan Juliandra. Bahkan malam-malam begini, kepala polisi menerima jaminan darimu,” ujar Kurt dengan sikap sinisnya. Ia menoleh pada pengacara cantik yang datang dini hari membebaskan Dion.“Aku─” pengacara itu langsung memotong pembicaraan. Sikapnya yang ramah berubah ketus pada Kurt.“Aku sudah memenuhi dan membayar jaminan. Anda pun sudah menerima surat pembebasannya, bukan? Aku datang untuk menjemput klienku,” jawab pengacara itu. Dion hanya bisa diam saja. Ia masih belum tahu siapa yang telah mengirim pengacara tersebut. Mungkin ia akan memperoleh jawabannya se
“Selamat pagi.” Rex Milan menyapa Venus dan ingin mencium keningnya. Venus langsung refleks menghindar. Namun, Rex Milan langsung memeluk tak peduli jika Venus merasa tidak nyaman.“Tolong lepaskan, Rex!” Venus mendorong tangan Rex Milan yang melingkar padanya. Rex Milan mengernyit dan perlahan melepaskan. Ia mengira kepulangan Venus sudah mengubah pikirannya.“Ada apa, Sayang?” tanya Rex Milan lembut.“Aku tidak suka dipeluk.” Venus menjawab ketus. Ia kembali duduk di kursinya untuk meneruskan sarapan. Rex Milan jadi makin kesal dan membuang badan ke samping. Namun ia tidak bisa memarahi Venus. Ia terus mengingatkan dirinya bersikap sebaik mungkin pada masa penyembuhan Venus. Rex Milan tidak mengatakan apa pun lagi selain duduk di kursinya di dekat Venus.“Bagaimana kabarmu hari ini?” tanya Rex Milan kembali mencoba ramah. Venus tidak mau menoleh pada Rex Milan saat bicara. Ia menarik napas sebelum menjawab.“Aku baik-baik saja. Tapi aku harus bicara denganmu.” Rex Milan menghentikan