Lea terdiam di atas ranjangnya, matanya terus menyoroti rekaman cctv yang ada di rumahnya. Mendapati putranya hilang, Lea hanya merespon dengan diam.
Namun dalam diamnya itu ia terus berpikir kemana putranya dibawa dan pada siapa ia dibawa. Dan satu-satunya jawaban di kepalanya hanya ada Lius, mantan suami sekaligus ayah biologis dari putranya itu.
Lain Lea, lain lagi Lio yang kini tengah berada dalam perjalanan pulang. Yang ia tahu adalah putranya diculik oleh orang tak dikenal. Hanya itu saja.
Sesampainya di rumah ia langsung berlari menuju kamarnya, ia takut jika sang istri kembali histeris dan menyalahkan keadaan lagi.
Namun ketika pintu kamarnya dibuka, semua pikiran itu sirna.
Lio menatap istrinya tak percaya. Istrinya nampak tenang dengan laptop di pangkuannya. Namun sorot matanya tak bisa menipu jika ada rasa khawatir disana.
“Sayang?”
“Ehm, sudah pulang?” terkejutnya.
Lio segera memeluk istrinya
Lisa mendengar semua yang terjadi di negaranya, ia nampak tenang dengan tatapan mata begitu tajam.“Bawa aku kembali, dan jangan beritahu siapapun tentang kepulanganku ini.” Titah Lisa pada assistennya.Lisa banyak berubah semenjak kematian ibunya, hati yang semula selalu di penuhi dendam kini perlahan sedikit menghilang. Terutaman pada Lea, wanita yang selama ini selalu di musuhinya.Tujuan kepulangannya bukan lagi untuk Lio suaminya, namun untuk mendatangi Lea.“Anggap saja ini untuk menebus kesalahanku selama ini.”_Toni terus berada disamping Naila, ia tak pernah meninggalkan wanita itu sedikitpun. Rasa cemas juga takut membuatnya tanpa sadar mengabaikan kondisi tuannya.Bukan sengaja, namun kondisi Naila benar-benar membuat Toni kelabakan.“Mau sampai kapan tidur terus, apa tidak lelah dengan hanya berbaring saja?” gumamnya.Namun tiba-tiba seseorang membuka pintu dengan begitu t
Lius menikmati waktu berduanya dengan Brian, keduanya menghabiskan waktu bersama di taman bermain yang sengaja Lius kosongkan. Brian yang awalnya terlihat enggan pada akhrinya terlena dengan banyaknya bentuk mainan.Bocah itu begitu ceria menikmati setiap permainan, bahkan ia seakan lupa jika yang bersamanya bukan kedua orang tuanya.Namun wajah murung itu kembali mucul saat Lius membawanya menaiki komedi putar. Wahaya yang di dalam benak dan hatinya selalu mengingatkan akan tawa ibunya.âBbubububuubu,â celoteh Brian tak jelas.Tiba-tiba saja Brian menangis dengan sangat kencang, bayi yang semula penuh tawa itu ini banjir air mata.Lius begitu kewalahan menghadapinya, ia begitu panik dan tak tahu harus bagaimana. Ia tak pernah berpengalaman dengan yang namanya anak kecil, dan kini situasi menempatkan dirinya dengan tantrum nya Brian.âHai boy, apa yang membuatmu menangis? Apa kau kesakitan?â tanyanya cemas.Brian terus menangis, wajah putihnya kini sudah berubah menjadi begitu merah.
Lea masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya, kakaknya benar-benar ada di depan matanya. Kakak yang selama ini tak pernah ingin mengakuinya kini datang menemuinya tanpa di minta.Keduanya hanya saling bertukar pandang, menyisakan Lio yang hanya diam menjadi pengamat.“Bagaimana kabar kakak?” tanya Lea lebih dulu membuka obrolan.“Kau bisa lihat sendiri bagaimana keadaanku saat ini. Dan maaf, aku tak ingin berbasa-basi untuk saat ini.”“Katakan, apa tujuanmu datang kemari.” Ketus Lio.“Aku tahu apa yang terjadi, aku tahu suamiku telah membawa pergi anak kalian.”“Jadi benar dia pelakunya, “ geram Lio.Lisa mengambil sesuatu dari dalam tas miliknya. Ia meletakkan beberapa lembar foto di atas meja.Lea menangis saat melihat gambar putranya. Hatinya merasa begitu lega melihat Lius memperlakukan putranya dengan sangat baik.“Anakku,” tangisnya.
Dengan hati yang berat Ikhsan melangkah keluar meninggalkan ruang rawat Naila, meninggalkan perempuan itu dengan orang-orang yang dirasanya begitu asing.Hatinya begitu sakit saat mengetahui kenyataan jika Naila lebih memilih bersama laki-laki asing ketimbang dengan dirinya yang sudah menjalani kehidupan bersama di panti.“Bagaimana bisa kau datang kemari, Ayu?”Seketika Ayu menghentikan langkahnya, diam berdiri mematung menatap tubuh Ikhsan melewatinya begitu saja.“Maafkan aku, aku harus memilih untuk egois.” Batinnya.Rania menunjukkan kemajuannya pada Naila, ia berdiri dan berjalan dengan kedua kakinya tanpa bantuan siapapun. Melihat hal tersebut membuat Naila begitu bahagia.“Kau lihat, aku sudah bisa berdiri dan berjalan lagi.”Naila tak menjawab, ia terlalu terkejut juga senang dalam waktu bersamaan. Air matanya lah yang deras mengalir.Ketulusan hati Naila nyatanya terlihat jelas di m
Pagi kembali menyapa, memberi kehangat menggantikan dinginnya malam.Lisa menatap tak percaya, ada sang suami dengan seorang anak yang tidur diatas ranjang bersama dengannya. Ada tatapan sendu saat matanya menatap lelapnya Brian, “Andai kau lahir dari rahimku, buah cintaku dengan Lius. Betapa akan sempurna dunia ku ini.”Tangannya terulur, membelai pipi gembul Brian yang begitu menggemaskan. Bocah itu tidur dengan begitu lelap, bahkan sentuhan tangan Lisa tak mampu mengusiknya dari mimpi.Lisa beralih menatap sang suami, ada rasa kecewa ketika ia mengingat keinginan sang suami untuk bisa kembali lagi dengan mantan istri.Lius perlahan membuka matanya, belaian halus dari tangan Lisa membuatnya terusik dan kembali membuka mata.“Morning sayang,” dengan suara serak khas bangun tidurnya.Lisa tak menyahutinya, ia hanya tersenyum dan melabuhkan lumatan di bibir sang suami.Mendapat asupan pagi hari dari Lisa membuat
Lio tak lagi bisa menunggu, semakin hari semakin sakit hatinya melihat kondisi sang istri. Malam itu ia bergerak seorang diri demi bisa merebut kembali Brian kedalam pelukannya.Malam yang cukup dingin, ketika semua orang terlelap di bawah tebal selimut ada salah seorang anak manusia yang berjalan dengan begitu misterius.Lio menerobos penjagaan Lius, laki-laki itu begitu nekat hanya untuk bisa bertemu dengan putra sambungnya.Lio menghabisi semua anak buah yang tengah berjala di lantai paling atas hotel, ia memasuki lorong yang memang sudah di kosongkan sesuai dengan permintaan Lius.“Penyusup!” teriak salah seorang anak buah dari sudut lorong.Suasana begitu ricuh, bau anyir darah menyeruak menusuk hidung tiap orang. Namun Lio tak gentar, ia terus melangkah maju dengan tangan kosongnya.Walau harus terluka, ia terus melangkah untuk bisa semakin dekat dengan putra sambungnya.“Papa akan menjemputmu, Nak.” Bati
Lea duduk di tepi ranjang sambil menatap test-pack di kedua tangannya. Saat ini tidak ada yang bisa dipikirkannya, kehamilan ini bahkan tidak membuatnya bahagia. Brak! Lea terperanjat ketika pintu kamarnya dibuka kencang. Tanpa sadar Lea berdiri dari duduknya lalu melangkah mundur ketika Lius, suaminya, berjalan ke arahnya. "Lius, sakit, lepaskan aku." Kedua tangan Lea mencengkeram tangan Lius di lehernya. Ia berusaha melepaskan diri, tetapi tenaga Lius di lehernya begitu kuat. Ia hampir kehabisan nafas di buatnya. "Bukankah ini impian mu?" ucap Lius dengan suara dan napas yang berat. Lalu Lius melempar tubuh Lea ke atas kasur di samping mereka. Lea terperangah sambil berusaha beranjak, menatap Lius yang berdiri tinggi menjulang di hadapannya. "Sudah puas kau menikahiku?" Lius memegang rahang Lea dan membuat Lea mendongak untuk menatap dirinya. "Dengan cara licik kau menghalalkan segala cara hingga tega menyakiti kakakmu sendiri. Menjijikan." Lius mendorong wajah Lea. "Lius, ka
"Kenapa masih diam di sini? Kau ingin mati?"Kata-kata itu terus terngiang di telinga Lea, air matanya bahkan tak bisa ia bendung hingga mengalir deras dengan sendirinya.Bagaimana bisa Adelius mengatakan hal sekejam itu padanya dan lebih memilih berdiri di samping perempuan lain dari pada istrinya sendiri?Kekesalan suaminya dan sikap penolakan orang tuanya membuat Lea merasa seorang diri hidup di dunia ini. Tidak ada lagi tempat untuknya berlindung.Namun, Lea harus tahu apa yang sebenarnya terjadi. Maka itu ia akan menunggu di taman rumah sakit hingga semua orang pergi dari kamar rawat Lisa dan menuntut penjelasan dari Lisa.Ia tak peduli jika masih ada ibunya di sana.Hingga siang hari Lea akhrinya menemukan waktu yang tepat untuk bertanya pada Lisa. Ketika Lea baru mencapai pintu rawat Lisa, Lea mendengar ibunya berbicara dengan Lisa.Lea terkejut mendengar percakapan antara ibunya dengan Lisa.Ternyata semua yang te