Bab 69 Pengontrak tampanSelama hampir 4 minggu, tiap weekend Bening jarang di rumah. Dia sering bolak – balik ke Jakarta untuk mengajar kelas ekslusive, Ibu – Ibu pejabat. Kadang dia mengajak Evan bersama Mama dan papanya, supaya tidak terlalu merasa bersalah.Weekend ini Bening berada di rumah, dan terkejut saat melihat dua paviliun telah jadi. Posisinya berada di halaman depan, letaknya di bagian timur dan barat rumah.Paviliun itu bentuknya mengadaptasi rumah Betawi dengan teras manis. Dihiasi kursi kayu dan aneka bunga milik Mamanya.“Paviliunnya bagus,” puji Bening tulus, saat mereka sarapan pagi.Iswati senang dengan pujian Bening. “Ya harus bagus dong. Biar penyewanya senang dan setara dengan harga sewanya.” Iswati menyuapkan sesendok cereal ke mulut Evan. “Besok, Mama dan Papa akan ke Surabaya selama 3 hari,” kata Iswati. “Rencananya Mama mau mengajak Evan dan Mba Atun. Apa kamu gak apa – apa sendirian di rumah?” ““Gak apa – apa sih, Bening bisa meminta Elang dan Andini untu
Bab 70 I am so in love with you I am so in love with you that there isn’t anything else. “Jangan bercanda, ini sama sekali tidak lucu?” kata Bening. Kama tersenyum tipis. “Siapa yang bercanda. Aku punya bukti. Asistenku Aditya telah membayar paviliun 2 selama 6 bulan ke depan.” Dia memberikan screenshoot bukti pembayaran pada Bening. Kaki Bening terasa tertancap di tanah. Pantesa“Gila! Apa kamu sadar yang kamu lakukan? Kamu punya rumah bagus dibandingkan di sini.” Dia tidak habis pikir dengan pemikiran Kama. “Yes, aku memang tergila – gila denganmu sampai hilang akal, Be, dan mengejarmu di sini.” Kama menyisir rambutnya ke belakang. Gerakan lamban itu membuat hati Bening berdesir. “Ngomong – ngomong apa kamu tidak mau menyuruhku duduk seperti lelaki itu?” Kama melihat sinis pada Robert yang duduk dengan menopang satu kakinya. Bening terbungkam. Suka tidak suka, Kama adalah penyewa paviliun dan dia harus membuatnya nyaman. “Silahkan duduk.” Dia mendahului berjalan ke teras, di
Bab 71 I am Jealous, BebMama belum bisa pulang, Be. Budemu syok dan penyakit jantungnya kambuh, setelah suami Wulan kabur sebelum akad nikah. Mama sama Indri gantian jagain budemu. Mungkin 5 hari lagi kami pulang. Kamu tidak apa – apa kan? Tanya Iswati melalui video call.Kan masih ada anak – anak Bude, Ma. Suaminya juga ada? Bening mengerutkan dahi, mengingat Mama akan memperpanjang masa liburannya.Mereka tidak bisa diandelin. Bisanya cuma ngomong saja. Gak ada yang mau gantiin popok budemu. Kalau Mama dan bulikmu Indri tidak mikirin budemu. Mama sudah pulang. Tapi Mama gak bisa, Be, melihat bulikmu Indri wira – wiri ke rumah sakit ngurusin Bude dan anak – anaknya yang manja itu. Suara Iswati terdengar sewot.Bening tertunduk. Ia tahu, keluarga budenya memang kaya raya, sayangnya mereka tidak punya pembantu, dan selama ini budenya yang mengerjakan semua pekerjaan rumah. Sedangngkan anak – anaknya dimanja.. Apa Evan baik – baik saja, Ma? Bening kangen. Dia mengalihkan percakapan.Be
Bab 72 Gara – gara ularSemenjak Kama tahu Robert berniat mendekati Bening. Badai melanda hati Kama. Tiap hari lelaki itu uring – uringan. Mukanya masam dan tegang.“Apa kamu sudah mendapatkan info tentang Robert?” tanya Kama pada Adit dengan gusar.“Belum Pak,” jawab Adit. Wajahnya menunduk dan siap menerima semprotan dari Kama.“Kenapa lama sekali? Apa kendalanya?” tuntut Kama tak sabar. Akhir – akhir ini ia kurang bisa menahan emosinya. “Bukankah kamu sudah memiliki fotonya?”“Betul, Pak. Sayangnya informasi mengenai Robert sangat minim. Kami perlu waktu untuk melacaknya.”“Apakah kamu sudah meminta orang kepercayaan kita untuk mengikutinya?” Mata Kama menyelisik.“Sudah Pak. Mereka update memberikan informasi berikut foto – foto.” Adit mempertegas informasinya dengan memberikan beberapa lembar kertas berisi foto – foto Robert.Kama memperhatikan foto – foto itu dengan seksama. Robert terlihat berkeliling ke Mall, terus ke Joli Flower, kemudian nongkrong di coffee shop sampai sore,
Bab 73 Keinginan seorang Ibu Diam – diam mata Bening sering memandang ke paviliun Kama dengan tatapan rindu. Dasar hatinya berharap, lelaki itu muncul membuka pintu lalu menyapanya dengan riang. Sayangnya, impian itu berubah menjadi kekecewaan. Hatinya berdenyut gelisah, mengetahui Kama tidak pernah datang lagi semenjak ia menamparnya seminggu lalu. “Ini kesalahanku, kenapa aku bertindak begitu bodoh, bukankah dia hanya berniat bersikap baik mau menjagaku dari Ibra?” keluh Bening tertahan. Dia lalu menarik napas panjang. “Siapa yang bodoh?” tanya Iswati menghampiri putrinya di teras. Dia mengamati wajah putrinya diselimuti mendung tebal. Bening menengadah, melihat mamanya. “Tidak ada yang bodoh.” “Lho, kamu barusan ngomong begitu?” tanya Iswati heran. Dia lalu mengambil tempat duduk di samping putrinya. “Owh, itu bukan apa – apa. Bening hanya teringat cerita drama tadi,” elak Bening sambil meringis. “Papa mana, Ma?” tanyanya ketika mobil papanya tidak ada. “Papamu ke rumah Ela
Bab 74 When I am falling in love with youRobert menghentikan mobilnya lobby Hotel Horizon, dan tanpa basa – basi dia menyeret Bening masuk ke dalam restorant dan mendudukkan perempuan itu dengan sikap lebih lembut di salah satu tempat duduk yang berada di pojok.Seorang waitress datang. Kemudian menyapa ramah lalu memberikan menu pada keduanya.“Silahkan lihat dulu menunya Pak, Bu. Saya akan kembali sebentar lagi.”Robert mengangguk. Dia lantas melihat menu, sedangkan Bening meletakkan menu itu di atas meja. Dia sama sekali tidak tertarik untuk memesan makanan. Matanya berkeliling melihat situasi restoran yang cukup ramai pengunjung.“Apa kamu sudah memutuskan mau makan apa?” tanya Robert, suaranya ramah dan lembut. Sangat berbeda sekali dengan tadi.“Aku tidak lapar,” cetus Bening tanpa melihat wajah Robert.“Ayolah. Temani aku makan. Sudah lama aku makan sendiri, dan itu tidak enak,” pinta Robert. Nadanya setengah menuntut.“Robert, aku tahu ini tidak sopan, tapi aku belum lapar, d
Bab 75 No one can hurt you, dear Kama duduk dengan gusar di kantornya. "Apa informasi yang kamu terima itu valid?" "Iya, Pak. Nama Robert aslinya Andi, dia berasal dari Kalimantan, dan berprofesi sebagai gigolo." Adit mengambil napas. "Beberapa kali informan kita melihatnya menemui Ibu Tita di Coffee Shop.” Dia memperlihatkan foto – foto dari detektif yang bekerja untuk Kama. Kama memejamkan mata sejenak. Jadi benar dugaannya, perempuan pemilik scraft hijau itu adalah kakaknya. "Terus, informasi penting apalagi yang kamu terima?" Adit hati - hati mengucapkannya. "Robert membawa Ibu Bening masuk ke Hotel Horizon tadi sore, dan belum keluar sampai sekarang." BRAK Kama memukul meja. Matanya berkilat merah. "Bodoh!! Kenapa tidak dari tadi mengatakannya. Bagaimana kalau terjadi sesuatu dengan Bening?" Kecemasan tergambar jelas dalam suaranya. "Jangan diam di situ, cari tahu di mana Bening dan Robert berada sekarang!" Walau dalam hati Kama tahu, permintaannya musykil. Pegawai hotel t
Bab 76 My precious baby Di rumah Bening, benar – benar chaos. Iswati menangis meraung – raung mencari Evan. “Kembalikan cucuku! Kembalikan cucuku!” teriaknya histeris berulang kali sambil memukul dada. Gatot memeluk istrinya dan berusaha menenangkannya. “Istighfar Ma, istighfar. Elang, Kama dan beberapa pemuda di sini sedang mencari Evan. Kita berdoa saja semoga Allah melindungi cucu kita. “Huhuhu…. Ini salahku, Pa. Aku tidak bisa menjaganya dengan baik.” Gatot menarik napas panjang, dia kemudian melihat ke Bening yang sangat terguncang di ruang tengah, ditemani oleh Andini dan Atun. Anak itu sama sekali tidak bicara, dan hanya tangisnya yang terdengar. “Bagaimana kejadiannya Mba Atun. Bagaimana Evan bisa diculik orang?” tanya Andini pada Atun, Dia baru datang. “Saya tidak tahu persis, Mba. Tadi saya sedang membuat sarapan di dapur. Seperti biasa Bapak dan Ibu jalan – jalan pagi bersama Evan. Kemudian mereka katanya mampir beli bubur ayam buat Evan di depan minimart. Sewaktu Ibu