Share

21. Pengakuan Icha

Ibu terdiam tak mampu bersuara. Kulihat disampingnya Icha memandangku dengan tatapan penuh tanya. 

Hatiku rasanya sudah lelah menghadapi ibu. Aku yang baru tahu sikap ibu yang sebenarnya saja, rasanya begitu menyesakkan dada apalagi Lili yang setiap hari menghadapi ibu, bertahun-tahun lamanya. Pantas saja Lili memilih pergi.

Mungkin benar kata Bang Panji, Lili juga butuh waktu untuk sendiri. 

Dalam keremangan malam, melewati jalanan yang mulai sepi. Kulajukan mobil ini dengan kecepatan sedang. Hujan mulai membasahi bumi, mengaburkan jarak pandang. 

Diantara keheningan, yang terlihat hanya  riak-riak hujan, menambah hati makin gelisah. Terbayang kembali ingatan-ingatan tentang Lili. Ah istriku, dulu ia pernah bilang paling suka dengan tetesan hujan. Alasannya ia bisa menangis sepuasnya dibawah kaki hujan, dan takkan ada yang tahu kalau dirinya sedang sedih dan gundah gulana. Karena hujan juga telah memberikan rahmat dan ma

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status