“Waah ... ada pasangan calon penganten rupanya. Gak nyangka ya, kita bakalan ketemu di sini,” sapa seseorang yang baru saja keluar dari ruang ganti.Seorang Pria muda keluar dari ruang ganti sambil menenteng sebuah jas di tangannya. Pria itu memberikan jas yang tadi dia coba pada pelayan butik, lalu dia pun berjalan ke arah Dania dan Alex.Dania merasa sedikit kaget karena tiba-tiba Bastian muncul di sana. Entah dari mana pria itu datang, tapi yang pasti sejak pertemuan tidak disengaja antara Dania dan Bastian waktu itu, tiba-tiba saja pria itu seperti selalu ada di setiap tempat yang Dania datangi.Tanpa sengaja ekor mata Daniel menangkap perubahan raut wajah yang cukup drastis pada wajah Alex. Pria yang tadi sedang bersandiwara dengan dia dengan wajah yang dibuat sok manis, kini tiba-tiba berganti menjadi lebih serius. Tulang rahang Alex tampak mengeras seperti menandakan kalau dia tidak suka dengan kedatangan Bastian.“Halo Dania, kita ketemu lagi di sini,” sapa Bastian sok akrab p
Sreeek.Suara gorden yang di buka terdengar sangat keras. Alex yang sedari tadi sibuk dengan laptop yang ada di tangannya pun sedikit mengangkat kepalanya untuk melihat Dania yang sejak tadi ada di dalam sana.Tampak di depan Alex saat ini ada seorang wanita memakai gaun putih yang membalut tubuh indah wanita itu. Memamerkan lekuk tubuh yang indah, berdiri membelakangi Alex.Dania merasa sedikit malu saat dia diminta untuk berbalik agar Alex bisa melihatnya. Dia sedikit tidak nyaman dengan gaun yang dia kenakan saat ini, karena dia sudah seperti pengantin Alex yang sesungguhnya.Setelah beberapa kali di beri kode oleh pelayan butik yang tadi membantunya berganti pakaian, Dania pun akhirnya berbalik badan secara perlahan. Dania masih menundukkan kepalanya, karena dia merasa sangat malu.“Gimana Pak Alex, apa pakaian ini cocok untuk Bu Dania?” tanya Jessica yang sejak tadi menemani Alex di depan tirai besar.Tidak ada jawaban dari Alex. Pria muda nan tampan itu masih melihat ke arah Dan
“Alex, kamu ngapain?” tanya Dania melihat Alex berdiri di depannyaAlex memegang pintu mobil Dania dengan satu tangan. Lalu dia sedikit membungkuk, agar dia bisa melihat Dania yang sedang duduk di dalam sana.Dania merasa heran dengan apa yang dilakukan oleh pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya itu. Dia tidak menyangka kalau drama mereka akan berlanjut sampai keluar butik.“Dania. Kamu jangan ke-GR-an ya. Aku tadi ngelakuin itu semua karena kita harus bersandiwara. Jadi kamu jangan pernah mikir kalo itu adalah kenyataan,” ucap Alex.“Hah?” Dania kaget mendengar ucapan Alex.“Eh, siapa juga yang anggep itu beneran. Aku juga tau kok. BTW, kamu ke sini cuma mau ngomong itu doang?” lanjut Dania.“Iya. Biar kamu gak salah paham. Dan kamu mulai sekarang udah harus biasa dengan hal itu waktu kita lagi di depan orang banyak.”“Issh! Iya iya! Bawel banget jadi orang sih!” gerundel Dania yang langsung membuang muka dari Alex.Setelah urusannya untuk memperingatkan Dania sudah seles
“Lalu gimana sama Bianca?” tanya Alex yang semakin penasaran.“Tentang Bu Bianca, saya masih belum mendapatkan informasinya, Pak,” jawab Ivan dari jok depan.Alex terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh asisten pribadinya itu. Dia sampai mengerutkan keningnya, saat dia mendengar laporan terbaru dua orang yang pernah dekat dengan dia.Saat di Amerika dulu, Alex pernah berkencan dengan Bianca selama 2 tahun. Mereka saling mencintai dan berniat akan menikah setelah mereka lulus.Tapi Alex menemui kenyataan lain. Dia menemukan Bianca berkencan dengan Bastian di apartemen Bianca. Kesibukan Alex belajar dan juga menjaga perusahaan kakeknya di Amerika, menjadi alasan Bianca selingkuh dengan Bastian.Alex yang sakit hati, akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Amerika. Dia kecewa pada Bianca, yang bahkan memilih berkencan dengan sahabat Alex sendiri, yaitu Bastian. Otomatis hubungan Alex dan Bastian pun juga jadi memanas. Sejak saat itu lah, Alex menjadi lebih dingin dan tidak ingin berken
“Dania!” teriak Bastian yang melihat Dania oleng.“Dan, kamu gak papa?” tanya Bastian sambil memegang tangan Dania membantu Maya menopang tubuh Dania.“Lepaskan tanganmu!” ucap seseorang dari dalam lift yang kini terbuka.Bastian kaget saat dia mendengar ada suara bentakan dari arah lift yang ada di hadapannya. Bastian melihat ke arah lift sambil memegang tangan Dania yang tadi hampir terjatuh.Tatapan Bastian dibalas dengan tatapan tajam Alex yang melihat Bastian membantu Dania. Tatapan makin tajam saat melihat tangan Bastian tidak berpindah meski dia sudah memperingatkan mantan sahabatnya itu.“Bu Dania, Ibu gak papa?” tanya Maya yang kini mengambil alih tubuh Dania yang lemas.“May,” panggil Dania lemah.“Bawa Dania ke ruangannya,” perintah Haris yang datang bersama dengan Alex.“Baik, Pak.”Maya segera memanggil Nindi untuk membantunya menuntun Dania kembali ke ruang kerjanya. Mereka mencoba membantu Dania yang kian lama kian lemas dan tidak mampu menyeimbangkan dirinya sendi
Alex dan Haris sedang menunggu dokter yang saat ini sedang memeriksa keadaan Dania. Mereka duduk bersama di sofa yang ada di apartemen Dania.Haris melihat ada guratan kekhawatiran di wajah Alex. Dia senang karena ini menandakan kalau Alex sebenarnya memiliki perasaan, hanya saja pria itu tidak menyadarinya.“Lex, kamu kenal sama Bastian Rahmadi?” tanya Haris sambil menatap ke arah cucunya.Alex memutar bola matanya, “Kenal,” jawab Alex ogah-ogahan, karena dia tidak suka membahas Bastian.“Kamu kenal di mana? Bukannya anaknya Pak Bram itu baru pulang dari Amerika ya.”Alex menoleh ke arah kakeknya, “Kenal di Amerika. Dulu kamu temen satu kampus.”“Oh ya? Kok Opa gak tau. Bearti kamu akrab sama dia ya?”Alex memilih tidak menjawab. Dia sangat tidak tertarik dengan pembahasan tentang Bastian, yang sampai sekarang masih membuatnya kesal, meski hanya mendengar namanya saja.“Lex, kalo gitu kamu aja yang urus ama PT Gemilang. Kan kamu temennya,” pinta Haris.Alex menoleh lagi ke arah
Dania membuka matanya perlahan. Dia mulai terbangun dari tidur panjangnya, setelah dipaksa dokter untuk tidur dengan bantuan obat.Secara perlahan, Dania mulai mengembalikan lagi kesadarannya. Dia mencoba mengenali di mana dia saat ini berada.“Aku udah di rumah. Jam berapa ini,” ucap Dania yang merasa linglung karena dia serasa tidak tahu waktu.“Ya ampun, udah malem ternyata.” Dania melihat jam dan kini sudah menunjukkan pukul 6 sore.“Bu Dania. Ibu sudah bangun.” Maya yang masuk ke kamar Dania kaget melihat Dania sudah bangun dan mencoba untuk duduk.“Maya. Kok kamu di sini? Kamu gak perlu jenguk saya. Saya gak papa, kok,” jawab Dania yang juga kaget dengan keberadaan asisten pribadinya di rumahnya.“Maaf Bu, saya di minta Pak Alex untuk tinggal di sini sampai hari pernikahan. Bibik juga akan tinggal di sini. Pak Alex mau kami menjaga Ibu sampai benar-benar sehat.”Dania menoleh ke arah Maya, “Alex? Alex nyuruh kamu kayak gitu?” Dania tidak percaya dengan apa yang baru saja di
“Dania pingsan? Kok bisa. Kan dia kuat banget. Dulu aja kerja dari subuh sampe tengah malam, dia juga gak pernah ngeluh kok. Kenapa dia jadi pingsan sekarang?” tanya Restu pada dirinya sendiri berkomentar tentang berita yang dia lihat.“Tunggu dulu! Apa mungkin dia ....”“Mungkin dia ngapain lagi? Kamu nggak usah lagi lah kebanyakan prediksi soal Dania. Dia itu udah ngusir dan hapus kamu dari kehidupannya, jadi sekarang kamu enggak usah lagi repot mikirin dia. Mendingan kamu fokus aja sama hidup kamu sendiri,” celetuk Rina mencoba untuk menasehati putranya.“Mama ini nyaut aja kerjaannya. Lihat itu Ma, katanya Dania pingsan. Mama ngerasa aneh nggak sih sama kejadian ini?”“Apanya yang aneh? Kalau dia pingsan, ya bisa jadi dia emang kelelahan atau lagi banyak pikiran. Namanya juga orang kerja, bukannya itu udah hal biasa ya.” Rina menata makanan di atas meja makan.Restu berjalan ke arah meja makan, untuk menghampiri mamanya, “Maksud Restu bukan itu, Ma.”Rina Melihat ke arah Res