Dania berdiri di depan sebuah cermin besar yang ada di kamar hotelnya. Dia sedang melihat tubuhnya sendiri yang saat ini sedang dibalut sebuah gaun berwarna hitam.Gaun yang memamerkan pundaknya secara total dan juga memiliki belahan kaki yang cukup tinggi, membuat dia sedikit tidak nyaman. Entah apa yang dipikirkan oleh Alex, sampai menyuruh Dania memakai gaun yang membentuk dan mengekspose tubuhnya itu malam ini.Memang mereka akan pergi ke pesta salah satu relasi mereka, tapi sepertinya tidak perlu juga memakai gaun yang seterbuka itu. Dania semakin tidak percaya diri melihat dirinya sendiri dengan gaun berharga mahal itu.“Udah siap belum?” tanya Alex saat dia masuk ke dalam kamar.“Alex, kamu yakin aku harus pake baju ini?” tanya Dania sambil melihat Alex dari pantulan cermin di depannya.Alex berdiri di belakang Dania dan melihat penampilan wanita itu dari pantulan cermin. Ada sedikit senyum tipis mengembang di bibir Alex, saat dia melihat Dania tampak sangat sempurna saat meng
“Alex.”Terdengar suara sapaan seorang wanita yang membuat Dania dan Alex menoleh ke arah orang itu. Dua orang itu kemudian saling berpandangan saat sudah tahu siapa yang menyapa mereka.Tampak di hadapan mereka, ada seorang wanita muda yang sedang melempar senyum kepada mereka. Demi menjaga kesopanan, pasangan itu pun segera membalas senyum itu dengan ramah. Oh tidak, tentu saja yang senyum hanya Dania, karena Alex adalah orang yang pelit senyum.“Siapa?” tanya Dania sedikit berbisik.“Entah,” jawab Alex datar.Dania menoleh ke Alex, “Entah?” ucap Dania yang lebih kaget dengan jawaban suaminya.“Hai Lex, apa kabar? Waah ... kamu gak berubah ya. Tetep aja menarik perhatian,” sapa wanita itu saat wanita itu datang mendekat.“Siapa ya?” tanya Alex datar tanpa ekspresi.“Siapa? Lex, kamu lupa ama aku?”Alex menyipitkan matanya. Dia seolah sedang mencoba mengingat siapa wanita yang saat ini sedang berdiri di hadapannya dan sangat ingin dikenali oleh Alex. Namun sayangnya, Alex tidak
Jenuh, kesal, bosan, semua perasaan bercampur aduk menjadi satu di hati Dania. Dia yang tadinya bersemangat untuk datang ke pesta bersama dengan Alex, kini malah ingin segera pulang.Bagaimana tidak, dia malah ditinggal begitu saja oleh Alex yang malah sibuk menemani teman lamanya yang tidak Dania kenal. Sikap manis Alex yang sejak kemarin muncul berbalut menyebalkan itu seolah menjadi menyebalkan secara totalitas.Dania kini hanya duduk sendiri di temani oleh segelas wine. Suaminya yang duduk di sebelahnya justru lebih banyak menghabiskan waktu untuk membahas masa lalu tidak berguna dengan wanita yang tampaknya pernah sangat berarti di hidup Alex sebelumnya.Dania menoleh ke Alex dan menemukan punggung Alex. Ingin rasanya dia memukul keras punggung itu, agar pria yang kini sedang tertawa bersama dengan Sandra itu sadar kalau ada istrinya di balik punggung kokoh itu.“Lex,” bisik Dania di belakang punggung Alex.Alex berbalik dan melihat ke arah Dania, “Apa?” tanya Alex.“Ayo pulang
“Apa yang sedang kalian lakukan!” Mata Dania melotot melihat pemandangan di depannya. Andai ada barang keras di dekatnya, pasti dia sudah melemparkannya sekuat tenaga ke arah dua orang yang sedang bercumbu itu. Tanpa merasa bersalah, Restu turun dari tempat tidur. Tentu saja dengan pakaian yang seadanya, “Brengsek! Ngapain kamu ke sini! Siapa yang nyuruh kamu ke sini!” “Mas, kamu udah berani bawa dia ke sini?! Kenapa Mas bawa perempuan jalang itu ke sini, Mas!?” “Ya emangnya kenapa? Dia pacarku dan bentar lagi dia bakal jadi istriku! Hmm, berani juga ya nyalimu panggil pacarku wanita jalang,” tegas Restu sambil menatap tajam ke arah Dania. “Mas! Kamu ....” “Apalagi, Dania? Pernikahan kamu sama Restu itu udah selesai. Sekarang aku yang bakalan jadi istrinya Mas Restu,” ucap Lisa sambil mengikat tali kimono tidurnya. “Nggak! Nggak bisa. Aku nggak akan pernah izinkan Mas Restu nikah sama kamu sesuai dengan wasiat papa. Aku bakal tetap jaga kepercayaan papa!” Restu dulu memang di mi
“Selamat malam, Bu Dania,” sapa pria itu.“Selamat malam. Maaf, Bapak ini siapa?” tanya Dania dengan suara serak karena dia banyak menangis.Dania melihat ada sebuah sedan mewah berwarna hitam berhenti secara tiba-tiba di hadapannya. Dari mobil itu, keluar seorang pria menggunakan pakaian rapi dan perlente yang saat ini sudah berdiri di depan Dania.“Perkenalkan, saya Bima. Saya datang ke sini untuk menjemput Bu Dania atas perintah Pak Haris.” Bima memperkenalkan diri.‘Bima. Haris. Siapa mereka? Aku sama sekali gak kenal nama itu. Apa mereka orang jahat yang mau culik aku?’ gumam Dania yang kini malah menjadi takut.Alih-alih menjawab pertanyaan Bima, Dania malah memilih kabur. Dia membawa koper kecilnya itu berlari menjauhi Bima karena dia takut Bima akan berbuat jahat kepadanya.“Bu Dania. Tunggu, Bu.” Bima kaget saat mendapati Dania berlari begitu saja meninggalkannya.Dengan mudahnya Bima segera menangkap Dania lagi. Dia memegang koper Dania untuk mencegah Dania kabur lagi dari
Dania tercengang dengan apa yang dikatakan Haris. Tampaknya ada yang salah dengan pendengarannya saat ini atau mungkin dia sedang tidak fokus.Bagaimana mungkin telinga Dania mengirim berita ke otaknya kalau dia adalah pemegang saham terbesar perusahaan raksasa itu. Bermimpi saja dia tidak pernah tentang perusahaan itu, tapi mengapa pria yang dia ketahui sebagai pemilik Media grup malah mengatakan hal itu dengan mudahnya.“Maaf, Pak. Apa saya gak salah dengar?” tanya Dania ragu-ragu.“Tidak. Kamu memang pemilik saham terbesar kedua setelah saya,” ulang Haris dengan sangat yakin.Dania mencubit tangannya sendiri. Dia ingin membuktikan apakah saat ini dia sedang bermimpi atau tidak. Tapi sayangnya, dia merasa sakit dan berarti itu adalah kenyataan.Haris dan Bima tahu kalau Dania saat ini pasti sedang bingung. Tampak sekali di mata mereka, gerak-gerik wanita itu tampak seperti bingung harus melakukan apa. Canggung, Dania sangat terlihat canggung dan bingung.“Kakekmu, Rudi Sanjaya, dul
“Apa? Nikah?! Opa, apa Opa lagi becanda?” Alex tidak percaya dengan apa yang dia dengar.“Gak. Opa gak becanda. Opa mau kalian menikah, seperti keinginan kami dulu. Karena menikahkan anak-anak sudah gak mungkin, jadi sekarang apa salahnya kalo nikahkan cucu.” Haris tersenyum ceria pada dua anak muda yang ada di hadapannya itu.“Tapi Pak, saya ....”“Dania, kamu gak perlu khawatir. Saya akan urus semuanya.” Haris sengaja memotong ucapan Dania karena dia tahu apa yang akan disampaikan wanita itu.Alex melihat ke arah Dania. Dia kemudian berdecih sambil menggelengkan kepalanya. Alex mengambil gelas minumnya, lalu meneguk isi gelas itu untuk membasahi tenggorokannya yang tiba-tiba terasa kering.“Opa, apa Opa berniat akan mempermalukan Alex? Kenapa Opa milihin Alex istri kayak gini. Kenapa Opa milih orang dari keturunan yang gak jelas asal usulnya gini.”“Alex!”Alex menoleh ke arah Dania, “Belum lagi penampilannya. Apa wanita lusuh kayak dia pantes bersanding sama Alex?! Apa Opa pik
Setelah menyetujui permintaan Haris kalau dirinya akan menerima harta bagian milik mendiang kakeknya, selama 3 hari ini Dania terus berkutat dengan pelajaran bisnis tingkat tinggi yang langsung diajarkan oleh Bima kepadanya.Haris menyuruh orang kepercayaannya itu untuk mengajari Dania, apa saja tugas-tugas yang akan dikerjakan oleh Dania saat wanita itu masuk ke perusahaan nanti. Tentu saja hal ini untuk meminimalisir omongan orang, karena menganggap Dania tidak mampu melakukan pekerjaannya.Untungnya Dania dilahirkan dari keturunan keluarga yang cerdas. Selain itu dia juga pernah membantu usaha orang tuanya dan juga mertuanya. Setidaknya Dania sudah memiliki dasar bisnis dan Bima hanya tinggal memolesnya saja.“Bu, hari ini saya akan kenalkan Ibu pada orang yang akan menjadi asisten Ibu di kantor nanti,” ucap Bima.“Asisten? Apa dia mau ke sini?” tanya Dania.“Iya, dia sudah saya suruh ke sini, Bu. Mungkin sebentar lagi dia akan tiba. Mulai besok, dia akan di sini untuk membantu I