Ini adalah hari pertama Dania tinggal di rumah barunya. Nyonya rumah sekaligus istri dari pengusaha terkenal yang sedang naik daun, Alex Wijaya.Masih banyak berita yang berseliweran di media sosial ataupun di media massa, yang mengabarkan tentang pernikahan dua petinggi Media Grup itu. Kiriman hadiah dari para kolega yang berhalangan hadir juga masih datang menyambangi rumah pengantin baru itu.Dania melihat asisten rumah tangganya membongkar kiriman buah dan makanan dari para kolega. Dia duduk terdiam di sofa, karena hari ini dia masih cuti. Padahal kaki dan tangannya sudah gatal ingin bekerja kembali.“Datang lagi?” tanya Alex yang sudah siap dengan setelan kerjanya.“He em,” jawab Dania tanpa melihat ke arah Alex.“Udah di poto dan kirim makasih ke orangnya?”“He em.”“Heh! Ditanya tuh jawab yang bener dong!” pekik Alex yang kesal karena Dania sedang mengabaikannya.Dania menoleh ke arah Alex, “Kamu ini kenapa sih. Pagi-pagi dah ngomel. Kurang kerjaan banget jadi orang.”“Ka
Dania dan Alex langsung memasang muka tegang saat mereka mendengar rencana Haris untuk menginap di rumah baru mereka. Tentu saja itu akan berarti buruk untuk mereka berdua.Bukannya tidak suka dengan kedatangan Haris yang juga anggota keluarga mereka satu-satunya, tapi kalau Haris menginap, maka mau tidak mau, Dania dan Alex harus rela berbagi kamar kembali.“Kalian kenapa? Kok kayaknya kaget gitu,” tanya Haris yang tidak menyangka akan mendapatkan respons mengejutkan seperti itu.“Emm, enggak kok Opa. Tapi iya sih ... kaget tapi dikit,” jawab Alex sambil tersenyum canggung.“Emang kenapa? Kalian gak suka Opa nginep di sini? Opa gak boleh main ke sini?” Haris sedikit kecewa.“Eh, gak gitu, Opa. Kami suka kok Opa di sini. Suka banget bahkan. Masa iya kami gak suka Opa di sini.” Dania merasa tidak enak pada Haris meski dia juga bingung apa yang harus dia lakukan kalau nanti Haris benar akan menginap.“Bener apa yang dibilang Dania, Opa. Kami sama sekali gak keganggu bahkan seneng ba
Bruk.Dania terjatuh dari kursi pijakan yang dia naiki. Untungnya, gerakan tangan Alex sigap membantu istrinya itu hingga badan Dania tidak sampai mendarat di lantai.Dania masih berpegangan pada Alex. Lengan pemuda itu sebagian menopang punggung Dania, sedangkan satu kaki Dania masih tergantung di atas kursi.Tatapan dua insan berlainan jenis itu saling beradu. Tidak ada yang ingin pergi dari pandangan itu, bahkan berkedip sekalipun.Aroma napas segar Alex mulai menerpa wajah Dania. Napas segar bagai embusan angin surga yang membuat Dania terlena dan tersenyum sendiri menikmati wajah tampan nan rupawan itu.Gedebuk!“Aduuh! Sakit!” keluh Dania yang kini badannya benar-benar terjatuh ke lantai.Dania memegangi pinggangnya yang menghantam lantai. Meski tidak terlalu keras, tapi tetap saja sakit. Belum lagi kursi yang tadi masih dia injak dengan satu kaki itu, ikut terjatuh dan menimpa kakinya.“Lex, sakit tau! Kok di jatohin sih. Bukannya di tolong, malah di jatohin,” gerutu kesal Dani
Dada Dania terasa sangat sakit saat dia merasakan dentuman keras dari dalam dadanya. Dentuman yang mungkin suaranya bisa di dengan oleh orang yang ada di depannya saat ini.Selain dadanya yang berdentum kencang, ditambah lagi dengan wajahnya yang terasa memanas. Entah mengapa, otot sudut bibirnya seolah ingin tertarik ke atas, tanpa dia perintahkan. Sinyal otaknya sepertinya sudah rusak, sampai berjalan sendiri tanpa dia perintahkan.‘Eh, kenapa aku ini?’ gumam batih Dania sambil menundukkan wajahnya, takut diketahui orang.“Tuh, kalo gini kan seneng liatnya. Kalian emang pasangan yang romantis sebenernya,” ucap Haris yang merasa senang kedua cucunya itu tampak akur dan bahagia.“Opa itu demen banget bikin kami malu. Kan belum kebiasa, Opa. Jadi masih agak canggung,” jawab Alex yang mencoba biasa saja.“Gak papa. Dulu Opa juga gitu kok. Tapi kako gak dibiasakan, ya kapan kalian bisa jadi makin deket. Ya udah, sekarang kita berangkat. Nanti kamu keburu telat rapat.”“Dan, Opa beran
“Selamat pagi, Bu,” sapa Maya yang datang menyapa atasannya.Dania menoleh, “Eh, May. Kamu udah dateng. Mana berkasnya?” tanya Dania yang melihat asistennya datang tanpa membawa apa-apa.“Maaf Bu, saya gak bawa berkas. Tadi berkasnya diminta oleh Pak Haris semua. Tampaknya beliau akan menggantikan jadwal Ibu hari ini.”“Opa di sana? Kirain bakalan ke kantor Alex. Trus, kalo Opa di sana, kenapa kamu di sini?” tanya Dania sedikit kaget dengan kedatangan Maya di jam kerja tanpa membawa pekerjaan di tangannya.“Saya di suruh Pak Haris nemenin Ibu. Katanya hari ini Ibu mau belanja. Saya diperintahkan untuk menemani, Bu.”“Oh gitu. Ya udah, tunggu bentar lagi. Biar orang dapur catet barang yang mau kita beli.”“Baik, Bu. Saya akan cek ke dapur dulu.”Dania mengembuskan napasnya secara kasar. Dia benar-benar tidak diizinkan bekerja oleh Haris sampai esok hari. Kini Dania hanya bisa pasrah dan mencoba menikmati sisa hari liburnya.Setelah menunggu sedikit lama, akhirnya Maya mendatangi
Dania terdiam sejenak setelah dia mendengar nama yang disebutkan oleh Bastian. Pikirannya tiba-tiba kosong beberapa detik, sebelum akhirnya dia menoleh ke arah pria yang tiba-tiba dia temui di butik itu.“Bianca?” ucap Dania mengulang nama yang disebut oleh Bastian.“Iya, Bianca. Kamu udah kenal belum sama Bianca?” tanya Bastian balik.Dania menggelengkan kepalanya, “Emang harus ya aku kenal sama Bianca.”“Ya nggak juga sih sebenarnya. Cuma kan Bianca itu salah satu orang yang pernah berarti dalam hidup suami kamu. Siapa tahu aja Alex udah pernah cerita sama kamu tentang sosok Bianca. Ya maksud aku, mungkin Alex cerita biar kamu nggak cemburu sama masa lalunya.”“Enggak sih. Lagian kalau emang Bianca itu masa lalunya Alex, ya udah ... biarin aja jadi masa lalu. Diceritain atau enggak, aku tetap nggak akan bisa merubah apa pun tentang kisah mereka. Jadi ngapain harus cemburu.”Bastian menganggukkan kepalanya, “Iya juga sih. Kalau gitu boleh dong aku minta tolong kamu buat milihin
“Alex,” sapa seorang wanita yang datang menemui Alex.Alex mengangkat pandangannya karena dia tidak mengenal suara yang menyapanya, “Kamu?!”Mata Alex membulat lebar saat dia melihat ada sosok yang dia kenal dan tidak dia sangka muncul di hadapannya. Dia terdiam sambil mengetatkan rahangnya menahan emosinya yang tiba-tiba naik saat wanita ini muncul secara tiba-tiba di hadapannya.Berbeda dengan Alex yang mengetatkan semua otot wajahnya, wanita yang berdiri di depan Alex itu malah berdiri dengan santai sambil melempar senyum ramah. Wanita cantik itu seolah sedang memamerkan pesonanya pada pria yang sudah lama tidak dia temui yang kini ada di hadapannya.“Ngapain kamu ke sini?” tanya Alex yang hampir terlihat seperti tidak menggerakkan rahangnya sama sekali.“Kok kamu nanyanya gitu sih? Emangnya kamu masih marah ya sama aku?” tanya Bianca balik.“Aku gak mau kamu di sini, Bianca. Aku gak mau ketemu sama kamu lagi. Pergi kamu!” usir Alex.Bianca memonyongkan bibirnya. Dia memasang wa
Deg!Bagai di siram air yang sangat dingin, langkah kaki Dania pun terhenti. Senyum yang sejak tadi menghiasi bibirnya juga menghilang secara tiba-tiba setelah dia mendengar ucapan seorang wanita yang sangat jelas di telinganya.“Siapa dia? Apa mungkin dia Bianca?” ucap Dania bertanya pada dirinya sendiri.Tubuh Dania bergetar, saat dia mendengar ada seorang wanita di balik dinding tempat dia berdiri itu sedang menyatakan perasaannya pada sang suami. Meskipun dia bukanlah istri yang sesungguhnya istri bagi Alex, tapi tetap saja rasanya menyakitkan jika suaminya digoda oleh perempuan lain, apa lagi itu adalah mantannya.Dania tidak mendengar ada suara Alex menjawab apa yang dikatakan oleh Bianca. Entah apa yang sedang dilakukan oleh pria itu sekarang di balik tembok dengan seorang wanita. Dania masih belum memiliki keberanian untuk muncul.Tapi semakin lama dia tidak tahan mendengar Bianca terus membuka kenangan antara Alex dan dirinya. Dania takut, kalau nanti Alex akan goyah dan ikut