Share

Bab 18 Penyesalan Selalu Datang Terlambat

"Habib...."

Mata kami terpana melihat  Anan berdiri di depan panggung. Wajah teduhnya mengguratkan kekecewaan. Para repoter langsung menyorotkan kamera ke wajah  Anan.

Sepuluh tahun telah berlalu, hati Ayi merasa iba melihat lelaki yang dulu sangat ia cintai kini menjadi sosok tak berdaya. Penampilan Anan sedikit berantakkan dari biasanya. Wajah kusut, mata yang merah serta raut wajahnya yang sendu menggambarkan penyesalan. 

Matanya yang redup tak bercahaya menatap sayu pada Ayi dan Habib, juga Ustaz  Rahman yang berbahagia menerima piala dan piagam dari wakil gubenur. Jelas tergambar dari raut wajah Anan kalau dia kecewa, mengapa bukan namanya yang disebut Habib,  saat mendampingi menerima piala penghargaan atas juara perlombaan MTQ sepropinsi.

"Ayah," panggil Habib lirih.

Suara tepuk tangan meriah dari penonton yang menyaksikan Habib, mengalahkan suara

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Esihresita
haduh baru aja bahagia, abong novel nya
goodnovel comment avatar
Rio Bilqis
kok pakai acara ditabrak segala sih autor mamakkan jadi gemes soalnya novel rasa sinetron jadinya,
goodnovel comment avatar
Yanyan
haduhh ada " aja cobaan nya berarti slama ini ustad rahman sudah menaruh hati pada ay
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status