Share

Bab 3 Penghianatan

Pagi hari kembali tiba. Matahari pun kembali menyinari cahayanya. Yuda kini sudah bersiap untuk berangkat ke kantor.

"Sayang, nanti kalau mau ke kantor kamu kabari aku dulu,ya?" pinta Yuda sebelum masuk ke mobilnya.

"Memangnya kenapa, Mas? Bukan kah biasanya aku juga bebas untuk datang ke kantor kapanpun aku mau? Kamu kemarin juga bilang seperti itu, kan?" tanya Vhena.

"Sayang, perusahaan kan sedang melejit pesat, takutnya kamu datang saat aku sedang mengerjakan tugas yang tidak bisa aku tinggal. Takut menganggu, Sayang," jelas Yuda.

"Jadi aku ganggu ya, Mas?" tanya Vhena dengan nada pelan.

"Bukan begitu, Sayang," ujar Yuda.

"Ya sudah, Mas. Nanti kalau mau ke kantor aku telpon kamu dulu. Berangkat gih sudah siang," ucap Vhena berusaha memberikan pengertian kepada suaminya.

Vhena pun mencium punggung tangan Yuda sebelum mobil itu menjauh dari pekarangan rumah besar tempat tinggal mereka.

Seperti biasa, keseharian Vhena mengurus orderan barang jualannya dan packing beberapa barang untuk di kirim ke luar kota.

Tok tok tok!

"Permisi, Mbak Vhena," seseorang datang dan mengetuk pintu.

"Mbak yang barusan ngechat, ya?" tanya Vhena memastikan.

"Betul, Mbak. Saya mau lihat-lihat aksesoris, nih," jawab wanita yang ingin membeli sesuatu di toko Vhena.

Semakin siang, toko yang berada di samping rumah semakin ramai pula orang yang datang untuk sekedar membeli baju maupun make up dan aksesoris lainnya yang Vhena jual.

Hari sudah semakin sore, toko sudah mulai tutup. Setelah mandi Vhena menghubungi Yuda karena berniat untuk pergi ke kantor sore itu juga.

"Huft, capek juga mengurus toko. Meskipun hanya di rumah, tapi jika terus ramai rasanya tulang-tulangku ingin rontok," ucap Vhena sambil meregangkan otot-otot di tubuhnya.

Sementara di kantor. Jheny sedang duduk di pangkuan Yuda. Mereka bercumbu dan saling berciuman dengan rakusnya.

Tiba-tiba ponsel Yuda berdering.

"Hallo, Sayang," sapa Yuda melalui panggilan telepon.

"Mas, aku mau ke kantor nih," ucap Vhena.

"Oh, mau ke sini? Oke-oke, tidak apa, kemarilah," balas Yuda dengan nada kikuk.

"Istri kamu ya, Mas?" tanya Jheny.

Vhena mendengarnya dari sebrang ponsel lalu mengerutkan keningnya.

"Ssttt...kamu diam dulu, Sayang," bisik Yuda yang juga bisa di dengar oleh Vhena.

"Mas, kamu ngomong sama siapa?" tanya Vhena.

"Ini sekretaris aku barusan masuk, dia mengirimkan berkas baru," jawab Yuda.

"I see. Aku sudah ada di loby, Mas," ujar Vhena kemudian mematikan panggilan. Tentu saja membuat Yuda dan Jheny kalang kabut.

"Kamu keluar dulu, deh," ujar Yuda pada Jheny.

"Gak bisa dong, Mas. Nanggung loh ini," protes Jheny yang sudah merasakan gairah akibat permainan kecil yang mereka lakukan barusan.

"Vhena sudah ada di bawah. Sebentar lagi pasti dia sampai," tegas Yuda.

"Ya sudah, Mas. Kita main sebentar saja, yuk," goda Jheny lagi.

"Jangan gila kamu!" hardik Yuda.

"Mas..."

Terdengar suara Vhena dari luar sambil memutar handle pintu yang terkunci.

"Tuh kan. Sembunyi, sembunyi!" ujar Yuda panik.

Jheny pun ikut panik saat mendengar suara Vhena. Yuda menyuruhnya bersembunyi di dalam toilet.

"Mas Yuda!" panggil Vhena lagi.

"Iya-iya Sayang, wait," teriak Yuda. Sesegera mungkin ia menghampiri pintu.

"Huft..kok tumben pintunya di kunci sih, Mas?" tanya Vhena merasa agak kesal.

"Kadang memang aku kunci kalau lagi merasa gak ingin di ganggu oleh karyawan lain, Sayang," balas Yuda berbohong. Vhena kemudian berjalan masuk lebih dulu dan duduk di kursi yang ada di hadapan kursi Yuda.

"Katanya tadi sekretaris kamu habis mengantarkan berkas, Mas?" tanya Vhena sambil melihat ke atas meja yang tersusun rapi tanpa ada berkas apapun.

"Iya tadi. Tapi kan langsung aku tanda tangani dan dia bawa lagi, Sayang," jawab Yuda sembari berjalan mendekati Vhena dan merangkulnya dari belakang kemudian mencium tengkuk lehernya.

"Mas, ini di kantor jangan macam-macam," protes Vhena.

"Aku kunci pintu dulu, ya," ucap Yuda.

Yuda kembali mencium tengkuk leher Vhena. Napsunya sudah memuncak dan tertunda akibat telepon dari Vhena. Yuda berniat untuk menuntaskan hasratnya saat itu juga dengan istrinya tanpa memikirkan perasaan Jheny.

Sementara di toilet. Pintu terlihat sedikit terbuka. Rupanya Jheny tengah mengintip dari dalam toilet. Tangannya mengepal dan emosinya meninggi.

"Kurangajar sekali Mas Yuda. Bisa-bisanya melakukan hal itu di depan ku! " gumam Jheny geram.

Permainan pun semakin memanas hingga dua insan tersebut mencapai puncaknya masing-masing.

Tok Tok Tok!

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar saat Vhena dan Yuda sedang merapikan pakaian.

"Aku cek dulu, ya," ucap Yuda pada Vhena. Lelaki itu pun bergegas untuk membuka pintu.

"Permisi, Pak. Maaf saya menganggu. Yang lain sudah berkumpul, apakah meeting akan ditunda, Pak?" tanya seorang pegawai kantor.

"Ah, tidak-tidak. Maaf saya ketiduran. Saya akan segera menyusul," ujar Yuda berbohong. Setelah pegawainya itu pergi Yuda melihat istrinya yang hendak membuka pintu toilet.

Terkunci!

"Sayang, kamu ngapain?" tanya Yuda.

"Ya mau bersih-bersih lah, Mas. Kita kan habis-"

"Di toilet luar saja, toilet ini sedang rusak. Klosetnya penuh," potong Yuda sembari merangkul pinggang Vhena yang masih ramping.

"Oh, apakah sudah menghubungi tukang servis, Mas?" tanya Vhena.

"Sudah, Sayang. Kamu bersih-bersih dulu ya di toilet luar. Aku ada meeting dan sudah ditunggu," ujar Yuda.

"Kamu gak ikut bersih-bersih juga, Mas?" tanya Vhena.

"Aku akan menggunakan toilet di ruang meeting saja," jawab Yuda tersenyum kaku.

"Baiklah, aku akan menunggu sampai meeting selesai," ucap Vhena kemudian beranjak keluar dari ruang pribadi sang suami.

Vhena berjalan menuju toilet lain. Setelah membersihkan diri, ia bercermin di wastafel toilet sambil membasuh wajah dan merias ulang.

"Kenapa semenjak ada sekretaris baru itu, perasaanku selalu tidak tenang?" pikirnya.

***

Huft!

Sementara Yuda bernafas lega setelah istrinya keluar. Pria itu mengunci pintu lalu menghampiri gundiknya yang masih bersembunyi di sana.

Wanita itu memasang wajah masam dan menatap tajam wajah lelaki di hadapannya setelah membuka pintu.

"Kamu apa-apaan sih, Mas!" makinya.

"Ya maaf, Sayang. Habisnya nanggung banget, mumpung ada istri aku. Kalau dia tidak datang aku akan melakukannya bersamamu," ucap Yuda dengan menggoda Jheny.

"Ya sudah, kita meeting sekarang," imbuhnya.

***

"Mas, sudah mau meeting?" tanya Vhena yang tidak sengaja bertemu Yuda di koridor kantor. Suaminya itu berjalan bersandingan dengan Jheny. Mereka terlihat begitu dekat.

"Iya, Sayang. Sudah ditunggu," jawab Yuda.

Vhena menatap curiga senyuman Jheny. Suami dan sekretarisnya itu berlalu begitu saja, sementara Vhena terus menatap punggung mereka dari belakang.

***

Pukul 23:15 WIB.

Vhena tampak gelisah berjalan mondar-mandir sambil memegang ponselnya. Sesekali ia menelpon suaminya, sebab hingga kini Yuda tak kunjung pulang.

"Hallo, Pak Hasan," sapa Vhena melalui panggilan telepon.

"Iya Hallo, Bu Vhena," balas Hasan-security kantor.

"Apa kantor belum tutup ya, Pak?" tanya Vhena.

"Kantor sudah tutup sejak jam delapan malam tadi, Bu Vhena," jawab Hasan.

"Apa Mas Yuda masih di dalam ya, Pak?" tanya Vhena lagi.

"Saya sudah mengecek ke seluruh kantor, Bu. Sudah tidak ada orang di dalam, bahkan gerbang sudah saya kunci," jelas Hasan.

"Ya sudah, terimakasih, Pak," ujar Vhena.

Panggilan pun berakhir.

"Kamu kemana sih, Mas? Kenapa jam segini belum pulang?" batinnya dengan gelisah.

Tak jarang pula Vhena mengintip jendela rumahnya untuk melihat mobil suaminya. Beberapa saat kemudian ada panggilan masuk dari Yuda.

"Mas Yuda, kamu kemana saja sih sudah jam segini belum pulang?" Vhena langsung bertanya karena panik.

Sementara di sisi lain. Jheny sedang bersandar di dada bidang milik Yuda. Di sebuah kamar hotel mewah, dua insan yang bukan mahrom itu sudah terbalut selimut tebal tanpa mengenakan pakaian.

"Sayang, aku ada urusan di rumah Bimo, mungkin aku akan pulang besok," ujar Yuda.

"Jadi malam ini aku tidur sendirian, Mas?" tanya Vhena dengan nada kecewa.

"Just one night, Baby," bujuk Yuda.

"Baiklah, kamu hati-hati di sana. Ingat ya, Mas, jaga hati dan lisanmu untukku. Tidak ada yang menyayangi mu selain aku," ucap Vhena. Yuda lantas melirik ke arah Jheny ketika mendengar perkataan sang istri.

"I-iya, Sayang. Pasti kok. Sudah ya aku lanjut dulu. I love you," balas Yuda.

"I love you too."

Panggilan pun berakhir.

"Pake I love you, I love you-an segala, apaan sih, Mas!" sungut Jheny.

"Agar dia tidak curiga, Sayang," ucap Yuda sembari memeluk tubuh Jheny dari samping.

"Gak boleh. Istri kamu gak boleh tahu, Mas," cecar Jheny dengan nada manja.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status