Share

Bab 5 - Lipstik Siapa Ini, Mas?

"Mas Yuda harus bertanggung jawab!" ujar tegas wanita itu dengan mata yang terus melotot.

Dengan mengenakan pakaian seksi dan minim membuat bentuk tubuhnya sangat kentara dengan perut besarnya.

"Tanggung jawab apa, Mbak?" Vhena memiringkan kepalanya.

"Ini anak Mas Yuda. Dia sudah menghamili ku beberapa bulan yang lalu, sekarang aku sudah mendekati HPL. Mana mungkin bayi ini lahir tanpa seorang ayah!" jelas wanita itu dengan nada tegas.

"Enggak mungkin, Mbak. Saya istrinya Mas Yuda," ujar Vhena tak percaya.

"Bilang pada suami mu itu, nama ku Netha. Satu tahun kami berhubungan dia selalu meminta tubuh ku. Tapi saat tahu aku hamil dia meninggalkan ku begitu saja. Ingat Vhena, jika Mas Yuda tidak mau bertanggung jawab, rumah tangga mu juga akan merasakan hal yang sama dengan apa yang aku rasakan. Ingat itu!" ancam wanita itu sebelum pergi meninggalkan Vhena yang mematung.

Jantungnya berdegup kencang. Matanya tiba-tiba buram akibat genangan air mata yang hampir tumpah. Wanita itu terduduk lemas di lantai. Bulir bening mulai jatuh dan menetes ke lantai rumahnya. Vhena berusaha mencerna apa maksud dari perkataan wanita barusan.

Rasanya seperti tertusuk lima puluh pedang di hatinya. Mengapa Yuda mampu menghianatinya. "Mas Yuda, kenapa kamu tega, Mas?!"

"Kenapa kamu jahat, Mas?!"

"Baru semalam kita bicara soal kehamilan. Tapi kenapa sekarang datang seorang wanita hamil yang mengaku hamil anakmu, Mas?"

"Apa yang sudah kamu lakukan, Mas?"

***

Hari sudah malam. Yuda sudah pulang dari kantor. Sementara Jheny berjalan menuju rooftop seorang diri melewati tangga darurat.

"Gimana?" bisik Jheny pada seorang wanita asing yang tengah hamil besar.

"Beres. Mungkin setelah ini Vhena akan meminta cerai dari Mas Yuda," jawab wanita hamil yang ternyata bernama Milla.

"Pintar sekali. Ini sisa bayaran mu. Pulanglah, kasihan bayi mu," ucap Jheny dengan memberikan sebuah amplop coklat pada Milla.

***

"Sayang, aku pulang!" teriak Yuda dengan berjalan masuk ke rumah sambil memanggil-manggil sang istri. Tetapi tidak ada jawaban.

"Sayang!" panggil Yuda lagi. Lelaki itu mencari Vhena ke dapur, ke ruang keluarga, ke halaman belakang tapi Vhena tidak ada.

"Kamu di mana, Vhena? Tidak biasanya kamu tidak menyambut kepulangan ku," gumam Yuda. Lelaki itu memutuskan untuk mengeceknya ke kamar.

"Sayang," panggilnya lagi dengan suara lembut.

Namun kosong.

Ranjangnya berantakan. Yuda mengerutkan alisnya tatkala melihat isi kamar dan istrinya yang benar-benar tidak seperti biasanya.

"Sayang kamu di mana, sih?" Yuda pun memutuskan untuk membuka toilet.

"VHENA!" pekiknya kaget ketika melihat Vhena terbujur lemas di bawah guyuran shower kamar mandi.

Gegas Yuda melepaskan jas dan sepatunya lalu mematikan shower dan menggendong Vhena ke ranjang.

"What happen, Baby?" tanya Yuda.

Lelaki itu terlihat khawatir sambil memeluk tubuh Vhena yang basah kuyup. Yuda terus mengusap rambut Vhena yang sangat basah itu.

"Say to me, Baby. Apa yang terjadi?" lanjut Yuda.

"Harusnya aku yang bertanya, Mas!" ketus Vhena.

"Ada apa, Sayang?" tanya Yuda.

"Siapa wanita yang sudah kau hamili itu?" tanya Vhena dengan tatapan tajam penuh selidik.

"Wa-wanita hamil?"

"Who is she?"

"Aku tidak pernah menghamili wanita lain, sayang." Yuda terperangah kaget mendengar pertanyaan Vhena.

"Jawab saja, jawab sejujur-jujurnya, Mas!" tegas Vhena.

"Demi Tuhan, aku tidak pernah menghamili siapa pun, Vhena. Aku ini suami mu!" ujar Yuda yang tak kalah tegasnya untuk meyakinkan Vhena.

"Tadi sore, ada wanita hamil datang ke sini dan mencari mu, Mas. Dia meminta pertanggungjawaban mu," jelas Vhena yang mulai mengecilkan suara.

"What! Wanita Hamil?" reaksi Yuda pun kaget setelah mendengar penjelasan dari Vhena dan dibalas anggukan olehnya.

"Aku akan pasang CCTV untuk berjaga-jaga jika wanita itu datang lagi, agar aku tahu siapa pelakunya," imbuh Yuda dengan memeluk erat Vhena.

***

"Morning, Mas," sapa Jheny dengan manja.

"Hari ini ada meeting untuk acara anniversary perusahaan kita, Mas," imbuh Jheny.

"Oh, oke," balas Yuda singkat.

"Kamu kenapa, Mas?" Jheny bertanya sembari menaiki meja kerja Yuda.

"Aku pusing. Banyak sekali berkas yang harus ku urus. Jam berapa meetingnya?" jelas Yuda sambil bertanya.

"Dua jam lagi. Kita masih punya waktu untuk bersenang-senang," goda Jheny. Ia lantas mengangkat salah satu kakinya ke atas kursi yang diduduki Yuda sehingga memperlihatkan bagian dalamnya.

"Oh, Baby. Ayolah, aku sedang pusing. Jangan sekarang," keluh Yuda geram.

"Dua puluh menit saja. Kau bersantailah, biar aku yang memuaskanmu," ujar Jheny sambil meraba dada bidang Yuda.

Yuda tetap fokus pada berkas yang ia kerjakan. Akan tetapi, belaian Jheny semakin membuat l*b*donya naik. Benda yang ada di bawah pun seketika mengeras dan membuyarkan fokusnya. Dan terjadilah hubungan terlarang.

***

Tok..tok..tok!

"Mas!"

Terdengar suara Vhena di iringi dengan ketukan pintu. Dua insan yang masih sibuk berc*nt* itu pun kalang kabut memakai pakaiannya.

"Jangan di toilet!" ujar Yuda mencegah Jheny untuk bersembunyi di toilet.

"Loh, kenapa, Mas?" tanya Jheny panik.

"Sudah lah, di sini saja." Yuda menyuruh Jheny untuk bersembunyi di bawah meja kantor dengan berjongkok.

"Yang benar saja kamu, Mas!"

Tok..tok..tok!

"Mas, buka dong!" teriak Vhena lagi sambil terus menggedor pintu.

"Iya-iya, Sayang. I'm coming," balas Yuda sambil menekan kepala Jheny agar menunduk.

Yuda membuka pintu. Ia melihat wajah jutek sang istri dengan kedua tangan yang dilipat di depan dada. Sepertinya Vhena sudah kesal. Dua kali ia menemui suaminya dalam kondisi pintu ruangan yang terkunci, padahal sebelumnya tidak pernah.

"Kenapa kamu gak ngabarin aku dulu? Sini masuk," tanya Yuda sambil merangkul bahu Vhena dan mengajaknya masuk.

"Kamu tuh jangan kebiasaan deh, Mas. Ngunci pintu tujuannya biar apa coba?" tanya Vhena kesal.

"Ya..kata kamu kan ini ruangan pribadi kita. Wajar dong kalau aku kunci rapat-rapat," jawab Yuda beralasan. Vhena lantas berjalan menuju kursi kebanggaan Yuda.

"Em..kita duduk di sini saja," cegah Yuda dengan menyuruh Vhena untuk duduk di sofa saja.

"Memangnya kenapa, Mas? Kamu gak suka istrimu ini duduk di kursi besarmu itu?"

"Bukan begitu, Sayang,"

"Bukankah aku juga berhak untuk duduk di sana, Mas?"

"Iya boleh dong, Sayang. Tapi kita ngobrolnya di sini saja. Lebih leluasa bukan?" bujuk Yuda. Vhena hanya menurut. Tapi ia tetap tidak bisa menyembunyikan kecurigaannya.

Vhena mencurigai jika suaminya ada main dengan sekretaris barunya yaitu Jheny. Sebelum adanya Jheny di perusahaan mereka, Yuda tidak pernah mengunci pintu ruang pribadi mereka dengan alasan apapun.

Ditambah lagi dengan kedekatan dan tatapan Jheny jika menatap Yuda. Mereka sama-sama seorang wanita. Jadi, sangat paham dari bagaimana seorang wanita menatap seorang pria.

"Kamu di rumah gimana, Sayang? Bosan ya?" tanya Yuda.

"Ya bosan lah, Mas. Kan kamu sudah larang aku untuk bekerja,"

"Ini demi kebaikan kita. Kamu sendiri minum obat dan susu promilnya, kan?"

"Aku minum terus kok,"

"Pintar sekali istri aku." Yuda langsung mencium kening Vhena. Wanita itu pun lantas terpaku dengan benda berwarna merah yang terdapat di atas meja kerja Yuda.

"Eh, Mas. Bentar deh, itu apa ya?" Vhena langsung bangkit dan beranjak mendekat ke arah meja kantor. Yuda yang melihat pun sedikit panik.

"Ada apa sih, Sayang? Sudah di sini saja, itu bukan apa-apa kok," cegah Yuda.

Yuda juga melihat apa yang Vhena lihat. Benda panjang berukuran kecil dan berwarna merah milik semua wanita.

"Mas, ini lipstiknya siapa?" tanya Vhena sambil memegang lipstik merah tersebut.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status