"Mereka itu siapa? Kok kelihatan gak berpendidikan gitu? Bawa-bawa Nayla pula. Apa mereka musuh Nayla?" Tanya Manda selepas mereka kembali ke ruangan Raka.Manda yang banyak bicara membuat Raka geram. Padahal ia tidak suka jika Manda cerewet. Raka menatap Manda, seketika Manda langsung terdiam dan menutup rapat mulutnya."Kamu bisa diam tidak? Jika kehadiran kamu di sini hanya untuk mengganggu ku sebaiknya Kamu pergi dari sini." Ucap Raka dengan serius."Maaf, janji deh aku tidak akan menggangu kamu, Raka." Manda terlihat menyesal telah mengganggu Raka. Padahal ia hanya penasaran saja dengan dua sosok yang tadi mencegah mereka."Di sini kamu mau kerja kan? Jadi sebaiknya kamu pergi. Dan kembali ketempat kamu kerja. Harusnya pertama kali kerja kamu memberikan kesan baik. Ini apa? Malah sebaliknya." Cecar Raka Untuk pertama kalinya selama mereka berteman, ini kali pertamanya Raka membentak dirinya. Padahal sebelumnya ia tidak pernah dibentak. Ini membuat Manda tersadar. Jika diriny
"Tolong jangan marah dan tolong Jangan jadi bahan pikiran untukmu. Apa yang aku katakan anggap saja tidak pernah Kamu dengar."Raka tetiba merasa menyesal sudah mengatakan hal tersebut. Ia takut, malah jadi beban pikiran untuk Nayla. Karena tidak bisa membalas cintanya."Kenapa kamu mencintaiku? Aku hanyalah seorang janda. Terlebih-lebih aku begitu banyak sekali kekurangan. Kamu sebenarnya lebih pantas mendapatkan yang lebih dari pada aku. Hanya karena keegoisanku saja kamu jadi harus menikah denganku.""Ssstt, jangan bicara seperti itu, Nay. Aku benar-benar tulus mencintai kamu. Aku sama sekali tidak melihat dari status, usia apa lagi kekurangan dan kelebihan. Aku memilih Kamu karena memang hati ini memilih kamu. Hanya kamu satu-satunya wanita yang mampu menggetarkan hatiku,"Raka berbicara panjang lebar demi membuat Nayla agar tidak salah paham. "terima kasih , kamu sudah mau mencintai wanita seperti aku. tapi aku...""Aku tahu, tidak mudah bagimu untuk menerima orang baru, jadi,
"Aku kan sudah bilang, jangan ganggu aku lagi. Kamu ngertikan dengan kata-kata yang aku ucapkan?''Santi marah, saat Morgan terus saja mengganggu dirinya. Berulang kali ia meminta untuk tidak mengganggu dirinya, tapi Morgan sama sekali tidak mau mendengarkan perkataan Santi."Aku gak bisa melupakan kamu, San. Meksipun kamu minta aku untuk pergi menjauh darimu. Aku tetap dengan pilihanku, jika aku tidak akan pernah pergi darimu." Ujar Morgan ngotot dengan keputusannya."Tapi aku sudah bahagia dengan Suamiku. Apalagi dengan kehadiran bayiku ini. Tinggal menunggu beberapa bulan lagi buah cinta aku dan suamiku akan lahir. Jadi jangan pernah kamu mengusik rumah tanggaku lagi."Santi berkata seraya memalingkan wajahnya. Saat ini memang Santi tengah berada di rumah Morgan. Ia sengaja langsung menghampiri Morgan pagi-pagi sekali. Dia tahu jika pagi-pagi rumah Morgan selalu sepi. Asisten rumah tangganya hanya akan datang waktu subuh dan sebelum Morgan bangun mereka sudah pulang."Aku tidak aka
Hari ini Nayla ada jadwal cek up. Oleh karena itu, ia berangkat ke rumah sakit bersama Raka. Nayla berharap cek up kali ini ada hasil yang memuaskan. Setidaknya penyakit dalam rahimnya bisa membaik agar dirinya memiliki kesempatan untuk mengandung. Mungkin bagi orang harapan Nayla terlalu dipaksakan. Karena sudah tahu dirinya penyakitan tapi tetap saja bersikukuh dengan keinginannya. Sebelum waktunya di periksa, Nayla menunggu di ruang tunggu. Ia tidak ingin mendapatkan perlakuan istimewa, oleh karena itu ia membiarkan pasien lain terlebih dahulu yang diperiksa oleh Raka. Di sela waktunya menunggu giliran dipanggil oleh Raka. Nayla melihat sesuatu di layar televisi yang terpanjang di rumah sakit. Untuk membuktikan dugaannya. Nayla pun memilih duduk lebih dekat dengan televisi agar ia bisa mendengar dan melihat jelas isi beritanya.Nayla ternganga, Saat menyaksikan sendiri berita pagi ini. Sebuah berita yang menurutnya ii sebuah mimpi. Kenapa bisa mimpi? Sebab beberapa minggu lalu
Santi terlihat gusar, ia berulang kali membongkar pasang seprei, kotak perhiasan dan hasilnya tetap sama. Barang yang ia cari sama sekali tidak ada.Ia sudah frustrasi. Pasalnya benda itu adalah pemberian dari Fery. Ia tidak ingin suaminya bertanya ke mana barang yang ia berikan."Di mana jatuhnya, sih?" Ucap frustrasi Santi. Ia sudah tidak bisa berpikir jernih lagi.Belum hilang rasa frustrasinya. Kini harus bertambah lagi saat ia mendengar berita kematian Morgan melalui siaran televisi Seketika wajah Santi berubah penuh ketakutan. Bahkan tangannya sampai mencengkeram erat bajunya.Santi terbayang kejadian tadi pagi, saat dirinya mendorong Morgan. Ia tidak ingin disalahkan dalam kasus kematian Morgan. Santi gelisah, ia tidak tahu harus berbuat seperti apa lagi. Hingga pikiran Santi menduga jika kemungkinan besar benda miliknya terjatuh di sana."Tidak! Aku yakin benda itu tidak terjatuh di sana. Aku yakin masih ada di sekitaran sini," Racau Santi.Lalu, ia pun kembali mencari dan h
Kematian Morgan yang tiba-tiba itu, kini tengah diselidiki oleh pihak kepolisian. Polisi mendatangi orang-orang yang dekat dengan Morgan. Termasuk Santi.Ia sudah gugup duluan, ia tidak tahu harus menjawab apa di depan polisi. Ia takut jika polisi curiga padanya dan ia sama sekali tidak ingin dipenjara. "Ya Tuhan! Bagaimana ini?" Lirih Santi dengan tangan yang mencengkeram erat surat dari kepolisian.Fery yang baru saja datang pun langsung menghampirinya. Ia menanyakan keadaan Santi sebab ia terlihat begitu pucat. "Are you ok?" Tanya Fery pada Santi. Santi pun langsung tersentak kaget akan kehadiran sang suami."Itu apa yang kamu pegang?" tanya Fery pada Santi.Santi pun menatap ke arah surat panggilan dari kepolisian. "Surat panggilan, besok aku harus ke kantor polisi." Ucap Santi dengan begitu lirihnya.Fery mengerutkan keningnya. Saat mendengar jika Santi tengah memegang surat panggilan dari kepolisian. Tentunya membuat segudang pertanyaan di benak Fery."Untuk apa polisi kirim
Kini tanpa sengaja Nayla dan Santi bertemu di depan halaman kantor polisi. Jika Nayla bersama Raka lain halnya dengan Santi. Ia memilih untuk pergi sendiri. Sebab setelah dari kantor polisi ia bermaksud untuk kembali mendatang rumah Morgan. Tatapan Santi pada Nayla terlihat begitu penuh aura kebencian. Entahlah semakin melihat Nayla bahagia justru Santi merasa tidak senang. Ia akan senang jika kemalangan menghampiri Nayla."Kau datang sendiri?" Tanya Nayla berbasa-basi. Santi menatap sinis ke arah Nayla yang baru saja bertanya padanya."Jangan so akrab. Apa peduli kamu?" Ketus Santi dan ia langsung saja masuk.Melihat respons Santi yang ketus seperti itu membuat Raka menatap Nayla. Dan tatapan itu seperti sebuah isyarat 'kenapa malah bertanya padanya?'"Wanita seperti dia gak perlu kamu baik-baikin. Karena akhirnya dia ngelunjak!'' tutur Raka."Dia kan teman ku. Terlepas bagaimana sikapnya ya, itu terserah dia. Aku hanya ingin menunjukkan padanya jika aku tidak membencinya. Selamany
"Kalian berdua memang pasangan cocok. Sama-sama sok tahu dan sama-sama jadi orang so penting. Jangan pernah ngurusin kehidupan orang lain. Lebih baik urusin saja hidup kalian."Santi tanpa rasa malu sedikitpun berbicara begitu kerasnya. Padahal posisi mereka masih ada di dalam kantor polisi. Tentunya, membuat orang yang ada di sana menoleh pada mereka.Padahal, Nayla dan Raka mereka sengaja memelankan suara mereka.Saat Santi keluar meninggalkan Nayla dan Raka. Nayla langsung mengejar Santi. Ia masih ingin berbicara pada Santi. "Santi tunggu!" Panggil Nayla dan membuat Santi berhenti dengan malas..Santi mendesah lalu menengok pada Nayla yang baru saja sampai di hadapannya."Kamu mau apa lagi, sih? Jangan bilang kamu mau ikut sok campur urusanku?" Terka Santi seraya menyilangkan kedua tangannya di atas perut."Aku bukan mau ikut campur, aku hanya ingin memastikan sesuatu saja sama kamu "."Mau mastiin apa lagi, hah? Aku gak punya banyak waktu!""Aku hanya ingin mendengar langsung dar