Nayla sudah sampai di rumah sakit. Tanpa diduga dokter Raka sudah menunggu dirinya di depan loby. Nayla memang pergi pagi-pagi namun ia datang terlambat. Ia sengaja karena ia lebih memilih menghabiskan waktunya untuk menenangkan dirinya sementara.Nayla sedikit berlari untuk sampai ke Dokter Raka. Ia menyesali karena sudah datang terlambat. Tentunya ini diakibatkan oleh kemacetan ibu kota.Dengan terengah-engah Nayla meminta maaf pada dokter Raka karena ia datang terlambat."Assalamualaikum dokter Raka. Maaf aku terlambat. Di jalan macet," ujar Nayla meminta maaf."Waalaikumsalam, sebenarnya aku mau marah sama kamu. karena kita janji bertemu pukul sepuluh dan ini sudah hampir pukul sebelas. Dokter Wiliam hampir saja meninggalkan rumah sakit jika seandainya aku tidak mencegahnya." tutur Raka.Nayla merasa bersalah hingga ia tidak hentinya meminta maaf. Raka yang tidak tega pun hanya bisa menarik napas. Ia maklumi keadaan kota Jakarta yang memang begitu macet setiap waktu."Maaf, harusn
Setengah jam lamanya Nayla melakukan pemeriksaan bersama dokter Wiliam. Sebenarnya ia merasa risi harus melakukan pemeriksaan tanpa suami tercinta. Meskipun ini hanyalah pengobatan tapi tetap saja ia merasa tidak enak diri."Bagaimana Dok dengan hasilnya?" tanya Nayla setelah serangkai pemeriksaan selesai dilakukan.Dokter Wiliam tidak langsung menjawab, ia malah sibuk dengan penanya. "Akan aku jelaskan, Sekarang kita keluar. Aku menjelaskannya di depan dokter Raka. Setidaknya dia adalah dokter kamu jadi dia harus tahu dengan keadaan kamu sekarang."Seketika Nayla merasa cemas, dari tutur bahasa dokter Wiliam terdengar begitu Serius. Ia takut terjadi sesuatu hal yang buruk padanya. "Apa tidak bisa dijelaskan langsung, Dok?" "Bisa, cuma biar nanti aku tidak perlu menjelaskan dua kali."Nayla pun nurut. Meski ia sudah begitu penasaran dengan hasil pemeriksaan kali ini. Besar harapannya untuk sembuh. kalau pun tidak memungkinkan ia ingin sekali diberi kesempatan untuk mengandung dan
Sesuai janji, Santi pergi menuju tempat di mana ia dan Nayla sering bertemu bersama. Namun, tujuan utamanya bukan untuk mencari Nayla melainkan untuk menemui seseorang yang sedari kemarin terus saja menghubungi dirinya.Dan saat ini ia tengah duduk sendiri di dalam kafe Seraya memasang wajah yang ditekuk. Berulang kali ia juga melihat ke arah tangan kirinya di mana Jam berlogo mahal itu terpasang dengan cantik. Ia seperti dikejar waktu atau mungkin dia terlalu kesal menunggu seseorang yang tak kunjung datang.Dia menghitung dalam hati jika seandainya dalam hitungan 20 detik orang yang ia tunggu tidak kunjung datang maka dia benar-benar akan meninggalkan kafe tersebut.Santi merupakan orang yang paling anti dalam menunggu seseorang apalagi jika ia harus berjam-jam menunggu."Sialan! Sebenarnya dia itu mau apa sih ganggu aku lagi? Padahal aku sudah memberikan apa yang dia mau, kenapa dia bertingkah lagi?" ucapnya terdengar putus asa dan kesal terhadap orang yang ingin Ia temui sekaran
Santi merutuki kesalahannya karena malah mengiyakan tawaran dari pria tersebut yang tak lain mantan kekasihnya—Morgan.Baginya Morgan adalah pria terlicik yang berhasil menjerat dirinya. Dia juga orang yang sudah membuat ia harus ada dalam masalah besar. Ia menggunakan identitasnya untuk meminjam uang hingga ia yang harus dikejar-kejar bank.Padahal Morgan adalah seorang CEO tapi dia memang sengaja ingin menjebak dirinya. Bukan hanya itu saja, dia pun sering kali memaksa dirinya untuk melakukan hubungan layaknya suami istri. “sial! Dasar Morgan gila! Brengsek!” Umpat Santi seraya memukul kemudi setir. Santi menunduk meletakan dahinya pada setir, ia terus merutuki dirinya malah suka rela menyerahkan dirinya pada Morgan. Namun jika tidak seperti itu maka ia dipastikan akan kehilangan Fery. Sedangkan ia tidak ingin kehilangan Fery untuk kedua kalinya, Karena baginya hanya Fery cinta satu-satunya.Tidak ingin terus memikirkan kejadian hari ini, Santi memutus untuk pulang saja. Namun, s
Nayla menangis tersedu-sedu di dalam kamar saat untuk pertama kalinya Fery memperlakukan dirinya secara kasar, ia kira suaminya itu akan percaya padanya namun dugaannya salah hanya dengan melihat sebuah foto yang gimana di foto tersebut ada dirinya dan seorang pria.kemarahan peri kali ini begitu besar Iya bahkan sampai pergi dari rumah dan entah ke mana.Nayla hanya bisa meratapi nasibnya di tengah penyakit yang menggerogoti tubuhnya dan di tengah hati dan batinnya menghadapi suami nyaselama hidup 25 tahun, ini adalah keputusan dirinya yang fatal. Di mana dia dengan sukarela meminta suaminya untuk menikah namun sayangnya, pilihannya salah. Dia memilih seorang wanita yang berhati iblis bermuka dua dan berhati kejamIa kira jika suaminya menikah lagi, ia akan lebih tenang hidupnya. ia akan lebih Fokus dalam pengobatannya ternyata malah sebaliknya. Bukannya fokus ia justru terbebani oleh sikap suami, mertua dan madunya. Mereka seolah-olah sengaja ingin membuat Dirinya stres.Di tengah
Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Namun, belum ada tanda-tanda Fery akan pulang. Nayla sudah khawatir dibuatnya. Berulang kali ia melihat ke luar dari balik jendela. Namun sosok yang ia tunggu tak kunjung pulang. "Mas, kamu ke mana? Kenapa belum pulang?" ujar Nayla dengan gelisah. Ia lalu mencoba untuk menghubungi Fery, berharap kali ini telepon darinya diangkat. Percuma! Telepon darinya tetap tidak diangkat oleh Fery."Ya Allah, Mas. Kamu ke mana? Kamu salah paham sama aku. Apakah hanya dari sebuah foto saja kamu percaya jika aku memiliki pria lain? Tidak Mas. Aku tidak seperti itu." gumam Nayla seraya menatap layar handphone sesaat setelah melakukan panggilan tidak diangkat.Tak lama, Nayla mendengar suara sebuah mobil berhenti di depan rumah. Buru-buru Nayla melihatnya, ia berharap itu adalah suaminya. Ternyata benar itu adalah mobil suaminya. Senyuman lebar pun terlukis di bibirnya. Nayla hendak menyambut kepulangan Fery. Namun sebelum ia keluar terlebih dahulu men
semalaman Nayla tidak bisa tidur, sungguh yang ia lakukan hanyalah terus menatap ke arah suaminya yang terbaring tidur di atas kasur. Rasanya ia enggan berkedip, enggan melepaskan barang sedikit pun menatap sang suami.Dia tidak tahu, bagaimana caranya agar hubungan mereka bisa kembali utuh atau mungkin, dirinya harus bilang jika pria yang ada di foto itu adalah dokter barunya. Yang menangani pengobatannya tapi Nayla menggeleng, Nayla tidak ingin mengatakan apapun pada suaminya, ia ingin suaminya tahu sendiri siapa sosok yang ada di dalam foto tersebut.Memang, sampai saat ini suaminya terus membencinya. Dia ikhlas, jika seperti itu, artinya suaminya memang benar-benar belum mengenali dirinya namun meskipun demikian rasa cintanya kepada Fery tidak pernah pudar, tidak pernah sirna yang ada malah semakin dalam dan besar saja.Adzan subuh berkumandang, seperti biasa-biasanya ia selalu membangunkan Fery. Karena mereka selalu salat berjamaah bersama. kali ini ia sebenarnya ragu ragu u
kemarin sore Nayla mendapatkan undangan dari dokter Samuel, dokter yang dulu menangani pengobatannya. sebuah undangan yang diberikan kepada Raka lalu disampaikan kepadanya. awalnya Nayla ragu untuk datang ke acara undangan anniversary pernikahan dokter Samuel yang ke 32 tahun itu. merasa tidak enak setidaknya dokter Samuel begitu berjasa untuk pengobatan kankernya ini. Tidak enak pula jika dirinya tidak datang.Lagi-lagi ia terpaksa tidak bisa meminta izin kepada Ferry, karena hubungan mereka sedang tidak baik-baik saja. Hanya saja Nayla memberitahu kepada Bi Sri dan Neti jika dirinya akan ke rumah dokter Samuel untuk menghadiri undangan anniversary pernikahan dokter Samuel."Bi aku pergi dulu ya. Mau ke rumah dokter Samuel ada acara di sana. Enggak datang gak enak karena udah diundang.""Pergi sendiri, Nyah?" tanya Bi Sri saat dirinya melihat taksi di depan."Iya, aku pergi sendiri saja, naik taksi. Enggak apa-apa.""Nyonya kan punya sopir pribadi, masa ke mana-mana harus naik taksi