"Ini fitnah," bantah Ira dengan tegas sambil menatap tajam polisi itu."Dari tadi Ibu selalu bilang fitnah, mana buktinya kalo benar fitnah?" tanya polisi tersebut.Ira langsung mengeluarkan ponselnya menunjukkan sebuah foto dimana dirinya sedang duduk ketakutan dan satu perempuan sedang menodongkan pistol ke arahnya, ya tidak lain wanita itu adalah Indah."Bu Indah," ucap polisi tersebut tidak percaya."Nah, dia sebenarnya dalang di balik semua ini, asal Bapak tau ini fitnah!" lagi-lagi Ira meninggikan suaranya membuat para polisi langsung bimbang."Kalo begitu kami pergi, buang-buang waktu saja," ujar Rea dengan angkuhnya membuat para polisi saling melempar pandangan."Gak bisa Bu, kami akan menghubungi Ibu Indah untuk datang kesini dan selama itu berlangsung kalian harus di penjara dulu," tegas para polisi membuat Ira dan Rea kaget."Saya gak mau, jelas-jelas kami gak salah," bantah Ira, tapi posisi tetap tegas menahan keduanya.***Sore hari, para tamu sudah sepi dan acaranya juga
[Baik nanti malam saya dan istri saya kesana,] balas Bimo lalu ia menoleh melihat Indah."Sayang," panggil Bimo, Indah langsung menoleh sekaligus bingung membuat Bimo terkekeh geli melihat ekspresi istrinya tersebut."Nanti malam kita ke kantor polisi ya," ajak Bimo."Ngapain Mas?" tanya Indah bingung membuat Bimo menghembuskan nafas panjang."Nggak tau, ini polisi yang tadi siang nyuruh kesana kayaknya dua makhluk itu bikin ulah lagi," kesal Bimo."Hus ... gak boleh gitu Mas," ucap Indah."Habisnya gak pernah ada kapoknya," jawab Bimo kesal."Udah gak apa-apa namanya juga lagi cari perhatian sama mantan suami," lanjut Indah membuat Bimo langsung menatap tegas ke arah Indah sedangkan Indah malah acuh.Bimo bangkit dari duduknya lalu mendekati Indah."Ndah," panggil Bimo membuat Indah langsung mendongak."Apa Ma- mffft," belum sempat ia menyelasaikan ucapannya Bimo sudah menyambar bibirnya."Huh ... Mas kamu kenapa ih ngagetin," kesal Indah membuat Bimo langsung memegang kedua tangan I
"Siapa dia ya polisi, cuma gak bisa sesuai peraturan mereka," lanjut Bimo."Bisa Yah, di situ ada David temannya Salman dan kebetulan Romi juga akrab semenjak kejadian kemaren," sanggah Romi membuat Bimo langsung mengangguk."Pergilah, Ayah tidak tega lihat Bunda kamu disana," lanjut Bimo yang dibalas anggukan oleh Romi, ia kembali masuk ke dalam mencari Khanza."Khanza," panggil Romi karena ia tidak melihat istrinya tersebut."Di kamar Fatimah, Kak!" sahut Khanza membuat Romi langsung menuju kamar adiknya.Ceklek! "Kenapa Kak?" tanya Khanza begitu melihat Romi masuk."Kamu nginap disini dulu sama Fatimah ya," ucap Romi membuat Khanza bingung."Kakak mau kemana?" tanya Khanza membuat Romi langsung tersenyum."Kakak ada kerjaan penting dan harus di selesaikan malam ini juga," jawab Romi membuat Khanza mangut-mangut."O iya Bang, lihat Bunda gak?" tanya Fatimah yang sedang asik dengan ponselnya."Bunda nginap di rumah Oma," jawab Romi berbohong ia tidak ingin istri dan adiknya tersebut
"Ada apa, Hem? Aku gak marah sama sekali," jawab Salman menyakinkan Vina. Vina menggaruk tengkuknya sekilas, bingung harus bagaimana mengatakannya. Sedangkan Salman masih terus memperhatikan gerak-gerik istrinya tersebut."Em ... A--aku capek banget Kak, pengen istirahat, Kakak marah gak?" jawab Vina membuat Salman melongo, ia mengira ntah kenapa."Yang bilang malam pertama sekarang siapa Vina? Badanku rasanya udah lelah banget ini, bahkan aku belum kepikiran kesitu," jawab Salman dengan greget membuat Vina langsung menunduk karena malu.Salman yang melihat itu langsung terkekeh lalu menarik Vina ke dalam dekapannya."Menikah itu tidak melulu soal nafsu atau malam pertama, tapi bagaimana kita saling memahami satu sama lain dan saling pengertian Vina," ucap Salman membuat pipi Vina terasa panas, ia benar-benar malu sekarang."Kalo masalah itu kapanpun bisa kita lakukan, tapi balik lagi kita harus lihat situasi dan kondisi juga, udah gak sabar ya." ledek Salman membuat Vina langsung men
"Maaf bukti-bukti yang lain mungkin bisa di terima tunjukkan Pak," ucap Bimo yang sudah bersusah payah mencari semua barang bukti dalam satu malam.Mata Ira langsung melotot melihat pistol yang ia gunakan malam itu ada di meja. Tiba-tiba ia teringat kalo ia lupa membawa pistol tersebut karena terlalu takut saat Romi sudah di larikan ke rumah sakit."Lagi Pak," lanjut Bimo, Ira mulai panas dingin karena Bimo terlihat dendam sekali padanya. Polisi tersebut menunjukkan screenshot percakapan Ira dan Rea, mata Ira kembali melotot melihat hal itu, ia langsung menoleh ke arah Rea seolah-olah meminta penjelasan.Rea tidak menjawab ia hanya mengangguk pertanda itu bener."Kaget darimana saya dapat percakapan ini?" tanya Bimo dengan nada remeh membuat Ira seketika menoleh."Tanya sendiri sama partner kamu ini, semua pesan dan telpon yang tidak ada suara saat kamu ngomel-ngomel itu sudah saya rekam, karena waktu itu ponsel Rea saya yang megang," lanjut Bimo dengan tatapan mautnya.Indah yang me
Disisi lain, Fatimah langsung merasa tidak tenang setelah mendengar ucapan Romi barusan."Kamu kenapa Fatimah?" tanya Vero yang baru saja datang dari toilet."Kak kayaknya aku harus pulang deh," ucap Fatimah membuat Vero kaget."Hah? 'Kan belum makan," ucap Vero tidak percaya dengan ucapan Fatimah."Gak apa-apa Kak, Bang Romi kayaknya marah sama aku, karena ini pertama kalinya aku keluar sama cowok," jawab Fatimah membuat Vero mangut-mangut."Ditambah lagi tadi aku pergi di saat semuanya gak ada di rumah, cuma ada Kak Khanza.Aku kira semuanya baik-baik saja ternyata dugaanku salah, ada masalah ternyata," lanjut Fatimah membuat Vero mengangguk sekilas."Jadi sekarang mau pulang?" tanya Vero, sebenarnya Fatimah merasa tidak enak karena makanan sudah terlanjur di pesan."Ya sudah gini deh, kita makan dulu gak lama sekitar 20 menitan, setelah itu saya antar kamu pulang ke rumah," lanjut Vero karena ia tahu pasti Fatimah bimbang."Ya udah deh Kak," jawab Fatimah menyetujui usul Vero.20 m
"Gak apa-apa 'kan sama istri sendiri, pahala malahan, yang gak boleh itu sama istri orang," jawab Salman lalu mengambil tisu melap bibir istrinya yang belepotan."Udah atau mau di habisin semua kuenya?" tanya Salman."Udah," jawab Vina sambil mengerucutkan bibirnya karena masih kesal dengan kelakuan suaminya tersebut.Salman meletakkan kue diatas meja lalu ia kembali mendekati istrinya dan detik kemudian ia menggendong Vina."A ...! Ih turunin Kak, gak usah di gendong aku berat," teriak Vina karena kaget."Jangan teriak-teriak, orang juga tahu kalo kita pengantin baru," celetuk Salman membuat Vina kesal sekaligus malu."Ngapain gendong-gendong sih, aku bisa jalan sendiri Kak," rengek Vina."Biar romantis," lanjut Salman lalu ia membuka lebarkan pintu kamar dengan kakinya kemudian ia merebahkan Vina di ranjang."Uh ... akhirnya, untung gak jatuh," gumam Vina membuat Salman terkekeh lalu ia kembali berjalan menutup pintu.Saat Vina hendak duduk, Salman terlebih dahulu menindihnya membua
"Romi, Khanza tidur itu," panggil Bimo membuat Romi langsung menoleh kesamping, ia langsung tersenyum lalu mendekati orang tuanya."Bun, tolong ambilin kantong plastik ini," ucap Romi membuat Indah langsung melepaskan kantong plastik tersebut dari tangan Khanza."Bawa istri kamu ke kamar aja, kasian," lanjut Indah yang dibalas anggukan oleh Romi."Gegara Fatimah ini, Khanza sampe capek banget eh dianya malah asik olahraga padahal Khanza gak tau jalan pulang," omel Romi membuat Bimo menaikkan alisnya sebelah."Fatimah belum pulang juga?" tanya Bimo yang dibalas gelengan oleh Romi."Belum, dia masih sok cantik disana," jawab Romi lalu ia masuk membawa Khanza ke dalam."Ada-ada aja ya Mas," ucap Indah yang dibalas anggukan oleh Bimo."Ntahlah, anak cuma dua tapi gak pernah akur," jawab Bimo membuat Indah mangut-mangut."Gimana kalo 3 sampe 5 anak ya, heboh pasti," ucap Indah tanpa sadar membuat Bimo menoleh."Kamu mau nambah anak lagi?" tanya Bimo sambil menggoda."Gak Mas, aku cuma baya