"Baiklah katakan syaratnya, Reiko? Hmm, aku memanggilmu begini saja ya karena kita kan sedang tidak dalam pembicaraan formal," jawab Reyhan kemudian, masih dalam kondisi relax."Hmm, itu lebih baik." Reiko setuju, sebelum membahas ke pembicaraan inti."Sebelum aku bekerja sama, apa boleh aku mengenal dulu siapa saja yang akan menjadi timku? Karena ini sangat penting sekali. Aku harus bekerja sama dengan orang yang bisa diajak bekerja kelompok. Apalagi aku juga harus mempercayai orang-orang yang kau pilih, karena saat ini kondisinya aku tidak membawa siapapun dari BIA.""Tentu saja." Itu adalah permintaan yang masuk akal untuk Reyhan bahkan Hartono juga manggut-manggut setuju."Kita akan membicarakan konsep kerjanya besok, bagaimana?""Ya, itu lebih baik. Karena besok aku juga akan dapat bersama dengan CEO Aurora Corporation.""Bagaimana jika kita meeting di perusahaan Pak Hartono?"Setelah Reiko setuju tawaran ini pun diberikan oleh Reyhan mengingat Reiko adalah keponakan Hartono mun
"Kan lagi makan donat."Reyhan tadi menyeletuk pada Vanessa bukan karena dia tidak mau istrinya makan donat di sampingnya. Tapi mendengar pertanyaan Vanessa seberapa cantik dia di hadapan Reiko ini membuat kepalanya mendidih. Makanya dia mengusir istrinya."Makan donat di dapur saja sana. Aku sudah lapar.""Iya Bang iya. Aku masak dulu di dapur."Lupalah Vanessa pada pertanyaannya tadi ke ReikoSisa Donat di tangannya sudah dimasukkan semua oleh Vanessa ke dalam mulutnya dan dia masih saja memegang kardusnya, tak terlihat ada niat untuk membagi pada siapapun. Membawanya pergi ke dapur."Dia tidak membaginya pada putramu?"Selepas Vanessa pergi rasa penasaran Reiko pun membuat dirinya segera bertanya soal ini"Tidak." Reyhan menolak sambil menggelengkan kepalanya"Terlalu banyak gula di sana. Tidak bagus untuk gigi susunya, makanya aku tidak suka dia makan permen ini," protes Reyhan yang tahu betul kalau Vanessa akan memberikan semua yang manis-manis pada putranya di belakangnya."Ha
"Oh, eh, enggak Vanessa. Aku hanya ingat menu makan malamku tadi malam dan situasi tadi malam itu, sama seperti papamu, Pak lek Hartono."Sebenarnya tidak ada niat juga untuk Reiko menceritakan masalah yang terjadi tadi malam itu.Tapi karena dia sudah ditegur dan ditanya langsung begini tak ada waktu untuknya untuk membuat skenario berbohong."Istrimu memaksakanmu nasi goreng, Reiko?""Iya, Pak lek. Kebetulan aku juga lupa mengecek stok di dapur dan di sana cuma ada bumbu nasi goreng, lalu ayam frozen, sama beras. Itu pun berasnya cuman tinggal sisa dua gelas.""Wah beras di rumah papaku lebih banyak daripada di rumah mas Reiko, ternyata. Masih ada satu tempat penyimpanan beras utuh berasnya. Kayaknya papa udah lama deh enggak masak, ya? Cuma bumbu nasi goreng aja tinggal ada tiga biji," seru Vanessa sambil dia duduk di kursinya di samping Dharma.Pria itu tak peduli dengan keributan apapun dia memilih untuk duduk dan menaruh anaknya d antara dirinya dan istrinya."Hahaha." Dan celet
"Heish. Aku tidak boleh terlambat."Sudah sangat buru-buru sekali Reiko. Dia juga memikirkan perusahaannya.Inilah yang membuat Reiko yang sudah masuk ke dalam mobilnya dan keluar dari lingkungan cluster rumah Hartono, dia langsung menginjak pedal gasnya agak dalam. Reiko tidak mau buang banyak waktu di jalan."Akunya mau cepat tapi jalan ke arah sana bagaimana ini? Lambat sekali. Macet banget."Keluar dari kota wisata Cibubur Reiko langsung menemukan kemacetan yang lumayan padat merayap. Ini juga yang membuat dirinya menggerutu.Ini masih siang hari. Tapi jalanan lumayan padat untuk kecepatan 40 km/jam saja sulit. Menyebalkan sekali untuknya. Jalanan yang hanya selebar itu penuh dengan mobil."Macam mana ini? Apa aku tidak akan telat ini?"Reiko benar-benar tidak bisa berkonsentrasi lagi, yang dipikirkannya hanya rapatnya saja.Harap-harap cemas. Dia tidak pernah se-keteteran seperti sekarang ini. Tapi memang kejadian hari ini lumayan berat untuknya."Untung saja. Hanya lima menit te
"Satu hal yang pasti kamu tidak bisa main rahasia-rahasiaan sama papamu Reiko." Endra belum menjawabnya, tapi dia sudah memicingkan matanya"Dan Papa juga ingin penjelasan darimu. Apa kamu masih memperjuangkan kerjasamamu dengan Aurora Corporation yang sudah ditentang kakekmu?"Endra cukup sabar untuk tidak bicara masalah ini tadi di telepon saat pagi sebelum Reiko pergi ke tempat HartonoDia bisa menunggu sampai mereka memang bertemu muka sehingga tidak ada lagi yang ditutupi baik dari mimik wajah dan Reiko bisa menjelaskan face to face"Hmm." Reiko sebetulnya masih ingin tahu Bagaimana papanya menyiapkan rencana keamanan begitu rapihnya.Tapi sepertinya Endra Adiwijaya tidak akan memberikan informasi itu semudah yang dipikirkan oleh Reiko kalau dia belum melewati semua pertanyaan dari papanya."Ini demi karirku Papa. Jadi aku mohon padamu jangan campuri dulu urusan yang satu ini.""Aurora Corps mencari tahu tentang dirimu dan Brigita. Mencari tahu tentang keluarga kita juga aku ras
"Jangan khawatir. Aku sudah mengurus itu semua. Lagi pula apartemen itu bukan atas nama kakekmu jadi kamu tidak perlu khawatir."Inilah salah satu kelemahan dari Adiwijaya. Tanah dan bangunan apartemen itu tidak ada hubungannya dengan Adiwijaya setelah dibalik nama ke nama Reiko, sebagai hadiah ulang tahunnya dari Adiwijaya.Karena itu Reiko memang memiliki ruangan yang paling luas di penthouse. Dua lantai sekaligus itu adalah pribadi miliknya.Dan apartemen itu saat ini memang masih diurus oleh papanya karena Reiko belum memutuskan untuk mengurus manajemennya sendiri. "Jadi Papa sudah membuat semuanya aman dari kakek?”"Aku sudah mengurusnya lebih dulu. Karena aku yakin dari awal dia menolak hubunganmu dengan Brigita karena kau pasti masih membawa wanita itu ke apartemen. Aku tahu apa yang harus aku lakukan. Dan Lesmana tidak bisa menembus ini. Aku benar-benar menjaga tempat tinggalmu."Tentu saja Reiko bersyukur dengan apa yang dikatakan papa-nya ini.Pria itu memang menjaga anakny
"Bagaimana kamu bisa yakin akan mendapatkan itu dari Hartono?"Sebelum menjawab lagi-lagi Reiko tersenyum"Dia mengatakannya sendiri padaku kalau dia memang tidak tertarik Papa. Dia tidak berpura-pura padaku. Dia tidak menginginkan harta itu meskipun dia adalah darah daging Adiwijaya.""Apa kamu yakin menantunya juga tidak akan menggugat ini?""Pria itu lagi." Reiko membubuhkan kembali senyum di bibirnya sambil menggelengkan kepala"Dia sama sekali tidak punya ketertarikan soal ini Papa.""Kamu jangan tertipu Reiko.""Aku bisa menjamin. Semua yang Papa inginkan itu bisa jadi milik Papa. Dia tidak sama sekali menginginkannya dan kalaupun kakek memberikan kepadanya dia akan mengembalikan kepada Papa."Tadinya Endra Adiwijaya terlihat sangat tegang sekali saat membicarakan ini dengan anaknya. Tapi mendengar penjelasan dari Reiko dia sedikit cooling down."Baiklah anggap saja aku percaya padamu."Agak lega hati Reiko ketika mendengar ini dan dia pun tersenyum"Tapi berjanjilah ini adalah
"Dia pikir sikapnya itu bisa membuat aku memikirkan bahwa dia adalah orang yang baik begitu?"Sesaat ketika Reiko sudah meninggalkan dapur pagi tadi, Aida justru malah mencibir sambil berbisik lirih seperti itu. Matanya kini menatap ke arah talenan kayu di mana tadi Aida menyiapkan sandwich beralaskan talenan itu. "Ah, rapikan ini sajalah, jadi aku tidak perlu melihat mereka kalau mereka nanti berangkat. Pekerjaan pertama sudah selesai dan tak ada lagi yang harus aku lakukan. Jadi sekarang, aku bisa santai-santai di kamar. Hehehe."Tak buang waktu. Semua itu diselesaikan oleh Aida kurang dari sepuluh menit sehingga dengan cepat dia bisa melesat ke dalam comfort room-nya dan mulai men-scroll handphone, berselancar di media sosial.Tak ada kegiatan pagi itu. Jadi sudah paling benar kalau dirinya mengecek-ngecek media sosial. Karena memang tak ada lagi yang bisa Aida lakukan.Gabut tak tahu ingin melakukan apa sampai akhirnya Aida ketiduran sendiri karena bosan."Ya ampun sudah hampir