"Tidak Kak, tidak perlu melakukan apapun untukku," ucap Zoya dengan suara yang terdengar lirih."Aku matikan teleponnya," ucap Zoya lagi, lalu setelahnya dia benar-benar memutus sambungan telepon tersebut tanpa menunggu tanggapan apapun dari Prisila lebih dulu.Zoya tidak tahu, bahwa untuk menjawab panggilan telepon darinya Prisila sampai lagi-lagi menghentikan mobilnya di tepi jalan. Takut jika ada hal penting yang ingin Zoya katakan.Tapi sekarang balasannya justru hanya sebuah panggilan telepon yang terkesan dingin.Namun kini Prisila tidak merasa tersinggung sedikit pun, mereka memang butuh waktu untuk memperbaiki semuanya. Prisila sangat sadar diri, selama ini dialah yang acuh, dialah yang dingin bahkan dialah yang selalu mencela.Huh! Prisila membuang nafasnya secara perlahan, lalu kembali melajukan mobilnya tersebut menuju rumah sakit.**Di tempat lain, Sofia tentu makin terkejut mendengar ucapan Zoya, kini dia ingin melawan namun langsung sadar bahwa lawannya adalah keluarga
"Al," panggil Adeline dengan suaranya yang terdengar lirih. Ini juga adalah pertemuan pertama mereka setelah waktu berlalu lama, setelah Aland memutuskan untuk mencari anak dan istrinya mereka tidak pernah lagi bertemu.Tapi Adeline selalu berada di tempat yang sama, dia menunggu untuk Aland kembali. Dan kini dia sungguh butuh penjelasan, sayangnya Aland tidak bersedia menemuinya secara pribadi, jadi terpaksa dia menunjukkan diri dengan cara seperti ini.Di tempat itu keadaan cukup ramai tapi bagi Adeline di dunia ini seolah hanya ada dia dan Aland, dari sorot matanya sudah mengabarkan semua yang ada di dalam hati. Tentang rindu dan juga banyak pertanyaan.Dan Zoya yang melihat Adeline ada dihadapannya, dia jadi kembali diselimuti dengan perasaan tidak percaya diri. Baginya selama ini Adeline adalah wanita yang sempurna, satu-satunya wanita yang memang pantas bersanding dengan Aland.Siapalah dia jika dibandingkan dengan Adeline? Tidak ada apa-apanya, kini Zoya bahkan coba melepaskan
Tok tok tok!Suara ketukan pintu itu akhirnya menghentikan perdebatan diantara Aland dan Zoya, keduanya kompak menatap ke arah pintu penasaran siapa yang datang malam-malam begini.Aland bergerak lebih dulu untuk membuka pintu tersebut, sementara Zoya malah langsung pilih untuk duduk di pinggir ranjang."Kak," ucap Aland ketika melihat sang kakak berdiri di depan pintu. Ada beberapa hal yang ingin disampaikan oleh Prisila, karena itulah dia datang kemari."Boleh aku masuk sebentar?" tanya Prisila dan Aland pun langsung membuka pintu lebar-lebar, mempersilahkan sang kakak untuk segera masuk.Aland dan Prisila lantas pilih untuk duduk di sofa yang ada di dalam kamar tersebut, Zoya sebenarnya enggan untuk ikut bergabung tapi Aland justru memanggilnya, hingga kini akhirnya mereka bertiga duduk bersama."Aku dan Erile sudah menemukan WO untuk pernikahan kalian berdua. Mereka juga sudah memberikan beberapa konsep yang bisa kalian pilih, ingin lihat atau kalian punya konsep sendiri?" tanya k
Percuma saja Zoya berteriak di dalam hati menolak semua ini, karena pada akhirnya kini dia pun berdiri tepat di hadapan Aland. "Tuan Aland," sapa dokter Kania seraya menundukkan kepalanya memberi hormat."Kenapa kamu bisa ada di sini? Mana sopirku?" tanya Zoya langsung, dia lihat mobil sang supir sudah tidak terparkir di tempat tadi, mendadak hilang entah kemana. "Karena aku datang jadi dia ku minta pulang," jawab Aland dengan santainya, Aland juga langsung menarik Zoya agar sang istri berada di sampingnya, bukan di samping dokter Kania. "Pertemuan kalian sudah selesai?" tanya Aland kemudian, pertanyaan yang ditujukan oleh kedua wanita itu. Zoya ingin menjawab belum tapi ternyata dia kalah cepat dengan dokter Kania, "Sudah Tuan, hari ini aku sudah memiliki janji temu dengan beberapa pasien jadi tidak bisa berlama-lama," ucap Dokter Kania, "Kami akan mengatur jadwal untuk bertemu lagi," timpalnya kemudian.Dan pada akhirnya Zoya hanya mampu membuang nafasnya dengan kasar. Saat itu
Setelah Zoya dan Erile pergi, kini di dalam ruangan itu hanya terasa sepi. Adeline menatap lurus ke arah Aland, coba untuk bicara dari tatapan tersebut, banyak yang ingin Adeline sampaikan tentang isi hatinya, tentang dia yang masih sangat cinta.Tapi Aland justru sebaliknya, pria itu malah menatap dengan biasa, bahkan dengan cepat memutus tatapan mereka. Seolah tidak ada yang spesial di antara keduanya."Duduklah," kata Aland, menawarkan Adeline untuk duduk di sofa sana.Adeline melihat dengan jelas saat pria yang sangat dia cintai itu mengambil gelas minum milik Zoya, lalu dipindahkannya ke atas meja kerja. Sebuah pergerakan kecil tapi sangat melukai hatinya. Perhatian yang selama ini begitu dia rindukan.Adeline hanya bisa merasakan sesak itu sendiri, dengan perlahan dia melangkahkan kakinya dan duduk di sana.Aland juga mengikuti, dia pilih untuk duduk tepat di hadapan Adeline."Kenapa kamu mengingkari janji kita Al? Apa sebegitu tidak berharganya aku bagi kamu?" tanya Adeline Lan
Zoya membuang nafasnya dengan kasar, dia belum mengambil tindakan apapun tentang Adeline, tapi ternyata Aland sudah mengetahui rencananya."Kenapa wajahmu terlihat marah seperti itu? harusnya kamu senang karena sekarang aku merestui kalian kembali," ucap Zoya.Aland tidak menjawabi lagi ucapan Zoya, karena seketika amarah langsung mendidih di dalam kepalanya. Jika dia bersuara hanya akan ada bentakan, jadi Aland pilih diam. Dia terus mengemudi bahkan mulai menambahkan kecepatan mobilnya. Tapi tempat yang dia tuju bukanlah rumah, melainkan apartemen yang sudah mereka tinggalkan beberapa waktu lalu."Kenapa kita datang ke sini?" tanya Zoya bingung."Ada yang ingin aku ambil," jawab Aland, dia menarik Zoya untuk mengikuti langkahnya. Tiba di dalam apartemen itu Aland pun menguncinya dan mendorong Zoya hingga jatuh di sofa.Bugh! Zoya yang terkejut berteriak kecil, dan makin gusar ketika melihat Aland kini menatapnya dengan tatapan tajam.Zoya tau tatapan itu adalah tatapan marah."Apa ya
Sore hari sekitar jam 5 akhirnya Aland dan Zoya pulang ke rumah, pulang dengan kedua tangan yang saling menggenggam erat dan berhasil membuat Oma Emma menatap lebih lekat ke arah keduanya.Biasanya hanya Aland yang nampak menggenggam, tapi kali ini dilihatnya jelas jika Zoya membalas.Ada hawa yang berbeda kali ini, seolah Zoya mulai menerima sang anak. Tapi Oma Emma tidak ingin bertanya lebih, takut justru pertanyaannya kelak membuat Zoya jadi merasa tidak nyaman. Jadi Oma Emma pilih untuk pura-pura tidak tahu. Dia menatap ke arah lain menghindari kedekatan diantara anak dan menantunya tersebut. Tapi percayalah, di dalam hatinya Oma Emma merasa begitu bahagia ketika melihat keduanya Jadi terlihat dekat seperti ini. Bahkan wajah Zoya tak nampak ketus seperti biasanya."Oma, kami akan langsung naik ke atas. Dimana Austin?" tanya Aland, mereka bertemu dengan oma Emma di ruang tengah. "Austin masih mengambil Ice cream di dapur, kalian naiklah. Nanti Oma yang akan mengatakan pada Austi
"Aku mau disuapi," ucap Austin.Oma Emma langsung membuka ice cream yang tadi sudah diambil oleh cucunya tersebut. "Disuapi Oma atau Mama?" tanya Oma Emma pula."Oma saja," sahut Zoya tiba-tiba, meski rasanya canggung sekali untuk bicara tapi dia tetap buka suara. Jika bukan dia yang memulai lebih dulu untuk memperbaiki hubungan ini maka oma Emma akan terus merasa bahwa dia belum memaafkan."Baiklah, kalau begitu biar Oma yang menyuapi cucu tampan Oma ini," jawab Oma Emma dengan antusias, dan Austin pun mengangguk antusias juga.Rasa manis ice cream itu membuat Austin bahagia. Austin juga meminta sang nenek untuk menyuapi mamanya, ingin mama Zoya juga rasakan ice cream yang sangat enak itu.Oma Emma tentu sangat ragu untuk menawarkannya kepada Zoya, tapi kemudian Zoya justru membuka mulutnya minta disuap."A," ucap Zoya.Dan melihat sikap Zoya yang seperti ini justru membuat Oma Emma merasa terharu sendiri. Kedua matanya sampai berkaca-kaca, dia lantas menyuapi ice cream tersebut