Gems nya dong teman-teman 😍😍😍
Kali bukan hanya suara, tapi Elisa merasakan ada yang menarik-narik di ujung rambutnya. Tangan yang masih ia gengam pun terasa bergerak perlahan. Elisa memutuskan untuk mendongak. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali. Dan pandangan pertama kali yang ia lihat adalah ... "Ka–k!!" Ia seperti mimpi saat menatap wajah itu dengan mata yang terbuka. Sampai-sampai Elisa mencubit pipinya sendiri untuk memastikan apa yang di lihatnya memanglah nyata. "Kak ka–mu ...?" Bahkan untuk melanjutkan ucapannya saja Elisa tidak sanggup. Suaranya seakan tercekat sampai di tenggorokan saja. Hanya cairan bening yang perlahan menetes dari kedua sudut mata. "Jangan menangis." Suara itu semakin meyakinkan Elisa bahwa ini bukanlah mimpi. Tangan Roy terulur mengusapnya perlahan. Elisa segera menghambur kepelukan lelaki itu. Menumpahkan segala kerinduan yang sudah sejak lama ia pendam. "Aku tidak mimpi, kan?" Elisa berbisik sekali lagi. Seakan masih belum percaya dengan apa yang di alaminya saat ini. Elisa
Elisa seperti orang kesetanan. Di ruangan milik suaminya, wanita itu menangis dan menjerit sejadinya hingga mengundang banyak perhatian orang yang tinggal di sebelahnya. 'Hei ... wanita itu kenapa?' 'Apa mungkin suaminya ... Oh Ya Tuhan ...' 'Iya dia kenapa sih! Pagi-pagi sudah membuat keributan?' Beberapa orang yang mendengar langsung mendekat dan melihat kegaduhan di kamar rawat Roy. Dan ternyata istri dari lelaki itu yang menjadi sumbernya. "Elisa ...!!!" teriakan keras Alex sukse membuat tangis wanita itu berhenti seketika. Elisa membuka kedua kelopak matanya dan mengerjap berulang kali. "Alex ..!!" Wanita itu memekik lagi. Elisa menabrakkan tubuhnya ke arah lelaki itu, hingga sang pemilik gelagapan karena di saksikan banyak sekali pasang mata yang melihatnya. "Hei, apa yang kau lakukan?" Ia menarik diri cepat. Dan di lihatnya wajah wanita itu sembab serta rambut yang berantakan. "Lex, Kak Roy ..." Elisa kembali menangis di pelukan lelaki itu. Alex masih kebingungan sendir
Riska sangat terkejut mengetahui pria yang ada di depannya itu ternyata memiliki sebuah rekaman video tentang dirinya. Dan lebih herannya lagi dalam video itu hanya ia lah yang terlihat jelas. Sedangkan pemeran pria hanya terlihat dari arah samping atau bagian belakang saja. Tak habis pikir, bagaimana Erick bisa melakukan semuanya tanpa ia tahu.Riska mengeram kesal. Untung saja ia cerdik, jadi kali ini erick lah yang berhasil ia bodohi. Riska mengikuti saja permainan pria itu untuk mengikutinya ke hotel. Dan setelah sampai di sana tanpa sepengetahuan Erick, Riska menaburkan obat tidur ke dalam minuman yang langsung ia suguhkan pada pria itu. Dengan dalih agar permainan yang akan mereka lakukan semakin bergairah, Erick dengan gampangnya menenggak minuman yang di berikan Riska tanpa curiga sedikitpun. Alhasil, sekarang Erick terlelap di atas ranjang yang seharusnya menjadi tempat pergulatan mereka. Riska melirik ke samping, mendapati Erick masih pulas di bawah pengaruh obat yang ia be
Airin tersenyum sangat puas setelah berhasil mengadakan pembalasan untuk Riska. Apalagi dirinya berhasil menghindari tangan Riska yang hendak menamparnya tadi. Riska sudah sangat emosi hingga tiba-tiba ia melangkah mendekat dan melayangkan tangannya ke arah wajah Airin. Namun, tak cukup sulit untuk Airin menghindar, selain ia sudah menyiapkan diri, Airin juga sedikit bisa ilmu bela diri, jadi sebelum tangan Riska berhasil menyentuhnya ia sudah lebih dulu mencekal dan menghempas tangan perempuan itu dengan keras. "Kau ...!!" Riska hanya bisa mengeram kesal sembari menghujami tatapan tajam ke arahnya. Sepertinya perempuan itu harus berpikir lagi jika ingin membuat keributan dengan wanita di depannya ini. "Apa! Kau ingin mengajakku berkelahi di sini?" Airin malah terdengar menantanganya. Meski perutnya sudah terlihat membuncit, tapi ia yakin masih bisa melawan Riska jika perempuan itu macam-macam. "Untuk apa aku meladeni wanita sepertimu! Dasar, tidak waras!" Tidak kehilangan akal, R
Berita mengenai sadarnya Roy menjadi kabar yang paling menggembirakan bagi semua orang. Seluruh keluarga besar Elisa dan Alex, serta orang-orang yang mengenal Roy juga menyambut kabar itu dengan penuh suka cita.Tak terkecuali dengan Bu Lasmi, baginya sadarnya sang putra merupakan sebuah keajaiban yang selalu ia nantikan. Bagaimana setiap waktu ia selalu berdoa pada Sang Pencipta Kehidupan untuk memberikan kesembuhan pada putranya itu, dan akhirnya semua doa-doanya terjawab dengan kembalinya Roy ke tengah keluarganya. Hari ini perempuan paruh baya itu terus memaksa untuk mengunjungi putra tercintanya di rumah sakit. Meski berulangkali sang suami menahannya dengan alasan tidak ingin melihatnya terluka, Bu Lasmi tetap memaksakan diri untuk datang. Bahkan sebelum berangkat ke rumah sakit ia sudah menyiapkan makanan apa saja yang menjadi kesukaan putranya itu."Bu ..." Papa Wahyu menepuk pundak istrinya yang terlihat tengah melamun. Padahal kedua tangan perempuan itu tengah sibuk memasukk
Bu Lasmi langsung mencegah Elisa yang hendak berbicara jujur dengan cara menggelengkan kepalanya. Baginya memang sudah menjadi kewajiban setiap orang tua berkorban untuk anaknya sendiri. Jika saja rasa sakit yang Roy rasakan bisa di gantikan, pasti dengan senang hati ia akan melakukannya."Tapi, Bu ....?"Perempuan itu menggeleng lagi. Ia tidak ingin Roy semakin membencinya. Anggap saja yang ia lakukan semata untuk menebus dosanya selama ini."Ibu pamit, El. Semoga suamimu cepat sembuh." Bu Lasmi akhirnya memutuskan untuk pulang. Papa Wahyu yang ada di belakangnya dengan sigap mendorong kursi roda itu berbalik arah."Papa juga pulang dulu, Nak." Menatap pada keduanya. Selanjutnya dua orang tadi terlihat mengayun langkah menuju pintu dan menghilang di balik sana.Elisa hanya bisa menatap dengan wajah sedih. Mungkin jika tadi Bu Lasmi tidak mencegahnya, Roy pasti sudah mendengar kebenaran yang selama ini mereka simpan."Kak ...!" Elisa merengut, ia meletakkan rantang berisikan makanan t
Seorang lelaki mengeram kesal mendapati ia baru saja terbangun dengan keadaan tubuh polos tanpa sehelai benangpun. Erick, ya lelaki muda itu menatap sekeliling kamar hotel yang baru beberapa menit yang lalu ia sewa bersama Riska, wanita cantik yang harusnya sekarang tengah menghabiskan waktu berdua bersamanya.Namun, kenyataannya wanita itu telah pergi entah kemana setelah berhasil membodohinya. Erick sadar sebelum dirinya jatuh pingsan, Riska sempat menawarkan minuman dengan alasan agar permainan mereka semakin bergairah.Erick tidak pernah menyangka, jika ternyata Riska telah memasukkan sesuatu ke dalam minuman itu hingga akhirnya ia tertidur dan tak sadarkan diri. Dan saat ia terbangun, Erick hanya melihat tubuhnya sendiri yang polos serta semua pakaiannya yang sudah tercecer di lantai. Dengan cepat ia mencari tas hitam miliknya, dan lagi-lagi kedua matanya memicing ke arah tas tersebut yang isinya sudah terlihat berantakan. Bahkan ponsel miliknya pun sudah tergeletak begitu saja
Semenjak mendapat penolakan dari Roy saat di rumah sakit waktu itu, kesehatan Bu Lasmi benar-benar menurun. Ia jadi sering mengurung diri di dalam kamar. Sampai untuk urusan makan, Papa Wahyu harus membujuknya berkali-kali, barulah sang istri mau membuka mulutnya dan menelan makanan yang ia siapkan. Itu pun hanya beberapa suap saja, setelah itu Bu Lasmi akan menolak apapun makanan yang suaminya coba tawarkan. Hal ini membuat semuanya ikut merasa sedih, terutama Alex. Lelaki itu sampai meminta ijin pada Arya karena tidak bisa bekerja seperti biasanya. Alex memilih pulang lebih awal dan memfokuskan diri untuk membantu merawat ibunya sampai ibunya kembali sehat. Meski ada Airin di rumah, tapi ia tidak tega jika harus memaksa istrinya untuk merawatnya, mengingat saat ini Airin tengah hamil muda dan seringkali mengalami mual. Beruntung akhir-akhir ini pekerjaan tidak terlalu menumpuk, jadi Alex tidak merasa bersalah saat harus meninggalkan jam kantor lebih cepat. Sudah seminggu ini Alex