Share

Bab 28 Merayu untuk Kembali

Malam semakin larut namun mataku tak juga hendak terpejam. Hujan diiringi suara petir menjadi penghias malam yang terasa sangat panjang. Air hujan yang menetes deras ibarat bumi yang turut menangis meratapi nasib buruk keluargaku. Dan untuk pertama kali dalam era dewasa aku menitikkan air mata.

Mataku basah menyaksikan Ibu sedang terbaring lemah tak berdaya, luka di sela-sela jemarinya akibat alergi semakin menganga. Ditambah lagi penyakit diabetes yang ia derita, membuat kubangan luka itu enggan mengering.

"Sudah diminum obatnya, Bu?" ucapku pelan, ku putuskan untuk menemani Ibu di kamarnya malam ini.

"Sudah, tapi reaksinya tidak terasa." Ibu ingin menggaruk luka di tangannya tapi berhasil kucegah.

Obat yang biasa dibeli Firda habis, sebagai gantinya aku membeli obat dengan merk lain yang harganya lebih terjangkau. Fungsinya sama, namun kata Ibu gatal di tangannya tak berkurang. Mungkin karena tubuhnya sudah terbiasa mengkonsumsi obat- obatan mahal.

Aku menghela napas berat, dari
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status