Tentu saja setelah mencoba untuk bersikap semaunya, Ardan lebih suka berada di luar daripada di dalam rumah. Syukurlah! Batin Mimi selalu saja gelisah jika ada Ardan di rumah. Gelisah karena semakin ke sini sikap Ardan semakin tidak bisa menghargainya.Ting![Undangan online aja. Awas, kalau enggak datang!] Santi.Mimi tentu saja ingat. Tiga minggu yang lalu Santi pernah bilang akan menikahi seorang bos yang tentunya juga pengusaha kosmetik yang sedang dia geluti bisnisnya. Tentu Mimi akan datang. Meski dengan baju seadanya dan kondangan sepunyanya.Dalam tiga minggu ini, Mimi sudah bisa membuka toko online lewat ponselnya. Meski hp sering hang, tetapi masih bisa diajak kerjasama dengan pemiliknya. Meski begitu, Mimi tetap bersyukur. Setidaknya, ada banyak orderan yang masuk lewat 3 olshop yang baru dia buat setelah Santi mengajarinya.[Okeh. Disuruh jadi glidignya gak nih?] Mimi..[Kalau lo bolak balik di tempat gue, jadi glidig nanti.] Santi[Itu mah, gladag glidig ora genah. Hahaha
Di sekolah, Mimi baru tahu kalau banyak Ibu-ibu yang juga ikut mengantar anaknya. Mereka merumpi dan hahahihi menggunjing tetangga-tetangga atau orang yang dianggap musuh musuh mereka menjadi bahan gunjingan.“Tahu nggak, Bu? Kemarin itu, Bu Darmo ngamuk di depan rumah istri keduanya suaminya.” Ibu berbaju oren mulai asik membuat bahan gosip.“Oh ya?” Ibu berbaju merah semakin penasaran.“Alah! Gimana nggak ngamuk. Dua bulan nggak mau disentuh, pulang seminggu sekali, uang gaji diembat bini kedua hampir separuhnya, ya ngamuk. Kalau aku jadi Bu Darmo, tak potong anunya suami. Enak aja. Anak sudah 4, laki menikah lagi dengan alasan istri tidak cantik lagi. Nggak setia aja masih dipertahankan. Ogah kalau aku jadi dia!” gunjing Ibu berbaju putih.Mimi menyimak saja. Dia anggota baru Ibu-Ibu yang mengikuti acara mengantar anak sekolahnya. Setelah Laila masuk, Mimi pun punya inisiatif untuk masuk ke celah mereka. Mimi pulang ke rumah, lalu mengambil starter kit yang digunakan untuk mencari
.Mimi kini merasa punya style baru. Dia benar-benar akan fokus untuk dirinya sendiri dan anaknya tanpa harus memikirkan Apakah hidupnya menjadi beban Ardan atau tidak. Hingga Ardan sering mendapati istrinya kini malas melakukan apapun pekerjaan di rumahnya."Mimi! Ini kenapa belum ada makanan untuk sarapan?" tanya Ardan."Mimi belum masak!" jawab Mimi malas. Dia memang sengaja tidak memasak karena Ardan belum memberikan uang gajinya dan masih tetap menyembunyikan mengenai hubungannya dengan Mita yang sebenarnya sudah ia ketahui. Beberapa hari sudah berlalu dan sikap Ardan masih tetap sama. Sehingga membuat Mimi memutuskan untuk bersikap cuek dan tidak mau memikirkan pekerjaan yang menurutnya sama sekali tidak begitu penting untuk dilakukan.Mimi lebih memilih untuk membersihkan rumah Jika dia ingin, dan mencuci pakaian Jika ia juga berkenan. Kadang dua hari sekali atau paling lama 4 hari itupun jika Laila sudah kehabisan baju di lemari. Sengaja dia bermalas-malasan untuk menggugah pi
Mimi membuatkan satu cangkir kopi Setelah Ardan selesai membersihkan gudang. Hal ini sengaja Mimi lakukan hanya untuk memberikan apresiasi dan memberi contoh bagaimana mengungkapkan rasa Terima kasih dengan segala kebaikan yang sudah diberikan."Tumben?" tanya Ardan."Kenapa? Nggak suka? Atau nggak mau? Atau gengsi?" cecar Mimi."Bukan begitu. Tumben banget pengertian. Biasanya juga kalau suruh dibikinin kopi malah suruh bikin sendiri.""Sikap istri itu tergantung Bagaimana sikap suami. Jadi, kalau mau dilayani bak raja maka harus memperlakukan istri seperti bak permaisuri. Jangan hanya mau menang sendiri dan tidak mau melihat kesusahan istri. Itu namanya egois dan tidak tahu diri. Dinikahi itu bukan untuk dijadikan pembantu atau babu gratisan. Ingat itu!" seru Mimi."Cerewet!" Gerutu Ardan ketika Mimi sudah meninggalkan tempat tetapi Mimi masih sedikit mendengarnya."Ma, kapan kita ke rumah uti?" tanya Laila."Laila mau main ke rumah uti?""Iya. Boleh?""Nanti diantar sama papa ya. M
“Kenapa tuh muka? Suntuk amat?” tanya Meli saat mendapati Ardan ke rumahnya dengan wajah yang ditekuk.“Bete. Main yuk!” ajak Ardan.“Main ke mana? Ini udah siang juga.”Meli memang sangat suka berjalan-jalan dan liburan. Tak jarang dia meminta Ardhan untuk menemuinya dan menjadi supir pribadinya. “Ke wisata pemandian air panas aja. Enak kayaknya,” ucap Meli dengan semangat.“Ya. Kayaknya bagus itu.” Ardan pun menyetujui. “Tapi aku nggak bawa duit,” keluhnya sambil tersenyum seperti biasanya.“Nggak usah bingung, kan ada Meli si asisten tajinya Bos yang baik hati dan mudah tergoda sama suami orang yang oonnya tak terkira,” ejek Meli sambil mencubit lengan Ardan manja. Meli memang memiliki perasaan pada Ardan. Kedekatan dalam menjadi partner kerja membuat semuanya mudah. Terlebih, Ardan sangat mau diajak ajak untuk pergi ke manampun. Dimintai tolong kapanpun dia juga siaga. “Suami kamu lama nggak di luar negeri?”“Lumayan. Kenapa? Mau Backstreet?” tawar Meli mencoba memancing hasra
..Hari ini adalah hari resepsi pernikahan Santi dan suaminya yang merupakan pengusaha dan bos kosmetik yang sedang ia pasarkan. Dia sudah meminta bantuan Tika untuk menyulap dirinya agar bisa lebih pantas untuk menghadiri pesta yang bisa dibilang mewah itu. Pagi buta dia datangi rumah Tika bersama dengan Laila tanpa izin dari suaminya karena masih tidur."Mama cantik," celetuk Laila."Sebenarnya kamu memang cantik, Mi. Sayang …""Apa?""Sayangnya kamu memilih nikah muda. Coba kalau kamu matengan dikit," cibir Tika."Mangga kali, matengan.""Lah iya. Susahnya orang yang nikah muda itu begini. Udah punya anak merasa masih ABG dan unyu-unyu. Coba aja kamu bercermin pada wajah kamu sendiri. Emang di luaran sana orang percaya kalau kamu udah punya anak?" tanya Tika seraya terkekeh."Kalau disangka muda mah itu bukan susah, tetapi berkah. Eh, Siapa tahu bisa dapat berondong lagi. Hahaha.""Ngaco!" jawab Tika yang tentunya belum tahu skandal apa yang sedang terjadi dengan Ardan suaminya.Mi
Mereka sudah sampai di gedung hotel yang sangat tinggi di kawasan dekat laut itu. Hotel yang baru berdiri beberapa tahun yang lalu sekarang ramai dikunjungi karena hotel yang dulunya tidak begitu bagus, kini sudah dibangun seperti sebuah apartemen tinggi. Hotel dengan fasilitas lengkap dan pemandangan laut yang sangat indah itu, membuat daya tarik tersendiri bagi para pelancong yang ingin menginap di sana.Begitu mereka turun dari mobil, mereka sudah diarahkan menuju gedung yang dijadikan tempat resepsi. Mimi kagum karena tempatnya begitu mewah dan indah.Dug!Mimi menabrak seseorang yang ada di depannya karena fokus melihat indah dekorasi pesta yang sangat mewah itu."Maaf, ucap Mimi." Dia membungkukkan badan untuk meminta maaf dan lelaki itu sama sekali tidak merespon lalu pergi begitu saja."Dasar lelaki aneh," umpat Mimi dalam hati."Ma, tempatnya bagus banget kayak istana," ucap Laila yang sama heran dan tak jemput dengan tempat yang digunakan Santi."Iya, Sayang. Tika, kita lang
"Nih, anakmu!" Lirih Ardan, lalu kembali mendekat ke arah Meli yang masih menunggunya di tempat mereka tadi berdiri.Mimi dan Tika melongo. Bisa bisanya Ardan tidak mau mengakui keberadaan anak dan istrinya sendiri dan Justru malah memilih untuk wanita lain. "Mi, itu beneran suami kamu?" Tanya Tika tidak percaya."Iya. Dari tampangnya si suami aku, tapi kelakuannya bukan," jawab Mimi sekenanya. Dia paham situasi bahwa suaminya itu pasti malu melihat dirinya ada di pesta mewah seperti ini. Bahkan, untuk sekedar menyapa saja dia tidak berkenan apalagi mengakui sebagai bagian dari keluarganya sendiri."Fix, kalau suami kamu modelnya seperti ini sih, aku setuju kalau kamu tukar tambah sama suami yang lebih oke. Bisa-bisanya dia tidak mengenal istrinya sendiri dan malah memberikan sikap tak peduli pada anak istrinya. Kampret benar!" sungut Tika.Mimi tersenyum mendengar omelan sahabatnya yang merasa kesal sendiri dengan perilaku Ardan. Mimi memang kesal tapi dia memang sudah tahu hubunga