Bab 39 - Di mana KamuAku beranjak ke luar kamar menuju ke balkon setelah berpakaian, lalu duduk di sana menikmati sejuknya angin malam yang menerpa tubuhku. Begitu sejuk dan dingin membuat otakku sedikit ringan. "Kamu melakukan apa?" tanya Bela tiba-tiba hadir di sampingku. Aku terperanjat dengan kehadirannya yang tiba-tiba. Dia berdiri hanya memakai selimut saja. Bahunya terbuka sehingga aku bisa melihat jejak yang kutinggalkan tadi. Aku menunduk, merasa malu dengan apa yang sudah kuperbuat. "Ma-maafkan aku, aku khilaf. Aku ...." ucapku terbata dan terputus karena Bela memotongnya. "Tak apa, aku juga menginginkannya," ucapnya dengan nada datar. Pandangan mata kami bertemu, aku bisa melihat ada sorot sedih dan kecewa di sana. Apa di masih sedih karena melihat kedekatan ku dengan Nadine siang tadi. "Maksud kamu apa, Bela?" tanyaku lagi ingin tahu isi hatinya yang sebenarnya. "Tidak ada maksud apa-apa? Aku hanya ingin tahu, dengan kejadian tadi. Apa yang selanjutnya terjadi pa
Bab 40 Bela Kabur"Bela pergi diam-diam, apa kamu sudah periksa barang-barang kamu, Leon. Jangan-jangan sudah dibawanya pergi."Mama tiri ku terus saja mengoceh membuat kepalaku bertambah pusing. Apa dia tak ad perasaan simpati sedikitpun pada diriku?"Leon, kamu harus telpon ....""Mama, stop! Please, aku sedang berpikir. Jangan membuat pikiranku semakin galau!" teriakku saking kesalnya. Aku tak peduli dengan protesnya. Aku semakin pusing jadinya."Bela, kenapa kamu pergi setelah memberi kenangan indah padaku?" keluhku dalam hati. Karena tak ada lagi yang bisa kulakukan, aku pergi ke kantor karena hari sudah siang. Walau bagaimana pun aku harus bekerja profesional. Banyak rapat dan meeting penting yang harus aku hadiri hari ini.Soal kepergian Bela, aku sudah meminta tolong seorang temanku untuk mencarinya. Paling tidak tahu informasi di mana dia sekarang. Sayangnya tak ada satu pun info yang kudapat tentang keberadaan Bela. Dia mengulang bagai ditelan bumi. Istri Bang Ramon pun t
Bab 41 - Mirip DiaSampai di suatu perempatan, aku bingung harus berbelok ke mana. Terpaksa aku menghidupkan GPS dan bertanya arah ke kantorku. Ternyata pengetahuanku tentang jalan-jalan di ibukota sangat payah. Untung saja ada aplikasi yang bisa membantuku agar tak tersesat. Akhirnya aku tiba di kantor, langsung saja aku bersiap untuk rapat dengan dewan redaksi. Namun, di parkiran kantor aku bertemu dengan seseirang yang sepertinya aku kenal. Ya, aku tak mungkin salah mengenali orang yang akan masuk ke dalam mobilnya itu. Dia Jefri teman satu kampusku, aku cukup mengenalnya dulu. Karena dia adalah seorang aktifis kampus yang aktif sepanjang masa kami kuliah."Hay, Jefri. Apa kabar? Kamu ada urusan apa sampai bisa tiba di sini?" tanyaku pada Jefri, teman waktu kuliah dulu.Jefri menoleh padaku, untuk sejenak dia sepertinya sedang mengingat siapa aku. Kemudian dia tertawa dan mengulurkan tangannya padaku."Leon, kan. Ya ampun gak nyangka bisa bertemu di sini," serunya senang. Aku pu
Bab 42 - Mengelak"Maaf, tuan siapa. Saya bukan orang yang tuan maksud," jawab wanita berhijab tersebut."Oh, ma-maaf kalau begitu. Saya salah mengenali, soalnya wajah Anda mirip sekali dengan istri saya," terangku agar dia tak marah.Dia tersenyum dan aku kembali terpana. Senyumnya juga mirip sekali dengan Bela. Hanya suaranya saja yang berbeda, dia lebih merdu dan lembut. Sedangkan Bela suaranya kencang dan kasar seperti preman.Ah, memang Bela preman pasar. Namun, terus terang sampai sekarang aku masih merindukannya. Ternyata aku telah jatuh cinta dengan Bela. Namun aku menyadarinya setelah Bela pergi.Walaupun aku juga menikah dengan Nadine, tapi jauh di dalam lubuk hatiku tak ada rasa cinta sedikitpun buat dia.Tadinya kukira seiring waktu, aku akan bisa menyukai Nadine seperti aku yang lama kelamaan mulai menyukai Bela. Sayangnya sampai saat ini, aku tak bisa melupakan Bela."Leon, apa yang kamu lakukan di sini?" Pertanyaaan Jefri menyentakkan lamunanku."Ah, tidak ada, Jef. Ap
Bab 43 - Keresahan NadineHari hampir menjelang malam ini aku tiba di rumah. Nadine menyambutku dengan tatap mata yang tajam. Matanya menelisik ke setiap tubuhku, kemudian berlalu begitu saja ke dalam kamar.Aku menyusulnya ke kamar juga, ternyata Nadine sedang menyiapkan baju ganti untukku.Aku pun segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sambil berendam di bathtub, ingatanku kembali pada Zaki dan mamanya.Mereka bisa membuatku penasaran. Entahlah, rasanya aku mempunyai suatu hubungan dengan mereka."Mas, kamu belum selesai?" tanya Nadine. Gedoran di pintu dan teriakan Nadine membuatku kembali ke alam nyata."Iya, sebentar lagi!" balasku."Cepat, ya. Ada Papa sama Mama datang," teriaknya lagi.Segera kusudahi mandi lalu keluar dan langsung berpakaian. Setelah selesai, aku pun mencari keberadaan Nadine di ruang depan.Ternyata benar, mertuaku datang. Aku menjatuhkan bobot tubuhku di samping Nadine."Mama sama Papa sudah makan?" tanyaku karena perutku juga lapar.Mereka men
Bab 44 - Flashback Bela 1POV BelaZaki, anak kesayanganku itu memberiku sebuah kejutan. Dia membelikan aku peralatan kecantikan yang sengaja tak kubeli karena keuangan yang sedang bermasalah. Donatur tetap banyak yang mengundurkan diri karena usaha mereka sedang susah. Tak ada yang bisa kulakukan untuk mencari dana tambahan. Tak mungkin rasanya jika aku pergi bekerja seharian. Siapa yang akan mengurus panti dan anak-anak nantinya? Syukurlah hari ini ada seorang pengusaha yang merayakan ulang tahun anaknya di panti. Lumayan buat penghiburan untuk anak-anak asuhku. Sudah lama sekali mereka tak diundang ke acara ulang tahun seperti itu. Namun, tak disangka aku malah bertemu dengan Mas Leon. Untung saja dia tak mengenaliku dengan penampilan saat ini. Mas Leon, dia masih gagah dan tampan seperti dulu. Apa kabarnya sekarang? Aku yakin dia telah menikah dengan Mbak Nadine. Mereka memang serasi, karena itulah aku pergi meninggalkan Mas Leon. Namun, aku pergi dengan membawa satu kesalaha
Bab 45 - Flashback 2"Nak, bangun! Kenapa kamu tidur di sini?"Suara bidadari yang merdu menerpa indera pendengaranku. Membawa diriku ke alam sadar kembali, perlahan kubuka kedua mata ini. Untuk sejenak aku tak ingat sedang berada di mana. Semuanya tampak asing, tapi sejurus kemudian aku pun ingat sedang berada di mana. Rupanya aku tertidur di teras masjid sejak malam tadi. Aku pun duduk sambil meminta maaf pada wanita yang menegurku tadi. "Maaf, Bu. Saya kehujanan malam tadi. Maafkan saya," ucapku sambil menunduk. Aku tak berani mengangkat wajah karena merasa malu kedapatan sedang tidur di masjid. Sementara jamaah yang lain mulai berdatangan, ternyata waktunya salat Subuh sudah hampir tiba. "Tak apa, Nak. Nama kamu siapa? Mengapa bisa tertidur di sini?" tanya wanita itu lagi.Suaranya sangat lembut dan bersahaja membuatku berani mengangkat wajah. Pandangan matanya juga teduh dengan senyum yang menenangkan hatiku. "Nama saya ... ehm, Putri, Bu. Saya kehujanan kemarin malam."Aku
Bab 46 - Leon CurigaPOV BelaKesibukan orang-orang dari WO yang menangani acara aniversary pernikahan mertuanya Mas Leon menjadi pemandangan menarik bagi anak-anak asuhanku.Mereka senang melihat aneka macam bunga yang mulai disusun di halaman panti yang lumayan luas. "Ma, jadi orang kaya itu enak, ya?" tanya Zaki padaku. "Enak apanya?" "Ya, enak. Bajunya bagus-bagus, makanannya enak-enak terus punya mobil, rumah yang besar juga uang yang banyak," jawab Zaki dengan bersemangat."Gak semua orang kaya itu hidupnya bahagia, Sayang. Untuk mendapatkan kekayaan juga gak gampang, harus bekerja keras dan tidak boleh menyerah. Makanya Zaki sekolah yang rajin, biar pintar dan bisa meraih semua impian Zaki."Zaki mengangguk dengan senang, matanya berbinar mendengar nasihatku. Dia pun menurut saat kusuruh untuk main dengan yang lain di dalam saja, agar tak mengganggu karyawan WO yang sedang bekerja. Besok adalah hari H acara aniversary pernikahan mertuanya Mas Leon. Persiapannya sudah hampir