“Siapa yang mau bicara terlebih dahulu?” desak Kevin sembari memelototi mereka berdua. “Cepat memangnya kalian pikir, aku tidak akan bekerja lagi,” jengkel Kevin.Tania terdiam sejenak, ia juga tidak ingin orang-orang yang ada di hadapannya tersebut merasa bersalah dengan kejadian tersebut. “Sepertinya harusnya kau yang mengatakan kepada kami, ada hubungan apa kau dengan wanita tersebut?” cetus Tania kepada Kevin.Kevin menelan salivanya, ia menghembuskan nafasnya dengan kasar. Kevin sedikit terbawa dengan suasana tersebut. “Memangnya haruskah aku menjelaskan kepadamu?” gusar Kevin.“Tentu karena aku melihatnya dari awal,” sentak Tania kepada Linda.Linda tercengang bahwa Tania melihat perbuatan dirinya kepada Kevin, mata Tania berkilat marah memandang Linda. “Apa maksudmu melakukan hal tersebut? Kau tidak tahu bahwa Kevin dan Sandra saling mencintai sejak lama?” tegur Tania dengan kasar.Linda sendiri berusaha mencari kata-kata namun seakan tidak ada seseorang yang bisa membelanya sa
“Terima kasih sudah membantuku untuk mengatakannya,” ucap Sandra kepada Tania.“Tak masalah karena aku tahu bahwa tidak mudah bagimu untuk mengatakan hal tersebut kepadanya,” timpal Tania. Tania membersihkan sisa makanannya dari bibirnya tersebut. “Masakanmu sama enaknya dengan buatan dirimu,” celetuk Tania yang sembari mengunyah.“Hmm,” gumam Kevin, “Setidaknya ayahku bisa untuk membuat penghasilan dari masakan ini,” ucapnya yang memberitahu.Sandra ikut menikmati makanan yang di berikan oleh masakan ayah Kevin, ia juga menganggukkan kepalanya. “Pamanku pernah membeli di sini,” sahut Sandra yang memberitahu.“Ya aku bertemu dengan pamanmu, aku tidak sengaja menggratiskannya beberapa hari yang lalu,” timpal Kevin yang memberitahu.Tania merasa tak menyangka seorang laki-laki seperti Kevin bisa memberikan makanan secara gratis. “Woah, aku tak percaya dengan ucapanmu. Kau menggratiskannya?” bisik Tania.“Aku tidak menanyakannya, namun aku ingat rasanya. Sama dengan masakan ini,” kata Sa
Kevin menatap hampa langit-langit di meja kerjanya, ayahnya sendiri mengitil ke atas. “Kau ini kenapa?” cecarnya. “Sebenarnya apa yang terjadi? Katakan kepada ayah,” omel Aditya.“Akulah penyebabnya.” Pikiran Kevin melayang mengingat kejadian tersebut seakan beribu-ribu ucapan maaf tidak ada gunanya untuk melumpuhkan dinding tebal yang di ciptakan sendiri oleh Sandra.Aditya meringis, seakan belum menyadari ucapan anaknya sendiri. “Kau yang menyebabkan hal tersebut?” tebak Aditya.Kevin berdeham sekali lagi. “Aku tidak tahu apa yang salah, aku memang mencintainya ayah tapi yang sudah aku ceritakan bahwa dirinya belum bisa meneriman diriku,” aku Kevin.Aditya menggeleng-gelengkan nestapa. “Wanita memang tidak bisa kita duga.” Ayah Kevin mendesah. “Lihat aku. Aku sendiri saja tidak bisa berkata-kata tapi jika memang ada masalah katakan saja siapa tahu ayah bisa membantumu, lihat umurmu kau sudah seharusnya menikah,” oceh Aditya dengan sikap anaknya tersebut.Kevin teringat akan masa lal
Tania membunyikan mobilnya baik Sandra dan Tania masuk ke dalam mobil. Tania tidak tahu apa yang ada di dalam pikiran Sandra. “Kenapa kau terburu-buru?” ucap Tania yang menstarter mobilnya“Bukan masalah itu memang aku mendapatkan tawaran pekerjaan namun aku tidak tahu dari siapa. Aku memang mengirimkan secara random, tiba-tiba saja di kamar mandi aku menerima telepon tersebut,” cerita Sandra.“Lalu?”“Dia mengatakan kepadaku bahwa ia akan menginterview besok, aku benar-benar tidak tahu itu benar atau tidak, jadi aku minta tolong kepadamu, bisa?” tawar Sandra.“Sebagai apa?” cek Tania.“Dia menawarkan aku bekerja sebagai penjaga toko,” jawab Sandra.Tania menghela nafasnya. “Mudah-mudahan saja kau bisa bertahan,” ucap Tania. Tania mengendarai mobilnya kearah apartemen Sandra. Sementara itu Sandra menceritakan ketika menerima telepon di kamar mandi restaurant.Sandra juga menjelaskan bahwa mereka sedang butuh cepat. Tania yang mendengarnya berusaha untuk tenang. “Kita lihat saja besok,
“Arrggghhh!” teriak Heru dan Sandra secara bersamaan. Sandra lemas mendengar pamannya berteriak sekencang itu. “Kau ini. Darimana saja?” pekik Heru yang terkejut melihat keponakannya baru pulang.“Aku habis bersama dengan Tania,” selorohnya dengan segera.Heru terkejut dengan penampilan baru Sandra, ia melihatnya dari ujung rambut hingga ke ujung kakinya. “Kau berdandan?” ucapnya yang mencari tahu.Sandra salah tingkah dengan penampilannya tersebut, sebenarnya ia juga tidak ingin terlihat seperti ini di hadapan pamannya sendiri. “A…aku akan memperbaikinya,” ujar Sandra yang berusaha menghindari pamannya tersebut.Heru penasaran akan apa yang terjadi, ia mencegat Sandra. “Tunggu, ada apa hingga kau berdandan?” omel Heru.“Tidak ada apa-apa,” bohong Sandra.“Aku tidak akan memberitahu, katakan saja apa yang terjadi?” cecar Heru.Sandra mengesampingkan rambutny ke daun telinga, ia tidak bisa lagi untuk mengelak. “Aku ada panggilan interview besok,” ujarnya yang memberitahu.Heru yang men
Sandra yang terbangun melihat jam wekernya, ia terbangun masih cukup pagi dengan dugaan yang tak ia kira. Dirinya mengerjap-ngerjapkan kedua matanya untuk bisa awas dari alam mimpinya sendiri.Dengan langkah gontai ia menuju kamar mandi, ia tahu bahwa hari itu merupakan hari bersejarah dirinya. Anita yang melihatnya berusaha menegurnya, ia juga sudah kesal dengan anak ‘tak tahu di untung’. “Kapan kau akan bekerja? Seenaknya saja menumpang di rumahku,” oceh Anita.Sandra mengigit bibirnya, ia kesal dengan perkataan yang di lemparkan bibinya tersebut. Sandra ingin membalasnya namun ia merasa hal tersebut tidak akan berguna, beruntungnya Heru keluar dari dalam kamarnya. “Kau masak apa?” cekal Heru kepada Anita.“Kau jangan mengalihkan perkataanku, aku hanya sedang berurusan dengan keponakanmu,” ejek Anita.“Sudahlah, Anita, jangan seperti itu,” ucap Heru.Anita mendengus kesal dengan ucapan suaminya tersebut, ia tidak menyangka dengan perkataan yang di utarakan suaminya sendiri. “Jadi, k
“Ka..kau!” teriak laki-laki tersebut.“Dy…Dylan?” cengang Sandra.Dylan laki-laki yang di sukai oleh kaum hawa, berparas lebih tinggi dari sebelumnya, Sandra sendiri terkejut bahwa ia akan bertemu lagi dengan Dylan yang dulunya hanya seperti anak kecil.Sandra berdecak kesal ia yang tidak ingin bertemu lagi dengan dirinya malah harus berhadapan dengan laki-laki yang tak tahu diri tersebut. Sandra melipat kedua tangannya, ia melenggang pergi meninggalkan Dylan.Dylan yang tak suka dengan sikap Sandra mengejarnya, ia menarik tangan Sandra dengan kasar. “Lepaskan,” tampik Sandra.Dylan memberengut dengan kesal, ia mengambil tas Sandra dengan kasar. Sikap Dylan yang kasar justru malah membuat Sandra semakin membencinya. Sandra merasakan tangan Dylan mencengkram dengan kuat. “Argh sakit,” erang Sandra.“Ikut aku,” pinta Dylan.“Aku tidak akan ikut denganmu! Aku mau pulang!” geram Sandra.Dylan yang tak suka dengan segera memaksa membawa masuk Sandra ke dalam mobil Mercedes Benznya tersebut
Kevin membawa tubuh lemas Sandra masuk ke dalam IGD. “Siapapun tolong aku!” pekik Kevin yang menahan dirinya sendiri supaya ia tidak menangis.Salah satu perawat mendekat. “Apa yang terjadi?” tanya perawat tersebut. Sementara Kevin membaringkan tubuh polos Sandra ke kasur yang kosong.Mata Kevin menatap perawat tersebut. “Telah terjadi kekerasan seksual kepada dirinya, aku yang menemukannya,” ucap Kevin“Kau yakin?” tanya perawat tersebut.“Aku yakin. Boleh aku bicara pribadi denganmu?” timbrung Kevin.“Si…silakan tapi kita harus memindahkan terlebih dahulu, jangan di sini kita ke tempat aman,” sambung perawat tersebut. Seorang dokter mendekati kepada mereka berdua, laki-laki itu kelihatannya masih muda.“Apa yang terjadi?”Perawat yang melihat dokter muda tersebut menggeser tirai pembatas hingga tidak ada yang melihat mereka. “Wanita ini mengalami kekerasan seksual, dok, apa yang harus saya lakukan?” jelas suster itu.Kedua mata dokter itu seakan hendak keluar dari rongga matanya sen