“Sandaime, saya gembira melihat Anda sudah sehat.”
Kepala keluarga Takeuchi—Yuta Takeuchi tersenyum gembira saat melihat Hide. Ia pria berumur empat puluh satu tahun. Sudah tiga generasi berada di Kuryugumi, dan dekat dengan Tanaka sejak dulu. Ia datang dengan ramah.
Tapi senyum keramahan itu langsung musnah karena tanggapan Hide sama sekali tidak terlihat ramah. Tidak ada senyum maupun kata-kata hangat menyambutnya.
Takeuchi menatap katana yang diletakkan Hide dengan mencolok di atas meja, sementara ia duduk. Ryu ikut duduk juga, nyaris menempel di belakang Hide. Agar bisa mencegah jika ada kemungkinan terburuk katana Hide keluar dari sarungnya.
“Saya dengar Anda kemarin sakit.” Meski disambut dengan tidak ramah, Takeuchi masih berusaha untuk berbasa-basi sopan.
“Aku sud
“Kau tidak ingin membahas apa yang aku ucapkan kemarin?” tanya Ryu sambil memasang sabuk pengaman.Kyoko yang ada di sebelahnya melakukan hal yang sama, tapi sedikit kesulitan. Ia tidak banyak melakukan penerbangan, dan selalu gugup saat pesawat akan lepas landas.Ryu melepaskan sabuk pengamannya lagi, memiringkan tubuh untuk membantu Kyoko memasangnya dengan lebih cepat. Mereka akan segera lepas landas.“Tidak perlu! Aku bisa sendiri!” Kyoko menepis tangan Ryu yang meraih pengunci sabuk pengamannya.“Aku hanya mencoba membantu, dan sama sekali tidak menyentuhmu.” Ryu dengan santai kembali meraih pengunci itu, dan memasangnya dengan cepat—sebelum Kyoko bisa memprotes lagi.“Kau tidak ingin membahas apa yang aku ucapkan kemarin? Sebelum kita berangkat ke Osaka.” R
Namun dengan mudah Ryu menemukan jawaban untuk menangkal pertanyaan yang timbul akibat kesalahannya itu.“Ya, saya memang sudah tahu. Hanya sedikit tertinggal pada bagian melahirkan itu.” Ryu tersenyum, memantapkan jawabannya.“Dari mana Anda tahu?” Kaito mengernyit curiga.“Tentu saja saya harus tahu. Saat ini keluarga Nakamura adalah kandidat unggulan untuk salah satu jabatan penting. Kami harus tahu semuanya tentang kehidupan Anda,” kata Ryu,Kaito terlihat masih tidak nyaman dengan jawaban itu.“Maaf jika ini terdengar lancang, tapi menyelidi latar belakang adalah hal yang harus kami lakukan sebagai tindak pencegahan. Tentu kami ingin semua kandidat yang diajukan adalah bersih.”Ryu mengubah wajahnya menjadi sangat serius. Sebenarnya ia tidak ingin memba
Ayu menjerang air, dan mulai memotong bahan makanan. Untuk pertama kalinya ia memasak hari ini. Setelah berdebat lama dengan Shibata, Ayu akhirnya diperbolehkan untuk memasak.Shibata awalnya menolak, karena tentu ada orang lain yang memasak untuk mereka. Tapi Ayu sama sekali tidak menyukainya. Mereka lebih sering menyajikan sushi dan sashimi.Ayu menduga, Ayah Hide menyukai keduanya. Tapi Ayu sama sekali tidak bisa memakannya. Setelah beberapa hari ini hampir selalu makan dengan telur, Ayu akhirnya punya kebebasan untuk memasak.Ayu hanya membuat masakan sederhana—sup miso favoritnya dan juga karaage udang. Ada banyak bahan lain kulkas rumah itu, tapi Ayu memilih memasak yang sederhana karena tidak ingin repot. Ia juga hanya memasak dalam jumlah kecil, karena akan menikmatinya sendiri.Tidak sudi juga kalau dia
“Sampah!” hardik Hide, melemparkan tumpukan kertas pada Kojima.Inoue yang ada di samping Kojima, dengan gesit bergerak memungut ceceran kertas itu. Kertas itu bukan sampah. Itu adalah laporan yang harus diperiksa Hide. Tapi Hide melemparnya karena tidak ada benda lain yang bisa digunakannya sebagai pelampiasan marah. Kojima beruntung hanya ada kertas itu di dekat Hide, jika benda itu pisau mungkin tubuhnya sudah berdarah saat ini.“Maafkan saya, Sandaime.” Kojima membungkuk.Ia baru saja melaporkan hasil pencariannya di seluruh daftar bangunan milik Kuryugumi, dan sesuai perkiraan, tidak ada jejak Ayu yang bisa terdeteksi.Hide sudah menduga hal ini, tapi menerima berita buruk itu secara langsung tetap membuatnya naik pitam.“Lalu bagaimana dengan Shibata? Apa kau sudah memeriksa asetnya?” tanya Hide. Berharap hasilnya lebih baik.“Sudah, tapi belum secara menyeluruh. Aset yang dimiliki Shibata&ndas
Ayu menunggu dengan sabar. Ia sama sekali tidak bersuara saat dokter mendekat dan memeriksa keadaan Masaki. Ayu merasa sedikit berdosa saat tanpa sadar berharap dalam hati pria itu tidak akan bangun dalam waktu dekat. Ayu tidak sampai berharap Masaki akan tidur untuk selama-lamanya, tapi berharap ia akan tertidur sampai malam nanti. Paling tidak, ia jangan sampai menyadari ponselnya telah hilang.Dokter yang memeriksanya membutuhkan waktu sedikit lama, tapi dari gerakannya dan minimnya pertanyaan yang timbul, membuat Ayu menyadari jika dokter itu kemungkinan besar adalah dokter yang memang sudah sering merawat Masaki. Seperti Hayashi untuknya.“Saat ini sudah stabil. Saya harap jangan sampai ada serangan seperti ini lagi, Jantung Nidaime semakin lemah. Saya tidak bisa melakukan apapun jika beliau mendapat serangan lagi.” Dokter itu berp
Tapi gerakan tangan itu terhenti saat Masaki menemukan masker oksigen yang tergeletak di sampingnya.Melihat itu, Ayu menyimpan ponsel di kantong rok secepat mungkin, lalu mendekati Masaki. Membantunya memasang masker. Tentu sebisa mungkin akan mencari kesempatan untuk mengembalikan ponsel itu.Ayu kembali dilanda rasa bersalah saat melihat keadaan pria tua itu dari dekat. Ia bisa mendengar tarikan napas berat yang sulit. Keadaannya tidak baik-baik saja. Tapi tetap Ayu tidak bisa tulus bersimpati padanya.“Kau masih di sini?” Masaki bertanya dengan suara serak dan teredam oleh masker. Tapi Ayu masih bisa mendengarnya.“Ya. Shibata–san sedang ada urusan,” kata Ayu.“Pembohong.”“Apa?” Ayu tersinggung. Meski ia mendapat keuntungan lain dengan berada di s
“Kenapa tidak boleh? Itu ide yang bagus!”Kyoko langsung marah, karena Ryu malah melarangnya saat ia sudah menyetujui rencana itu.“Kyoko–chan, rencana itu berbahaya. Aku kemarin—”“Kalau berbahaya, kenapa kau mengatakannya padaku?!” Kyoko memotong.Ryu mendesah. Ia juga tidak ingin mengatakannya pada Kyoko sebenarnya, tapi ia tahu akan jadi masalah besar jika Hide sampai tahu, dan sudah jelas Kyoko juga tidak akan memaafkannya saat tahu dirinya menyimpan rencana yang sebenarnya bagus itu.“Mungkin kita bisa membuat rencana lain untuk—”“Tidak! Kau tahu itu rencana bagus.”Kyoko mengakuinya dengan tegas. Ia sebenarnya jengkel karena tidak memikirkan rencana seperti itu sejak awal, dan harus ‘dikalahkan’ ol
“Itu terdengar merdu sekali.” Ryu terdengar sangat riang. Tentu karena tujuannya tercapai.“Hmm…” Kyoko tak bisa berkata apa-apa lagi, jadi hanya bergumam sambil mengumpat dalam hati.“Apa kau langsung bekerja besok?” tanya Ryu.Meski tidak ada dalam skenario, tapi Kyoko bisa melihat akan dibawa kemana percakapan itu. Ia menjawab dengan lebih serius, karena mereka kembali pada jalur yang benar.“Ya, aku harus segera bekerja. Tidak mungkin bisa menghindar setelah cuti selama itu bukan?”Itu adalah pancingan, Ryu tentu mengerti.“Kau kembali bekerja lagi pada saat yang sangat tepat,” kata Ryu.“Apa maksudmu?” Kyoko bisa memperdengarkan suara tertarik dengan lebih baik,“Saat ini Sandaime sudah