Repot ya HIde :))
“Agh!” Hide mengeluh, sambil menyentuh dadanya, setelah menurunkan Ayu di ranjang.Menggendong Ayu untuk kedua kali, membuat lukanya semakin bertambah nyeri. Tidak seburuk beberapa hari lalu, tapi tetap sakit. Ayu sudah benar-benar nyenyak sekarang. Hide tidak bisa memaksanya berjalan masuk tadi.Hide membuka jaket dan kaos, untuk melihat apakah ada sesuatu yang terjadi. Tapi kembali bernapas lega saat melihat tidak ada noda apapun pada perbannya. Hanya nyeri seharusnya, tidak sampai luka yang kembali terbuka. Aman seperti kemarinHide lalu meraih botol obat, menelan satu pil yang ada di sana. Pil penghilang rasa sakit. Sudah beberapa hari Hide tidak meminumnya, tapi kali ini merasa perlu. Setelah menyimpannya, Hide kembali menatap Ayu yang sama sekali tidak menyisakan kesadaran dan pasrah.Hide berjongkok di sampi
Tanpa bisikan itupun, Ayu sudah bisa merasakan tubuhnya bereaksi dengan tidak pantas begitu mereka berdekatan.Ayu belum pernah menghirup aroma tubuh Hide. Ini adalah pertama kalinya. Aromanya adalah campuran antara teh, dan obat. Tapi Ayu menemukan satu aroma yang tidak bisa dijelaskan.Begitu menciumnya, Ayu seolah menemukan sesuatu yang hilang, dan sudah lama tidak tidak ada di dekatnya, dan kini kembali.“Aku akan melepaskanmu, tapi kau harus memanggilku dengan nama yang tepat.” Hide mengulang permintaannya, dan mengelus telinga Ayu, lalu tengkuknya.“Jangan… lepaskan…” Ayu memejamkan mata, karena tidak yakin akan lebih waras saat membuka matanya. Leher dan wajah Hide akan ada persis di depan wajahnya, dan itu kabar buruk untuk kewarasannya yang hanya tinggal secuil ujung kuku.
Kyoko menyebutkan butir kedua dengan keyakinan tinggi karena tahu hal itu adalah fakta.Setelah pertemuan singkat dengan Hide di lift itu, Kyoko masih mendapat tambahan banyak info dari Misa. Ia tidak tahu siapa Hide, tapi Misa memberi keterangan bagaimana Ryusuke Sato sering bertemu dengannya.“Kau tidak bertemu Sato-san hanya di Shingi Fusaya, tapi juga di luar. Untuk sekedar makan siang atau lainnya. Sato-san juga selalu menyambutmu dengan hormat setiap kau datang ke Shingi Fusaya.”Kyoko kembali menyebut info dari Misa. Kyoko sangat mempercayai berita dari Misa ini, karena dia adalah ketua dari fans club tidak resmi Ryosuke Sato. Bisa dikatakan dia penguntit, yang akan tahu kemana pergerakan Ryusuke setiap hari—meski bukan sekretarisnya. Mengikuti jaringan gosip di kantornya, ternyata berguna pada akhirnya.Dan ini jelas mengesankan Hide. Tidak menyangka Kyoko bisa mempunyai pengetahuan semacam itu. Tapi Hide tidak menanggapi, membiarkan Kyoko mengembara dengan pikirannya. Ingin m
“Siapa…”Kyoko terkejut saat melihat Inoue dengan santai mengantarkan makanan ke kamarnya, menginterupsi pembicaraan antara dirinya dan Ayu.“Mao-chan, terima kasih.” Ayu mengambil nampan yang dibawa Inoue, dan Inoue kembali berpamitan setelah membungkuk.“Dia orang yang mengganti bajumu.” Ayu menjelaskan. Tentu saja menebak dengan mudah setelah kejadian di bawah hujan kemarin.“Asisten Hide O…” Ayu memotong penjelasan tambahan itu setengah jalan, karena tidak ingin menyebut ‘gelar’ Hide yang sebenarnya di hadapan Kyoko. Ayu tidak ingin mendapat penghakiman saat ini.“Ooo… Aku pikir Hideki itu yang mengganti baju kita tadi.”Ayu nyaris saja menjatuhkan bento box yang ada di tangannya saat mendengar kesimpulan Kyoko yang ngawur itu. Tentu saja Ayu panik, karena kesimpulan itu tentu sekaligus memunculkan bayangan bagaimana Hide mengganti bajunya. Bayangan yang sebelumnya tidak ada di kepala Ayu, karena tentu ia tahu bagaimana Inoue selalu dipanggil saat Hide membutuhkan bantuan.“Rupany
“Itu terdengar sangat mencurigakan. Bagaimana mungkin kau menawarkan pekerjaan tanpa memberitahuku apa deskripsinya?” Kyoko yang selalu waspada, meragukan kerahasiaan itu.Hide tersenyum, sembari mengayunkan shinai ke depan sekali, tapi kemudian berhenti—membiasakan lukanya dari gerakan. Ia tidak keberatan dengan pertanyaan Kyoko, karena itu sikap waspada.“Aku tidak akan menyuruhmu melakukan kejahatan—mungkin, tapi yang jelas pekerjaanmu akan lebih menantang daripada sekedar mengolah data di Shingi Fusaya,” kata Hide, jujur. Ia tidak akan menghapus kemungkinan pekerjaan ilegal, karena bisa saja terjadi.“Mungkin? Kau ingin menyuruhku melakukan kejahatan?!” Kyoko mulai jengkel. Dia membutuhkan uang—banyak, untuk hobinya, tapi bukan berarti akan berbuat jahat.“Kau ter
“Kalau kau mau pergi, ya pergi saja! Kenapa harus ada Inoue di sini?”Ayu heran saat Hide menyebutkan Inoue akan datang tinggal selama dia keluar.“Maaf, bukannya aku tidak menyukaimu, Mao-chan. Tapi ini tidak masuk akal.” Ayu meminta maaf pada Inoue, yang kini berdiri dan membungkuk di ruang depan, sementara Ayu dan Hide berdebat di lorong. Ayu tidak keberatan dengan kehadiran Inoue tentunya, hanya menurutnya tidak perlu ada.“Aku tidak akan lari kemanapun. Bukankah kau sendiri yang mengatakan jika kau akan menemukanku dimana saja?” Ayu menyebut tantangan Hide yang sangat sombong itu.“Memang, tapi bukan berarti aku siap untuk repot. Mencari akan merepotkan. Dan pikiranmu kadang terlalu cepat berubah. Aku mengantisipasi itu.” Hide menyebut kebiasaan Ayu yang kadang memutuskan sesuatu seperti mengikuti angin, kemana saja berhembus.Ayu cemberut dan menggerutu, tapi tidak bisa membantah pernyataan itu,
“Kau tahu aku masih berguna. Kau masih bekerja untuk Kuryugumi, jadi aku rasa kau tahu aku berguna.”Hide menjawab dengan tenang, sementara Yui tampak kembali melirik ke arah katana di sampingnya. Tergoda untuk memakainya lagi.“Jika bisa, aku akan meninggalkan Kuryugumi!” Yui mendesis. Tapi perjanjian Kuryugumi bersifat seumur hidup—terutama bagi yang memegang tanggung jawab besar. Yui sudah terlibat terlalu dalam. Masaki tidak akan membiarkannya hidup jika berani pergi.“Jangan mengatakan hal mengerikan seperti itu.” Ryu tentu tidak suka dengan rencana kakaknya itu, meski mungkin hanya candaan.“Tak perlu ada pertumpahan darah di sini. Aku malas.” Hide juga memotong pembahasan yang memang berbahaya itu. Jika hubungannya dengan Ryu dan Yui berjalan normal—bukan teman, adalah tugas Hide untuk melenyapkan Yui jika ia pergi. Tidak bijak membahas masalah seperti itu di hadapannya.Lagi pula Hide juga tidak ingin menggunakan kekerasan saat keadaannya belum pulih benar. Yui bukan lawan sem
Suasana dalam ruangan berwarna pink itu tampak muram, sangat tidak sesuai dengan tema.Hide menunduk diam, Ryu juga sama. Bahkan Yui—yang sejak tadi mencela dan mengungkit semua kesalahan Hide, juga terlihat diam akhirnya.Mereka semua mengenal Hayato pada satu titik, dan mereka semua tahu seperti apa pria itu. Kepergiannya tidak akan pernah mudah untuk siapapun. Ditambah kenyataan ia harus pergi dengan cara yang mengerikan.“Kenapa kau kembali mengungkit hal ini? Kau kemarin sudah menyerah. Kau membiarkan Ayu menikah.” Yui masih tidak mengerti kenapa Hide harus membahas hal ini lagi.“Dia bercerai.” Ryu menyahut, masih dengan mata menatap meja.“Pantas saja. Setelah itu kau kembali berharap padanya? Kau berharap terlalu tinggi. Selera Ayu tidaklah rendah seperti itu. Aku yakin dia tidak akan mau memilihmu meskipun meninggalkan suaminya,” ejek Yui, sambil menyeringai menatap Hide.“Dia sudah memilihku.” Hide membalas dengan puas. Ejekan itu setidaknya membuatnya melupakan Hayato sejen