Arsen tidak menyangka kalau wanita yang ada di depannya ini pengkhianat. Arsen baru saja sadarkan diri di salah satu rumah yang entah berada di mana."Kamu—""Kenapa terkejut begitu?" ucapnya santai, duduk di sofa merah maroon."Zafier akan membunuhmu!!" desis Arsen"I know," ucapnya dengan seringaian. "Kalaupun dia masih hidup."Arsen terdiam cukup lama, "Apa maksudmu?"Wanita itu menatapnya prihatin, memperlihatkan foto-foto kondisi rumah yang sudah ludes terbakar entah dimana menggunakan iPad miliknya dan mendapati kenyataan kalau Shine dan Zafier ada di sana."Sayang sekali, mereka tidak selamat."Arsen bagai disiram air dingin, membuat tangannya yang terikat mengepal erat. Hidupnya seperti terenggut saat itu juga.***intu Ballroom terbuka lebar saat Martin menerima ucapan selamat dari beberapa kenalannya. Suara terkesiap kaget dan gumaman beberapa orang yang terdengar membuatnya mengalihkan tatapan ke arah pintu dan sama seperti yang lainnya ikut tertegun melihat siapa yang berd
Martin benar-benar dikuasai dengan amarah yang nyata di dalam dadanya. Zafier benar-benar mempermainkan dan mempermalukannya dengan telak. Siapa yang menduga kalau hubungan keduanya bukan lagi hanya pasangan kekasih biasa tapi pasangan suami istri. "Nyonya Gaster memiliki sahamku di perusahaan meski aku yang tetap akan bertindak sebagai pemimpin di sana. Jadi—" Martin tidak bisa berkata apa-apa lagi saat Zaf kembali mendekat dan berhenti tepat di depannya dengan seringian kemenangan. Tangannya sudah mengepal dengan erat. "Kertas yang aku tanda tangani itu tidak sah. Kau tidak berhak mengambil alih apapun dari Gaster Coorporation tanpa tanda tangan Shine Aurora." "Brengsek!!!" geram Martin, pada akhirnya. "Maaf membuatmu terkejut Om tapi begitulah kenyataannya." Shine buka suara. "Aku saja kaget saat Zaf memberikan sahamnya. Padahal, aku tidak butuh perusahaannya tapi butuh lelaki yang bisa menjadi suami yang setia." Shine nampak geli sendiri. "Walaupun yah, diajak menikah sama si p
Flashback On Florida, Amerika Serikat "Kau memintaku untuk apa—" Shine jelas tidak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan Zafier. "Apa aku harus mengulangnya berkali-kali sampai kau percaya." "Maybe—" Shine menggidikan bahu. "Ini terlalu tiba-tiba hingga membuat otakku agak pusing untuk mencernanya." Zaf memutar bola mata, meronggoh sesuatu di dalam saku celana, mengeluarkan kotak beludru dan membukanya di depan Shine yang tercengang. Cincin bermatakan berlian biru pucat seperti mata Zafier. Terlihat mewah dan cantik meski berdesain sederhana. Setelah puas tercengang dengan cincin itu, matanya mengamati ekspresi Aafier di depannya yang menatapnya lembut. Ada keseriusan yang nyata di sana dan Shine tidak sanggup mendebat meski tahu apa yang akan dilakukan Zaf. "Aku akan memberikan kesetian juga sisa hidupku untukmu tapi kau harus menikah denganku besok." Shine melongo sesaat, Zaf mengulurkan cincin itu. "Ini cincin warisan keluargaku. Kau, mempelai pengantin generasi ber
Bandung, Indonesia "Kau memiliki dua putri yang luar biasa." Melvina mengingat ucapan Zafier dua tahun lalu yang didengarnya melalui perekam audio tadi malam. Laki-laki itu ternyata sengaja merekamnya, agar nanti, saat dia sudah sehat seperti sekarang, ada bukti yang memperlihatkan kalau dia sungguh-sungguh dengan niatnya. "Tidak heran jika keduanya sangat diinginkan oleh lelaki bukan dari jenis lelaki biasa. Abigail yang lembut bisa memiliki hidup dan hati lelaki yang berbahaya. Bukan saja sifat dan sikapnya tapi juga kedudukannya sebagai seorang ketua klan Mafia. Tapi kau tidak perlu mengkhawatirkannya, karena lelaki itu menjadikan Abigail seperti Ratu di sana. Tidak ada yang akan menyakitinya karena dia begitu dilindungi. Kau tenang saja." "Sementara Shine Aurora. Dia bagaikan matahari agar aku tetap bisa melanjutkan hidup. Aku bersedia menyerahkan banyak hal untuknya termasuk komitmen dan juga kesetiaan. Kedatanganku ini sekaligus untuk meminta restumu agar suatu hari nant
FlashBack On Las Vegas, Amerika Serikat "Kalian telah sah menjadi sepasang suami istri.” Lonceng katedral menggema nyaring bersamaan dengan ekspresi Zafier Gaster yang mengembangkan senyuman lebar dipenuhi raut bahagia tanpa perlu ada yang ditahan lagi karena akhirnya kalimat sah itu menggema bagaikan sinar matahari pagi yang akan menerangi kehidupannya setelah sebelumnya tersesat tanpa arah di dalam kegelapan yang bertahun-tahun ini dia jalani. Memperhatikan lekat istri yang dia dapatkan penuh perjuangan, Meskipun Shine Aurora di hadapannya menatap horror karena mungkin di matanya sekarang, ekspresinya perpaduan antara setengah bahagia setengah mesum. Semuanya terasa benar bagi hidupnya, memperjuangkan Shine untuk dijadikan satu-satunya wanita yang akan dia cintai seumur hidup sampai kematian memisahkan. “Istriku—“ Zafier menatap intens, menarik pinggangnya merapat dengan kebahagiaan membuncah. “Geli.” Shine menggelengkan kepala meskipun tidak menghindar saat Zaf semakin mendek
Shine berdiri di depan kaca westafel memperhatikan penampilannya saat ini. Hanya mengenakan gaun tidur merah membara sehalus satin dengan rambut tergerai. Mencoba meredakan gemuruh hatinya yang sejak masuk ke dalam hotel mewah di kawasan elite Las Vegas tidak berhenti berdegup cepat. Mencoba mencari alasan masuk akal yang membuatnya menjadi seperti ini.Dulu, dia sama sekali tidak membayangkan akan menikah dengan lelaki seperti Zafier Gaster. Jangankan membayangkan, memikirkannya saja dia sudah kesal bukan main. Berusaha keras berpegangan pada akal sehat dan janji yang teguh dia pegang sebelum Zaf datang dan meluluhlantahkan semuanya. Kalau dia belum bisa menerima laki-laki itu, dia jelas tidak akan berada di dalam kamar bersama Zafier seperti saat ini. Degupan jantungnya yang semakin mengacaukan perasaannya seperti menjelaskan dengan gamblang kalau dia juga menginginkan Zafier Gaster untuk hidupnya. Sama seperti lelaki itu yang menginginkannya.“Aku yakin istriku bukan wanita pengec
Tidak peduli jika ruangan kamar berantakan akibat foreplay mereka yang tidak terkendali. Tidak peduli jika dia harus mengganti rugi beberapa penghias kamar yang pecah saat Shine menariknya kesana kemari. Tidak peduli tubuhnya mengeluarkan peluh keringat bahkan sebelum mereka sampai ke intinya karena tidak bisa berciuman hanya diam di tempat, Zafier Gaster bahagia. Saat akhirnya dia bisa menyeret Shine yang berubah liar ke atas tempat tidur, Zaf tidak habis-habisnya kagum memandangi tubuh istrinya yang menggeliat penuh gairah di bawah tubuhnya. “Sunshine—“ Bisik Zaf, memandangi istrinya yang dikuasai gairah, siap untuk dia miliki seutuhnya. “Aku mencintaimu.” Shine memekik kencang, mencengkram punggung Zaf dengan kukunya yang tajam diiringi desisan samar dari mulut Zaf yang tidak sanggup menanggung rasanya karena dia hampir gila saat ini. Tubuh mereka berdua terasa terbakar, Shine menggeliat dengan erotisnya, Zaf menahan diri untuk tidak menyakitinya. Setelahnya, tidak ada yang bisa
"Kamu yakin tidak salah memilih suami atau mungkin sedang menyesalinya saat ini dan memikirkan cara terbaik untuk lepas darinya."Alih-alih menjawab kegusaran lelaki di belakangnya, Shine memilih mengabaikan. Menarik sedikit sudut bibirnya ke samping, mengeratkan kedua lengan yang melingkari pinggangnya dengan dagu terangkat. "Apa kau tidak kasihan padaku sedikit saja," desahnya. "Cintaku yang tak sampai karena kau lebih memilih lelaki playboy itu dan sekarang malah menjadikanku tumbal," decaknya kesal meski wajahnya tetaplah semaskulin biasanya. "Perfect!" geramnya."Mungkin aku bisa menggunakanmu sebagai alasan yang bagus untuk melepaskan diri," ujar Shine."Setelahnya berita tentang kematianku akan gempar di luar sana," desisnya."Aku hanya memberi usul." Tubuh mereka makin merapat. "Apa kamu tahu, ekspresi Zafier Gaster yang paling aku favoritkan?" Shine mengubah posisi, berbalik menghadap Andrew."Percayalah kalau aku sama sekali tidak ingin tahu dan tidak peduli."Shine mengab