"Aku tidak bisa pergi mencarinya," desah Zaf, mengedarkan pandangan dengan napas berat. "Aku benar-benar harus menunggu dia pulang dan meresapi penyesalanku." "Tapi kau bisa melacaknya, di mana dia berada dan memastikan dia baik-baik saja agar kau tenang." Zafier hanya diam, di bulan-bulan pertama dia memang ingin melakukan hal itu tapi setelah dipikirkan, dia menyadari kalau Shine pergi memang karena salahnya jadi seharusnya, dia menerima saja hukumannya dan mencoba bersabar. Dia yakin Shine akan kembali untuk mengakhiri penderitaannya ini. "Aku ingin melakukannya tapi tidak aku lakukan karena aku pantas mendapatkan ini semua." "Bagaimana keluarganya? Dia pasti masih bertemu dengan mereka kan?" Tanya Alva. Zaf mengangguk, "Kakak dan Mamanya menyusul ke tempat dimana dia berada. Aku belum bertemu mereka lagi." "Kalau begitu, bersabarlah," ucap Alva seraya tersenyum. "Sebelum ini kalian sudah mengalami banyak hal berdua untuk bisa bersama. Dia pasti memikirkan juga hal itu dan ke
Mansion Keluarga Smith New York, Amerika Serikat "Aku tidak menyangka akan melihatmu di sini." Zaf menyesap winenya, memandangi keramaian pesta dansa yang ada di lantai bawah. "Apa kau butuh wanita supaya tidak terlihat kesepian?" "Pergilah Keenan Smith!" Usirnya tanpa menoleh. Tentu saja Keenan Smith tidak peduli dengan tanggapan Zaf. Kellan dan Jenna sedang mengadakan pesta topeng di Mansion keluarga Smith. Hubungannya dengan Keenan, kakaknya Kellan tidak pernah baik sejak dulu terlebih setelah keterlibatannya dalam menyelamatkan Azalea. "Sebaiknya kau pikirkan anakmu saja!" Ucap Zaf. "Jangan urusi urusan orang lain!" "Oh dia baik-baik saja. Menikmati hidupnya sebagai Pewaris keluarga Smith karena Jenna mengandung anak perempuan. Aku sedang sibuk mencarikan dia Mama baru." Zaf mencebik, "Aku tahu status dudamu tidak akan menghentikan kebiasaan brengsekmu dulu." Keenan menatap Zaf, "Aku dengar, istrimu pergi!" "Itu bukan urusanmu!" "Sayang sekali—" cibirnya. "Tapi aku sen
Rasanya seperti berada diantara ketiadaan. Bukan hanya fisiknya yang terasa sakit namun juga jiwanya. Bagaimana pada akhirnya, dia menyerah dan memilih menenggelamkan diri dalam kesengsaraan karena dilihatnya, wanita yang dicintainya tidak bersedia untuk mengakhiri penderitaanya. Mungkin, kesalahannya memang tidak bisa dimaafkan. Shine hidup dengan anggapan kalau lelaki playboy sama saja dengan pendosa yang sulit untuk mendapatkan pengampunan. Karena itulah selama ini dia mengeraskan hati, menjauhi tipe lelaki sejenis Papanya karena dia tahu, kalau berurusan dengan lelaki seperti itu, hidupnya akan menderita seperti yang dialami Mamanya. Butuh usaha maksimal untuk bisa menyentuh hatinya agar mendapatkan kepercayaannya. Zafier sangat paham akan hal itu. Jadi, saat dia melakukan kesalahan bodoh yang mungkin bagi orang lain masih bisa diberi kesempatan kedua tapi tidak bagi Shine dan wajar saja kalau Shine begitu keras padanya. Membiarkannya bertemankan kesepian selama satu tahun.
"Bagiku, tidak. Aku tidak mau hidup dengan kekhawatiran padamu Zaf. Aku takut, hatiku tidak lagi berbentuk jika suatu hari nanti kau kembali melukaiku. Aku ingin nyaman mencintai dan dicintai seseorang. Yang bisa aku percayai." Hantaman telak untuk Zaf yang diberikan Shine padanya. "Tadinya aku ingin melihatmu berusaha menyakinkanku tapi apa yang aku dapatkan di sana sama sekali tidak aku duga. Kau malah melarikan diri dengan caramu sendiri." Zaf mengalihkan tatapannya ke samping, mengusap tengkuknya yang berkeringat, menyadari satu lagi kebodohan yang dilakukannya. Zaf berusaha kuat menahan getaran tubuhnya, sisa pertahannya. "Bagaimana kalau kita akhiri saja agar tidak ada lagi yang terluka diantara kita?" Zaf reflek menoleh, sengatannya seperti ribuan volt listrik yang mematikan sarafnya. Zaf berdiri dari duduknya dengan tatapan nanar. "Sunshine—" "Berhentilah memanggilku seperti itu Zaf!!" selanya. "Aku tidak akan lagi menjadi mataharimu. Aku memilih tenggelam dan kau bebas m
Flashback On London, Mansion Aldrick "Apa kau yakin, Abigail ada di pesta ini?" "Kita harus mencari tahu. Tidak mudah mendapatkan undangan itu karena memang pestanya privasi," balas Arsen. Shine mengangguk, menghela napas panjang seraya membolak-balik undangan pesta topeng di tangannya yang diadakan pengusaha London bernama Aldrick. "Kenapa kau memakai gaun hitam lamamu itu?" "Hah?" Shine menoleh ke Arsen yang kembali fokus mengendarai mobilnya. "Aku sudah membelikanmu gaun yang berkilau." "Kau membuang-buang uang. Aku pergi ke sana bukan untuk mencari lelaki kaya yang butuh teman kencan satu malam—" "Ck," Arsen berdecak mendengar penuturan Shine yang langsung nyengir. "Kau membuatku terdengar seperti mucikari." Shine tertawa mendengarnya, memukul pelan lengan Arsen. "Aku sengaja memakai gaun ini supaya nanti Abigail mengenaliku jika kami bertemu di sana. Gaun kembar yang kami beli bersama dan juga, gaun ini masih bagus karena aku merawatnya." "Oke oke. Aku tidak akan mend
Bagaimana seandainya, rasa takut kehilangan yang begitu besar membuat seseorang terlempar jauh ke depan, melampaui waktu dengan pikirannya lebih dulu untuk menyaksikan dan merasakan apa yang akan terjadi akibat dari pilihan yang dia ambil pada detik terakhir?Zaf merasa begitu aneh. Seperti ada yang menghantam dadanya yang terasa sesak akibat hampir kehabisan napas hingga membuatnya kembali membuka mata. Sinar bulan di atas sana menerpa pandangannya, dunia terlihat begitu berbeda jika dilihat dari tempatnya berada. Tapi yang mengagetkan, ada seseorang yang berdiri memperhatikan dari atas.Zaf langsung berenang kembali naik ke permukaaan dan dilihatnya wanita itu berbalik pergi.Apakah mungkin ini kesempatan keduanya? Apakah perpisahan yang dilontarkan Shine sebagai hukuman terakhir untuknya tadi hanya terjadi di dalam kepalanya?Zaf agak bingung, namun apapun yang terjadi saat ini dia harus memohon. Zaf akan berusaha untuk mendapatkan mataharinya kembali. Bayangan rasa sakitnya kehila
Tamparan itu menyakitkan. Kepalanya terhempas ke samping saat Shine melepas cengkramannya dan mundur menjauh. Sudut bibirnya terasa berdarah. Shine jelas memukul dengan kekuatan tangannya. “Kenapa hanya satu kali tamparan?” Zaf kembali menatap Shine. “Berikan aku semua pukulanmu agar kau merasa lega. Aku memang pantas mendapatkan yang lebih dari ini.” Zaf bangkit berdiri, merentangkan kedua lengannya dan tersenyum. “Sekalipun aku harus lumpuh, aku tidak masalah. Asalkan setelah ini, kau tidak lagi meninggalkanku dan menetap di sampingku. Aku terima semuanya, Shine.” Shine tersenyum miring, merenggangkan otot tangannya dan mengepalkannya dengan erat. “Kau sendiri yang meminta seperti itu Zaf maka terimalah akibatnya.” Shine maju dengan tatapan bengis, Zaf diam di tempatnya menunggu serangan namun kaget saat tiba-tiba Shine loncat ke dalam pelukannya, melingkarkan kedua kaki di pinggang Zaf yang reflek memeluk Shine erat agar tidak terjatuh dan berdesis saat jemari istrinya menjamba
Flashback OnTiga bulan setelah kepergian ShineArsen berdiri berhadapan dengan Om-nya yang baru saja dijatuhi hukuman penjara dua puluh lima tahun juga denda triliunan rupiah oleh pengadilan. Masa tahanan yang tidak sesuai dengan gugatan karena Om Martin menggunakan segala cara untuk meringankan masa tahanannya. Dua puluh lima tahun bukan waktu yang singkat tapi Arsen ragu kalau selama itu, Om-nya akan menyadari semua kesalahannya. Terlebih lagi saat ini dia sedang tersenyum, nampak tidak khawatir dengan hukuman yang akan dijalaninya. Namun tetap saja, Arsen berharap Omnya akan berubah."Apa kamu merasa puas sudah memenjarakan Om-mu sendiri seperti ini, Arsen?" ucapnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. "Hanya karena seorang wanita."Arsen menarik napas dalam, balik menatap Om-nya dengan ekspresi tenang. "Sejujurnya, aku hanya ingin membantu Om supaya sadar dan mau berubah menjadi lelaki yang lebih baik lagi nantinya. Semua ini bukan hanya tentang Shine tapi juga tentang kelua