Share

JEJAK SANG PEWARIS
JEJAK SANG PEWARIS
Author: JQ Hamdani

Bab 1

Morenmor adalah sebuah kota terpencil di negara Pecunia. Hampir semua penduduknya adalah keluarga-keluarga kaya yang memiliki pengaruh sangat besar, bahkan hingga ke luar negeri.

Hukum dan pemerintahan hanyalah formalitas di kota ini.

Tidak jarang, pejabat tinggi pemerintahan, bahkan yang berasal dari pemerintah pusat, harus kehilangan wibawa dan kekuasaannya ketika menginjakkan kaki di kota ini.

Tanpa dukungan dan persetujuan keluarga-keluarga teratas, tidak akan ada peraturan atau kebijakan yang dapat diterapkan. UANG dan SENJATA adalah satu-satunya peraturan dan kebijakan yang berlaku dan diakui di kota ini! 

Akan tetapi, uang dan senjata justru merupakan dua hal yang paling sulit didapatkan di Morenmor.

Bukan karena keduanya tidak ada di sana!

Sebaliknya, ada terlalu banyak uang dan senjata yang beredar di Morenmor.

Akan tetapi, semua uang dan senjata itu hanya berputar di kalangan keluarga-keluarga terkaya saja. Sepertinya, para pemimpin keluarga teratas Morenmor memang telah sepakat bahwa hanya uang milik mereka saja yang boleh beredar di Morenmor!

Siapapun boleh saja bekerja dan berkarir dengan gaji puluhan juta per bulan. Namun, jangan pernah bermimpi untuk memiliki dan membangun perusahaan sendiri.

Siapapun juga bebas membeli dan memamerkan senjata paling canggih dan mematikan di mana saja. Akan tetapi, dewa kematian akan langsung bertamu ke rumah siapapun yang berani meletuskan senjatanya di luar kehendak dan kepentingan keluarga-keluarga teratas Morenmor!

Keluarga Sanjaya adalah salah satu keluarga teratas yang paling berpengaruh di kota Morenmor.

Beberapa rumor dan kabar burung bahkan menyebutkan bahwa keluarga itulah yang terkaya. Jaringan bisnis dan harta kekayaan keluarga itu tersebar di seluruh pelosok Negara Pecunia, bahkan di seluruh dunia.

Dari generasi ke generasi, semua urusan yang terkait dengan keluarga itu senantiasa dikendalikan dan diawasi langsung oleh Kepala Keluarga Sanjaya sendiri.

Saat ini, yang menjadi Kepala Keluarga Sanjaya adalah Wilson Sanjaya.

Lelaki tua yang biasa dipanggil Kakek Sanjaya itu adalah Kepala Keluarga Sanjaya dari generasi kedelapan. Saat ini usianya hampir menginjak 60 tahun.

Kakek Sanjaya hanya mempunyai seorang anak laki-laki.

Namanya Charles Sanjaya.

Charles adalah seorang Jenderal muda dengan karir yang sangat cemerlang.

Dia adalah Panglima Pasukan Khusus yang sering menjalankan misi rahasia di sekitar perbatasan Negara Pecunia.

Charles memiliki seorang istri yang cantik jelita, bernama Pamela Atmaja.

Pamela baru saja melahirkan anaknya yang kedua.

“Anak kita perempuan lagi! Sepertinya, aku terpaksa memenuhi janjiku pada Ayah,” ucap Charles pada istrinya seraya menggendong putri kedua mereka.

Pamela tidak menyahut.

Dia malah menangis.

Bukan tangis bahagia, tapi tangis kehancuran.

“Tolonglah, Charles. Memohonlah pada Ayah, minta tambahan waktu tiga tahun lagi. Aku akan memberinya cucu laki-laki!” pinta Pamela, meratap di antara isak tangisnya.

Charles menggeleng lemah.

Sebelum Pamela meminta, sebenarnya Charles sudah berkali-kali memohon pada ayahnya.

Namun, usahanya tak membuahkan hasil sama sekali. Kakek Sanjaya tetap bersikeras menyuruhnya agar segera mencari istri lagi. Lebih dari itu, Pemimpin Keluarga Sanjaya itu bahkan sudah menyiapkan seorang gadis muda untuk menjadi istri kedua Charles!

“Aku sudah mencobanya berkali-kali, tapi Ayah tetap pada keputusannya. Dia tak mau menunggu lagi. Dia bahkan sudah memepersiapkan calon untukku. Dia sudah mengatur semuanya. Paling lambat, minggu depan – aku harus menikah dengan Soraya Clint,” jawab Charles gundah.

Soraya Clint adalah calon istri yang disiapkan oleh Kakek Sanjaya untuk Charles.

Gadis itu berasal dari Keluarga Clint, salah satu keluarga terkaya Morenmor yang lain. Dia berusia tiga tahun lebih muda daripada Pamela. Wajahnya sangat cantik, walaupun memang tak secantik Pamela.

“Cobalah sekali lagi, Chares! Aku yakin, anak kita yang ketiga nanti pasti laki-laki!” pinta Pamela sekali lagi, tak mau menyerah.

Charles menggeleng lagi dan berkata, “Aku tak bisa, tapi tidak ada salahnya jika kamu mau mencobanya sendiri. Sebentar lagi Ayah akan datang menjengukmu. Mungkin dia akan luluh jika kamu yang bicara.”

Raut wajah Pamela langsung berubah.

Dia tahu persis watak Kakek Sanjaya.

Selama hampir lima tahun menjadi menantu lelaki paling kaya di Morenmor itu, dia tak pernah mendengar ayah mertuanya itu menjilat ludah sendiri – apalagi jika sudah menyangkut kelangsungan trah Keluarga Sanjaya di masa depan!

Namun, Pamela juga tahu bahwa itu adalah peluang terakhirnya.

Suaranya terdengar pasrah saat dia bertanya, “Baiklah, aku akan mencobanya. Kapan Ayah akan datang?”

Charles menjawab, “Mungkin sekarang dia sudah di bawah.”

Pamela langsung panik.

Rasa percaya dirinya pupus begitu saja ketika pintu ruangan tempatnya dirawat pasca melahirkan tiba-tiba terbuka lebar.

Kakek Sanjaya masuk dengan langkah gagah penuh wibawa.

Setengah lusin pengawal berbadan tegap yang mengenakan pakaian dan kacamata serba hitam tampak mengiringi di belakangnya. Semuanya terlihat menjinjing beberapa paper bag beraneka warna dan ukuran pada kedua tangannya.

“Selamat untuk kalian berdua! Kudengar cucuku sudah lahir, aku bawa banyak hadiah untuknya!” ujar Kakek Sanjaya sambil tertawa lebar.

Dia memberi isyarat pada keenam orang pengawalnya agar segera meletakkan semua hadiah di atas sebuah meja, tak jauh dari ranjang Pamela.

Selanjutnya dia mendekati Pamela dan berkata, “Aku juga punya hadiah untukmu! Mulai hari ini, mansion paling mewah di Bukit Desperato adalah milikmu. Kamu boleh tinggal di sana bersama kedua putrimu sesuka hatimu.”

Pamela langsung terhenyak.

Dia sadar, Kakek Sanjaya ingin menyingkirkannya!

Walaupun Kakek Sanjaya memang mengatakan ‘boleh tinggal di sana’, tapi Pamela tahu persis bahwa itu maknanya ‘harus tinggal di sana’!

Pamela langsung membatalkan niatnya untuk memohon lalu berkata, “Terima kasih, Ayah. Mansion itu sangat mewah, saya tidak menyangka Ayah akan menghadiahkannya pada saya. Besok saya akan langsung pindah ke sana.”

“Tidak masalah, kamu layak mendapatkannya. Mansion itu bahkan masih belum sebanding dengan pengorbananmu,” kata Kakek Sanjaya, menyatakan maksudnya secara tersirat.

Pamela menjawab sinis, “Tidak apa-apa, Ayah. Bagaimanapun, Keluarga Sanjaya membutuhkan keturunan laki-laki untuk meneruskan trah Keluarga.”

“Kamu tidak perlu khawatir, aku akan menyuruh Charles menceraikan Soraya jika tahun depan mereka tidak mampu memberiku cucu lelaki!” sahut Kakek Sanjaya penuh keangkuhan.

Pamela terhenyak sekali lagi.

“Jadi … Charles sudah menikah lagi?” tanya Pamela, marah campur sedih.

Kakek Sanjaya menggeleng dan menjawab, “Belum. Mereka baru akan menikah tiga hari lagi. Kamu tak perlu hadir jika kondisimu masih belum pulih sepenuhnya. Bagimanapun, kamu baru melahirkan.”

Sekali lagi, Pamela tahu persis maksud Kakek Sanjaya.

‘Tak perlu hadir’ artinya adalah ‘tak boleh hadir’!

Tiga hari kemudian, pesta pernikahan Charles Sanjaya dengan Soraya Clint benar-benar digelar secara besar-besaran di atas penderitaan tak bertepi Pamela Atmaja!

“Jangan pernah berharap untuk bahagia! Aku sendiri yang akan memastikan penderitaan kalian!” desis Pamela, bersumpah penuh dendam. Dia mengucapkan sumpahnya, tepat pada saat Charles dan Soraya mengangkat sumpah setia sebagai suami istri – jauh di tengah Kota Morenmor!

Dua bulan kemudian, Pamela mendengar bahwa Soraya telah hamil.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status